Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Dan, pada akhirnya, Tahun Masehi, baru dihitung dan ditetapkan sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret, yang mulai diadopsi di Eropa Barat pada sekitar abad ke-8. Sejak itu lah setiap tanggal 31 Desember malam akan dilakukan malam pergantian tahun baru dengan segala perayaan yang dilakukan negara-negara di seluruh belahan dunia.
Pada akhirnya, lakukanlah segala sesuatu, tahu apa latar belakang dan sejarah mengapa hal tersebut dilakukan dan menjadi tradisi. Maka, apa yang kita lakukan akan berisi dan bermakna. Tidak sekadar numpang lewat karena sekadar ikut-ikutan.
Jangan sampai, merayakan tradisi tahun baru dengan.penuh euforia, tetapi begitu masuk tahun baru, tidak ada yang diubah karena tidak bercermin. Tetap miskin hati. Â miskin akal pikiran. Berbuat pun di jalan tidak benar dan jauh dari kebaikan.
Jadi, memasuki tahun baru. Yang sudah berhasil dipertahankan dan ditingkatkan. Yang belum tercapai, rebut kesempatan dan raih dengan perjuangan yang kreatif-inovatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H