Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meneladani Jepang, Australia, dan Korea Selatan dari Bekas yang Ditorehkan

4 Desember 2022   07:27 Diperbarui: 7 Desember 2022   19:21 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kita lakukan, hanya akan sia-sia bila tidak meninggalkan jejak atau bekas proses dari apa yang kita lakukan. (Supartono JW.04122022)

Babak penyisihan grup Piala Dunia 2022 Qatar telah usai pada Jumat, 2 November 2022 hingga Sabtu, 3 Desember 2022 dini hari. Luar biasanya, tim Asia berhasil membuat bekas kelam bagi tim unggulan, sekaligus mencetak sejarah di Piala Dunia dengan mengirimkan tiga wakilnya ke babak 16 besar. Mereka adalah Jepang, Australia, dan Korea Selatan--meski pada akhirnya mereka harus angkat koper pada fase gugur.

Kuda hitam dan daya juang

Sebelum Piala Dunia Qatar datang, Jepang, Australia, dan Korea Selatan jelas dianggap sebagai tim kuda hitam. Arti dari kuda hitam adalah tim yang pada awalnya tidak terlalu mendapat perhatian namun berhasil memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap inti dari sebuah peristiwa bahkan sampai mengubah hasil atau akibat dari peristiwa tersebut. Tetapi, mereka nyatanya tampil sebagai kuda perang.

Mengapa Jepang, Australia, dan Korea Selatan mampu mengubah hasil dan membalilkkan semua prediksi di Piala Dunia Qatar, menyingkirkan tim-tim unggulan dan lolos ke fase gugur?

Catatan saya, mengamati jalannya setiap laga ketiga tim Pahlawan Asia tersebut, kuncinya adalah ada pada daya juang, tampil ngotot hingga titik darah penghabisan.

Daya juang inilah yang wajib menjadi teladan bagi tim-tim Asia lainnya, bahkan wajib pula merasuk pada jiwa-jiwa manusia di seluruh Asia, termasuk, manusia-manusia Indonesia, yang selama ini lekat dengan mental dan karakter yang melempem, sebab tertinggal pendidikan hingga kecerdasan intelegensi dan personality pun tercecer.

Sadar bukan menjadi tim unggulan. Sadar akan kekurangan dan kelemahan. Namun, ketiga tim ini meninggalkan jejak, bekas nyata dari hasil persiapan menuju Piala Dunia dengan mendeskripsikan setiap penampilannya dengan kecerdasan integensi dan personality yang luar biasa.

Semuanya tercermin dengan daya juang dan kengototannya. Tergambar dalam teknik dan speed-nya. Bahkan, speed atau kecepatan ketiga tim sangat merepotkan dan ujungnya mampu menggilas dan menenggelamkan nama-nama besar tim unggulan.

Jepang, Australia, dan Korea Selatan adalah contoh bahwa seluruh yang menjadi bagian dalam tim adalah para pribadi yang tahu diri, punya rasa syukur, tahu caranya berterima kasih kepada bangsa dan negaranya, kepada publik sepak bola Asia, sehingga membalasnya dengan penampilan teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) secara individu dan kolektivitas tim yang luar biasa. Di atas rata-rata.

Para pemain nampak jelas, dari penampilannya adalah pribadi-pribadi.yang telah mengikuti proses latihan tim dan individu dengan sangat baik. Ada bekas bahwa mereka pribadi yang sudah makan latihan dan pendidikan. Sudah dibekali ilmu dan taktik, bagaimana caranya melawan hingga mengalahkan lawan-lawan yang lebih diunggulkan.

Mereka tahu, laga yang mereka mainkan ditonton jutaan publik sepak bola dunia, baik yang hadir di stadion atau yang melalui layar kaca. Karenanya tampil cemerlang. Tidak membuat kesalahan elementar, tidak mempermalukan diri dan tim, membalas hasil kepercayaan pelatih yang sudah memilih masuk dalam tim dengan permainan TIPS spektakuler.

Yah, Jepang, Austarlia, dan Korea Selatan, telah membuat bekas pada Piala Dunia Qatar 2022, di antaranya, luka dan kesedihan tim-tim unggulan yang dibuat mengemas koper lebih awal.

Mereka membuat bekas catatan sejarah. Memberikan bekas bahwa tim kuda hitam pun mampu menenggelamkan tim unggulan dengan semangat, daya juang, dan kecepatan. Meninggalkan bekas bahwa mereka adalah pemain yang sudah dilatih, dididik, dibina, di arahkan. Ada wujud hasil proses yang dilalui dan diaplikasikan dalam praktik, yaitu laga sebenarnya, Piala Dunia.

Hei manusia Indonesia, tahu kan arti bekas? Salah satu artinya adalah adalah tanda yang tertinggal atau tersisa.

Jadi, 3 tim Asia itu meninggalkan sisa catatan sejarah kelam untuk negara unggulan. Meninggalkan dan menyisakan catatan Indah untuk negaranya dan Asia. Meninggalkan catatan sejarah di Piala Dunia, meninggalkan dan menyisakan apa yang mereka telah terima dalam menjalani proses latihan, teraplikasi dalam penerapan dalam laga dengan wujud atau bukti TIPS yang mumpuni.

Kata lainnya, apa yang dilakukan Jepang, Australia, dan Korea Selatan, sangat berbekas, membekas, membuat kebanggaan karena dapat tampil luar biasa dan meninggalkan kekecewaan lawan yang ditenggelamkan.

Mereka berhasil melukis kisah Piala Dunia Qatar bak di atas batu, yang dapat kekal diteladani sepanjang masa. Bukan melukis di atas pasir di pinggir laut.

Kendati, Australia kini sudah kalah di fase gugur dari Argentina dengan skor tipis 2-1, namun permainan individu dan tim Kanguru ini, tetap layak diacungi jempol. Tetap meninggalkan bekas manis. Sebab, Argentina pun kewalahan meladeni Australia.

Cermin

Wahai manusia Indonesia, apa yang dapat diteladani dari tampilan 3 negara Asia yang membuat bekas luar biasa bagi di Piala Dunia Qatar bagi Parlemen dan Pemerintahan Indonesia. Bagi PSSI? Bagi Timnas Piala Dunia U-20? Bagi Panitia Piala Dunia U-20 Indonesia? Bagi Klub-Klub Liga 1, 2, dan 3? Bagi sepak bola akar rumput? Bagi setiap individu rakyat Indonesia?

Mengapa mereka dapat tampil menggila di Piala Dunia? Padahal sama-sama bangsa Asia, seperti Indonesia? Jawabnya, yang membedakan adalah daya juang, pendidkan, TIPS, tahu diri, peduli, tanggungjawab, disiplin, dan tahu malu, sebab mereka senantiasa bercermin, instrospeksi diri, merefleksi diri, dan terus berbenah memperbaiki kelemahan dan kekurangan.

Cerminan yang paling dapat dilihat adalah, dalam diri setiap pemain, nampak pribadi atau manusia yang sudah makan bangku pendidikan, sudah makan latihan dan pendidikan TIPS sepak bola, sehingga cerdas otak (intelegensi) dan cerdas emosi (personality). Bekal dalam sepak bola pun sangat cerdas teknik dan kecepatan (speed) karena pondasinya cerdas otak dan emosi. 

Cerminan lainnya, para pemain ini tahu rasanya bersyukur dan berterima kasih sudah menjadi bagian dalam tim Jepang, Australia, dan Korea Selatan, maka menghargai yang sudah memberikan kepercayaan, maka membalasnya dengan meninggalkan bekas manis dan pahit. 

Apa yang kita lakukan, hanya akan sia-sia bila tidak meninggalkan jejak atau bekas proses dari apa yang kita lakukan.

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun