Mohon tunggu...
Muhammad Taufan
Muhammad Taufan Mohon Tunggu... Penulis - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemberian Ilmu Pengetahuan Kepada Anak Putus Sekolah Tanpa Melalui Pendidikan Formal

6 Mei 2023   08:01 Diperbarui: 6 Mei 2023   08:02 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perasaan (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/pria-rakyat-gelap-bayangan-tangan-2617866/)

Menjalani kehidupan ini akan banyak hal yang tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain. Untuk membuktikan hal tersebut dapat melihat akan kehidupan para siswa. Di beberapa siswa ada saja yang sudah mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal tetapi disia-siakan. Sedangkan di satu sisi lainnya ada seseorang siswa yang bekerja mati-matian untuk dapat merasakan pendikan formal. Walaupun sudah melakukan berbagai macam hal tetapi nyatanya terkadang seseorang tersebut akan merasakan putus sekolah terutama yang masih anak-anak/

Berdasarkan data yang dimiliki oleh BPS di tahun 2022 saja sudah terjadi peningkatan akan anak putus sekolah dibandingkan tahun 2019. Data tersebut meliputi jenjang SD (0,13%), SMP (1,06%), hingga SMA (1,38%). Jika ditotal dapat dikatakan bahwa sebanyak 2,57% anak-anak merasaka putus sekolah dari total penduduk Indonesia yang ada. Secara arti menandakan bahwa 25 anak merasakan putus sekolah dari 100 jiwa warga. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa di lingkungan para pembaca terdapat anak yang merasakan putus sekolah saat ini.

Padahal mengenyam pendidikan secara formal memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai macam teknologi yang saat ini digunakan. Dimana semua hal tersebut didapatkan dari ilmu pengetahuan formal yang didapatkan dari berbagai macam penemuan dahulu yang kini dikembangkan ke arah yang lebih baik. Sehingga kini kehidupan dapat menjadi lebih mudah contohnya saja kini mulai ditemukan mobil listrik yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan sebuah polusi udara.

Pendidikan (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/)
Pendidikan (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/)

Memang saat ini mendapatkan ilmu pengetahuan didapatkan tidak hanya berfokus kepada pendidikan formal saja. Apalagi berdasarkan berbagai macam media yang ada baik itu cetak maupun elektonik sampai internet memaparkan bahwa tiap tahun biaya untuk pendidikan formal mengalami peningkatan. Peningkatan biaya yang terjadi tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan banyak anak mengalami putus sekolah. Belum lagi biaya kebutuhan hidup juga terus merangkat naik dibandingkan dengan biaya kenaikan upah yang naik tetapi tidak dapat menuput akan biaya kebutuhan hidup. Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan hidup maka terkadang anak dalam mengenyam pendidikan formal menjadi salah satu hal yang dikorbankan agar dapat menekan biaya yang dikeluarkan sehingga biaya kebutuhan hidup dapat terpenuhi.

Jika sudah terjadi banyaknya anak-anak yang merupakan generasi bangsa ini tidak mengenyam pendidikan formal dalam menerima ilmu pengetahuan akan memberikan dampak yang sangat serius. Dimana salah satu dampak tersebut terjadi penjajahan modern karena sumber daya manusia bangsa tidak mampu mengelola potensi yang ada. Sehingga setiap pekerjaan yang ada akan dikerjakan oleh sumber daya manusia dari luar negeri. Sedangkan pada sumber daya manusia bangsa akan menjadi pekerja nomor dua. Di ujungnya membuat secara rasa akan terjajah di negeri sendiri.

Tentunya hal tersebut tidak mau terjadi pada bangsa Indonesia ini. Maka dari itu dibutuhkan sebuah cara yang efektif dibarengi dengan pemberian dampak jangka panjang. Tetapi cara yang dilakukan tersebut tanpa melibatkan akan pendidikan formal yang sangat sulit digapai oleh anak yang telah putus sekolah dalam memberikan ilmu pengetahuannya. Sehingga berikut ini adalah beberapa cara yang untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi anak putus sekolah tanpa melalui pendidikan formal salah satunya yaitu:

Pertama melalui program pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan pendidikan yang tidak menerapkan kurikulum formal. Penerapan program tersebut agar memberikan sebuah kesempatan akan terjadinya transfer ilmu pengetahuan khususnya kepada anak-anak yang mengalami putus sekolah. Program yang diberikan tersebut berbentuk kursus atau pelatihan akan berbagai hal antara lain bahasa Inggris, kursus keterampilan, kursus kewirausahaan, dan sebagainya.

Pendidikan Online (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/sekolah-konferensi-video-5711987/)
Pendidikan Online (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/sekolah-konferensi-video-5711987/)

Kedua membuat pendidikan online. Saat ini era digitalisasi sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Kondisi tersebut tidak ada untuk dimanfaatkan agar dapat mendirikan pendidikan online. Pendirian pendidikan online tersebut harus bersifat gratis agar tidak menekan para orang tua yang anaknya telah putus sekolah tersebut. Agar lebih sukses tidak ada salahnya pihak pemerintah melakukan kerja sama dengan platform edukasi online yang sudah digunakan oleh masyarakat. Adanya pendidikan online tersebut membuat anak-anak yang putus sekolah tersebut dapat tetap merasakan ilmu pengetahuan walaupun belajar secara mandiri.

Ketiga menciptakan lingkungan yang gemar membaca buku. Buku merupakan jendela dunia sehingga ketika seseorang membaca akan membuka dunia secara luas. Dampak dari membaca buku tidak hanya itu saja tetapi juga hal lain seperti kosa kata meningkat, daya analisis lebih dalam, dan masih banyak lagi. Agar dapat menciptakan lingkungan tersebut dibutuhkan peran seseorang atau organisasi yang dapat menjadi agent perpustakaan keliling. Harus digaris bawahi buku yang disajikan haruslah beragam dengan berbagai macam pembahasan didalamnya sehingga ilmu pengetahuan menjadi lebih beragam untuk dikonsumsi oleh para anak-anak tersebut.

Keempat membuat komunitas belajar. Mendirikan komunitas belajar merupakan salah satu cara dalam melakukan kegiatan transfer ilmu pengetahuan tanpa harus melakukan kegiatan belajar mengajar secara formal. Di dalam kegiatan tersebut para anak-anak akan dilatih untuk melakukan diskusi, bertanya, sampai belajar antara satu sama lain. Bahkan tidak jarang penerapan tersebut akan menumbuhkan sifat kepemimpinan, menghargai satu sama lain, dan hal baik di dalamnya. Agar lebih terarah dibutuhkan sebuah organisasi masyarakat yang mengelola sehingga arah dari pendirian komunitas belajar menjadi lebih baik dan tidak asal-asalan dibentuk.

Memang harus diakui akan ada banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi anak-anak putus sekolah tanpa melalui pendidikan formal salah satunya telah dipaparkan diatas. Apakah para pembaca memiliki pemahaman yang berbeda seperti yang telah dipaparkan diatas?. Jika iya, maka tidak ada salahnya untuk dipaparkan di dalam kolom komentar agar terjadi tranfer pandangan antara pembaca dan penulis.

Berbicara pembentukan sumber daya manusia dari anak-anak yang putus sekolah tidak hanya harus berfokus kepada ilmu pengetahuan saja tetapi harus ada hal lain. Memang ilmu pengetahuan sangat penting tetapi jika tidak dibarengi oleh pembentukan sisi emosional dan agama membuat ilmu pengetahuan tersebut menciptakan berbagai macam hal yang berbahaya bagi kehidupan. Maka dari itu disini harus pula diberikan akan sisi emosional dan agama yang kedua hal tersebut sebagai gerbang penjaga agar tidak melewati batas yang mengakibatkan dampak buruk di depan nanti.

Agar benar-benar pemberian sisi emosional dan agama kepada para anak yang putus sekolah tersebut maka diberikan oleh orang yang profesional. Untuk sisi pemberian sisi emosional diberikan oleh ahli seperti psikolog agar pemberian ilmu pengetahuan tersebut meresap dan mampu diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk sisi agama diberikan dengan merujuk kepada agama yang dianut oleh sang anak. Jangan sampai sang anak tersebut diberikan pemahaman akan agama yang tidak dianutnya.

Perasaan (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/pria-rakyat-gelap-bayangan-tangan-2617866/)
Perasaan (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/pria-rakyat-gelap-bayangan-tangan-2617866/)

Setelah beberapa hal yang diberikan seperti dipaparkan diatas dengan segala macam yang telah diberikan di ujungnya anak-anak yang putus sekolah tersebut dimasa depan nanti dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Banyaknya jumlah sumber daya yang berkualitas nanti akan membuat cita-cita akan Indonesia Emas 2045 nanti dapat direalisasikan secara nyata bukan semacam isapan jempol belaka. Apalagi para sumber daya manusia tersebut sudah diberikan ilmu bekal yang sangat kuat sehingga ketika ada sebuah hambatan atau tantangan di depan mata nanti bukannya menjadi lesu atau menyerah tetapi menjadi lebih bersemangat untuk menyelesaikan hal tersebut sampai tuntas sampai menghasilkan kata sukses.

Untuk dapat merealisaikan hal yang telah dipaparkan dari awal sampai akhir ini dibutuhkan sebuah perasaan empati dari masyarakat. Dalam hal ini perasaan empati dari masyarakat dapat menjadi sebuah bahan bakar untuk selalu semangat dalam merubah masyarakat yang ada di masyarakat tersebut. Atas adanya bahan bakar tersebut membuat pihak pemerintah juga tidak akan tinggal diam ketika ada sebuah masalah tersebut yang ada di masyarakat pastinya akan selalu ingin adanya sebuah perubahan. Adanya perubahan tersebut membuat semua pihak menjadi semangat dalam menjalani hal tersebut agar bergerak ke arah Indonesia Emas 2045 yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkuliatas sangat banyak. Jadi ayo saling bahu membahu dalam menyelesaikan masalah akan anak yang putus sekolah dengan memberikan ilmu pengetahuan tanpa melibatkan pendidikan formal yang tidak bisa dicapai oleh anak tersebut.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat, mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih sudah membaca tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun