Pada suatu hari di daerah Bukit Barisan, terdapat dua ekor kelinci betina yang gemuk dan sehat yang selalu pergi berdampingan kemanapun mereka pergi. Dua kelinci itu memiliki nama, yang satu bernama Kelinci Apik dan yang satunya bernama Kelinci Ala. Kelinci Apik mempunyai seekor anak berumur enam minggu dan masih disapih.Â
Rasa persaudaraan yang kuat membuat Kelinci Apik kadang tidak mempermasalahkan apabila Kelinci Ala sesekali hendak memeluk anaknya. Tetapi si anak kelinci lebih sering menghindar daripada menurut. Kelinci jantan kecil ini tidak mau jauh dari hangat pelukan induknya.
Kelinci-kelinci liar itu adalah hewan asli daerah Sumatra bagian utara. Bulu tubuhnya unik, memiliki garis-garis kecoklatan dengan ekor berwarna merah dan bawah perutnya berwarna putih. Sekarang populasinya mengalami penurunan yang cukup drastis karena perambahan hutan yang agresif di pulau Sumatra. Berdasarkan kriteria keunikan evolusi dan kecilnya populasi, para ahli menempatkan Kelinci Sumatra yang cerdik pada daftar 100 spesies mamalia berisiko besar dari kepunahan.
Seperti biasa, saat malam tiba Kelinci Apik selalu keluar dari liang persembunyiannya untuk mencari makan. Berbeda dengan saudaranya yang sangat malas, untuk menghindari dari predator seperti burung hantu, Kelinci Apik selalu membarui beberapa titik liang-liang bekas hewan lain sebagai persembunyian darurat. Tapi saat menemukan menu favoritnya berupa pucuk daun muda dan tanaman yang berukuran pendek, Kelinci Apik mendengar suara jeritan. Jeritan anaknya.
Bergegas Kelinci Apik menuju liang tempat anaknya. Kosong. Lalu dia mencoba mencari kembali. Jeritan kedua terdengar. Kelinci Apik bergegas lagi menuju ke arah suara. Setelah mencari cukup jauh akhirnya ketemu. Anaknya diam ketakutan di belakang Kelinci Ala.
"Apa yang terjadi?" tanya Kelinci Apik.
"Cukup," jawab Kelinci Ala, "Mulai sekarang kamu tidak berhak dengan anak ini. Akulah induknya mulai malam ini."
"Tapi itu tidak mungkin." Kata Kelinci Apik.
"Sudah lama aku ingin melakukan hal ini," kata Kelinci Ala, "Tidakkah kamu merasakan bahwa aku juga ingin menjadi seorang ibu."
"Kita sudah lama saling mengenal dan kamu boleh kapan saja bersama anak itu," kata Kelinci Apik sambil sedikit memohon, "Dia tetap akan menjadi anakmu, anak kita."
"Tidak!" Kelinci Ala mendorong Kelinci Apik hingga terjerembab, "Pergi jauh-jauh dan lupakan kami!"
Saat kelinci-kelinci itu bertikai, tiba-tiba muncul seekor harimau dari balik semak sambil mengaum.
"Tidakkah kalian sadar bahwa aku si raja hutan sedang tidur!" bentak si harimau kepada para kelinci yang sudah tidak bisa melarikan diri lagi, "Kebetulan aku lapar dan kalian bertiga akan kutelan hidup-hidup!"
"Hamba mohon maaf," jawab Kelinci Apik sambil gemetar ketakutan, "Kami tidak bermaksud mengganggu istirahat raja."
"Apa masalah kalian!" bentak si harimau lagi.
"Saudaraku Kelinci Ala hendak membawa lari anak hamba, tuanku raja." Jawab Kelinci Apik.
"Tidak!" sergah Kelinci Ala, "Anak ini adalah anak hamba, tuanku raja."
Si harimau memperhatikan kelinci-kelinci itu. Dilihatnya Kelinci Apik berdiri sendirian, kemudian beralih ke Kelinci Ala berdiri bersama anak kelinci.
"Serahkan anak itu," kata si harimau, "Biarkan dia menjadi santapanku sebagai tebusan sudah mengganggu tidur sang raja dan kalian berdua sama-sama tidak akan memiliki."
"Tuanku raja memang adil dan bijaksana," Kelinci Ala tampak girang, "Hamba setuju!"
"Jangan!" sergah Kelinci Apik, "Biarkan saudaraku Kelinci Ala pergi bersama anak itu dan hamba bersedia menjadi santapan tuanku raja."
Setelah mendengar ucapan Kelinci Apik, kaki depan sebelah kiri si harimau dengan cepat menangkap tubuh Kelinci Ala. Kelinci Ala tidak bisa berkutik di bawah cengkeraman kuku tajam si raja hutan.
"Pergilah kalian berdua," kata si harimau kepada Kelinci Apik, "Biarkan aku berurusan dengan saudaramu yang memiliki hati busuk ini."
Lalu Kelinci Apik bersama anaknya bergegas pergi menjauh dari tempat itu dan menempati liang baru yang lebih aman.
---Tamat---
...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H