Mohon tunggu...
Tony Rosyid
Tony Rosyid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamat Politik

Pengamat Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Meong Tetap Meong, Tak Akan Menggonggong

21 Oktober 2019   21:55 Diperbarui: 21 Oktober 2019   22:13 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya kaget nonton video Rocky Gerung (RG). Dia bilang: Prabowo Subianto (PS) bla...bla... video ini keluar setelah RG ketemu PS di Hambalang dalam acara raker Gerindra.

Dalam video itu RG seolah menarik kembali semua persepsinya tentang PS dan deklarasi oposisinya terhadap PS. Kesimpulan sederhananya, RG berubah setelah ketemu PS.

Wajar! Setiap orang bisa berubah persepsinya setelah mendapat informasi baru. Ngabalin, TGB dan Kapitra adalah beberapa contoh yang paling populer. Tokoh-tokoh oposisi yang berbalik arah 180 derajat setelah mendukung penguasa. Menu istana pasti lebih lezat dari pasal pidana dan tongkat aparat yang dipakai untuk memukul para demonstran.

Sebagaimana juga RG. Setelah bertemu PS, semua persepsi terhadap langkah PS berubah. Ini menunjukkan betapa hebat PS dan timnya yang berhasil membalikkan logika manusia secerdas RG.

Soal perubahan persepsi dan pergeseran sikap itu hal biasa. Saya tak terlalu tertarik membahas itu. Tak lebih dari obrolan kacang goreng di warung kopi. Terlalu personal dan gak dibutuhkan sebagai analisis di dalam urusan negara.

Yang membuat saya tertarik justru dua pernyataan RG bahwa pertama, kehadiran PS akan membuat porak-poranda koalisi. Yes! It is ok. Setelah Gerindra masuk koalisi, peta berubah. Ketegangan dua kutub istana yaitu Teuku Umar dan Gondangdia semakin besar.

Kahadiran Gerindra memperkuat posisi Teuku Umar dan membuat kubu Gondangdia dan group para jenderal (aktif dan pensiun) terdesak. PDIP diuntungkan. Apakah ini otomatis memperkuat posisi PS atau Gerindra? Ini masuk narasi kedua dari RG.

Masuknya Gerindra akan menjadi lokomotif istana di dalam kendali PS, itu logika RG. Kira-kira kesimpulannya: PS akan menjadi tokoh yang powerfull dan menentukan kebijakan istana. Oh ya? Seketika saya kaget, karena ini disimpulkan oleh tokoh sekelas RG. Hanya sebentar, lalu saya berusaha untuk senyum. Senyum beneran loh... Jangan diartikan macam-macam ya...

Namanya pendapat, boleh-boleh saja. Kendati tetap ruang demokrasi memberi celah buat saya dalam konteks ini untuk berbeda dengan RG.

Saya akan mulai dengan pertanyaan: Kira-kira, kuatan mana antara PS dengan Mega dan Budi Gunawan (BG)? Kuatan mana pengaruh antara Gerindra dengan PDIP? Mari kita diskusi.

Pertama, apa kekuatan PS dan Gerindra untuk mengendalikan Jokowi? Deket tidak, malah dua kali pilpres jadi rival.  Punya gaya dan karakter yang berbeda. Di sisi lain, Jokowi kader PDIP dan jadi petugas partai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun