Apakah Divisi Pembinaan Suporter (DPS) PSSI itu ada? Bukan sekadar Divisi-Divisian dan sekadar Divisi tempelan? Bila memang ada, mengapa tidak nampak program dan kegiatan yang signifikan dilakukan, hingga kali ini saya tulis artikel dengan judul: Di Mana Divisi Pembenaan Suporter PSSI? Suporter Kampungan Terus Dibiarkan Merusak, Menjadi Lahan Komdis PSSI Meraup Ratusan Juta.Â
Pekan pertama hingga pekan keempat BRI Liga 1, suporter kampungan terus ada
Apa sih kampungan itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kampungan adalah berkaitan dengan kebiasaan di kampung, Â terbelakang (belum modern), Â kolot, tidak tahu sopan santun, tidak terdidik, kurang ajar.
Meski usia PSSI menjelang 93 tahun, dan sepak bola dunia mengakui bahwa suporter sepak bola Indonesia menakjubkan, terutama dari segi kuantitas. Namun, secara kualitas, suporter sepak bola Indonesia, pada umumnya masih dihuni para suporter yang datang ke Stadion membawa kebiasaan di kampung yang tidak baik. Masih terbelakang memahami bagaimana bersikap dan bertindak menjadi suporter yang benar dan baik (moderen), masih banyak yang perilakunya kolot, tidak ada sopan santun, nampak tidak pernah terdidik, dan sering berbuat kurang ajar, sampai berbuat anarkis yang menimbulkan kerusakan berbagai fasilitas, bikin rusuh, hingga membuat jatuh korban jiwa. Bila meruntut  lagi ke belakang, kasus suporter kampungan di Indonesia ini, catatannya terus memprihatinkan.
Namun khusus di BRI Liga 1 Pekan pertama hingga Pekan keempat, suporter kampungan ini masih bisa hadir dan bebas berbuat kampungan di dalam Stadion, ke mana dan di mana DPS PSSI?
Terbaru, Senin malam (15/8/2022),sejatinya saya ingin menjadi saksi dari laga penutup pekan keempat Kompetisi BRI Liga 1, menonton secara langsung ke Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Sebab alasan cuaca, saya pun mengurungkan niat berangkat. Jadilah, saya hanya menonton laga antara RANS Nusantara versus PSM Makasar via media siaran langsung berbayar. Sepanjang laga seru, yang sempat dihentikan karena lapangan tergenang air akibat guyuran hujan deras, berkali-kali kameramen siaran berbayar menyorot ke arah suporter yang ternyata masih kampungan. Kontras dengan beberapa suporter moderen yang cerdas intelegensi dan personality.
Para suporter kampungan itu, terus tanpa berdosa dan merasa bersalah, ada yang berjingkrak melakukan atraksi dukungan dengan berdiri di atas bangku single seat. Ada yang duduk di senderan bangku  single seat dan kakinya menginjak dudukan bangku. Ada pula yang duduk di bangku single seat, kakinya ditangkringkan ke senderan bangku di depannya.
Catatan saya, sejak laga pekan pertama BRI Liga 1, perilaku suporter kampungan ini terus ada hampir di setiap laga dan tersorot kamera televisi dalam siaran langsung. Bahkan, perilaku suporter kampungan bukan hanya terjadi di dalam Stadion, di Tribun Penonton, tetapi juga ada tindakan anarkis dan rusuh yang sampai menimbulkan korban jiwa. Kerusuhan suporter yang terjadi pada Senin 25 Juli 2022 lalu di Yogyakarta, terjadi saat rombongan suporter dari Solo hendak menuju ke Magelang untuk menyaksikan pertandingan antara Persis Solo melawan Dewa United di Stadion Moch Soebroto. Korbannya adalah salah satu suporter PSS Sleman atas nama Tri Fajar Firmansyah. Tri Fajar meninggal dunia pada Selasa, 2 Agustus 2022 sekitar pukul 14.00 WIB di RSPAU Hardjolukito. Dari peristiwa akibat suporter kampungan, BRI Liga 1 2022/2023, Pekan Pertama langsung ada korban jiwa. Berikutnya, dari Pekan Pertama hingga Pekan Keempat pun Suporter KAMPUNGAN terus ada di setiap laga.
Suporter kampungan tinggalkan citra buruk Piala AFF U-16 2022, bagaimana event lain?
Setali tiga uang dengan suporter kampungan dalam BRI Liga 1, suporter kampungan Indonesia juga ternyata menghiasi Piala AFF U-16 2022 yang berlangsung di Indonesia. Saat Timnas Indonesia U-16 berhadapan dengan lawan yang melakukan tindakan licik, melakukan provokasi, mengulur waktu dengan pura-pura cidera, maka suporter kampungan pun tak tercegah dalam aksinya melemparkan barang-barang terlarang ke arah lapangan yang mengarah ke pemain lawan Garuda Belia. Suporter kampungan juga tidak lupa menyalakan suar (flare), meski di luar Stadion.
Miris, laga sekalas Piala AFF, suporter masih bisa lolos membawa barang-barang berbahaya ke dalam stadion dan masih juga dibiarkan menyalakan api. Ke mana juga DPS PSSI, itu? Bagaimana kira-kira dengan event-event lain termasuk Piala Dunia U-20 2023 yang akan digelar di Indonesia, bila para suporter kampungan masih terus dibiarkan lolos dan berkeliaran di lingkungan luar dan dalam stadion?
Fakta suporter masih ada yang kampungan di Piala AFF U-16 2022 dan terus dibiarkan suporter kampungan hadir dan masuk ke dalam stadion sejak Pekan pertama hingga Pekan keempat BRI Liga 1, maka tidak ada gunaanya DPS PSSI itu dibentuk. Akibat ulah suporter kampungan yang terus hadir di stadion, akan ada berapa banyak fasilitas, terutama bangku single seat yang rusak. Dan, yang tidak pernah dipikirkan adalah atraksi suporter yang berjingkrak baik di tempat duduk penonton yang masih beton atau di atas bangku single seat, yaitu kekuatan bangunan stadion yang bisa runtuh kapan saja karena beban suporter dan beban jingkrakannya.
DPS apa program dan tindakannya, Komdis meraup untung?
Atas kejadian dan catatan fakta-fakta tersebut, apa langkah dan tindakan DPS PSSI? Apa programnya yang nyata dan ada wujudnya serta diketahui oleh publik sepak bola nasional? Apa program yang sudah dirancang untuk menangani suporter kampungan dalam mendukung Timnas Indonesia? Apa program yang dirancang agar Pekan kelima BRI Liga 1 tidak ada lagi suporter kampungan yang tindakan bodohnya tersorot kamera televisi dan menjadi contoh buruk bagi suporter lain yang hadir di Stadion?
Apa memang suporter tetap dibiarkan kampungan agar Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dapat meraup untung dari perbuatan suporter kampungan yang merugikan Klub?
Lihat, Komdis PSSI, resmi menjatuhkan sanksi kepada Arema FC sebesar Rp170 juta usai laga melawan PSS Sleman di Liga 1 2022/2023. Adapun sanksi yang diberikan akibat dari tiga pelanggaran yang dilakukan Aremania (nama suporter Arema FC) saat melawan PSS Sleman pada Jumat, 5 Agustus 2022 silam. Pelanggaran pertama oleh suporter adalah menyalakan flare di stadion. Sanksi ini berujung pembayaran denda sebesar Rp 100 juta kepada Arema FC.
Pelanggaran kedua, adanya lemparan gelas mineral ke pemain lawan dua kali, sanki dendanya Rp 50 juta. Ketiga, adanya penembakan petasan ke hotel tempat penginapan lawan, Rp 20 juta.
Selain itu, Komdis juga meraup uang dari kesalahan yang diperbuat suporter klub lainnya seperti dapat Rp 50 juta akibat ulah suporter Persija nyalakan flare dan Rp 200 juta dari Persib Bandug. Rp 50 juta dari PSS Sleman, Rp 50 juta Persita Tangerang. Luar biasa, ternyata ulah Suporter kampungan, malah menjadi lahan PSSI meraup uang. Bukannya melakukan pembinaan dan edukasi suporter
Wahai PSSI, sepanjang saya mengamati sepak bola nasional, langkah nyata PSSI dalam menangani suporter belum ada yang komprehensif. Kebanyakan hanya parsial, sepotong-sepotong dan tidak tuntas, tidak membuat suporter menjadi cerdas intelegensi dan personality sampai ke akar-akarnya suporter Indonesia atau sampai ke akar-akarnya suporter klub. PSSI kalah oleh Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK).
PPKGBK sebagai instansi pelayangan publik di bawah Kementerian Kesekretariatan Negara, justru pernah sangat serius menangani suporter sepak bola Indonesia yang kampungan. Mereka, sampai menghadirkan saya sebagai nara sumber untuk membuat Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), tidak dijamah lagi oleh suporter kampungan yang merusak bangku single seat dan beberapa fasilitas dan sarana SUGBK. Sebagai pengamat pendidikan sekaligus pengamat sepak bola nasional, saya pun hadir sebagai nara sumber di PPKGBK, memaparkan Program tentang cara mengatasi suporter kampungan dengan langkah-langkah yang komprehensif dan terpadu.
Alhamdulillah, setelah beberapa kali saya melakukan presentasi di hadapan para Direktur dan Direktur Utama PPKGBK, Program yang saya tulis dalam bentuk Makalah SEDERHANA berjudul MENJADI PENONTON SEPAK BOLA yang BENAR, sebagian tips yang saya berikan dalam makalah, akhirnya dapat diakomodir oleh PPKGBK. Hingga kini, bangku single seat SUGBK dan fasilitasnya terhindar dari perbuatan bodoh suporter kampungan. Berikut saya cuplikkan Kata Pengantar Makalah tersebut:
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Panduan Menjadi Penonton Sepakbola yang Benar, tersusun. Atas dasar permohanan dari Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK), akibat peristiwa suporter sepakbola nasional yang hadir menonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang kini telah menjadi stadion termegah di Indonesia dan dunia, dengan tidak etis memerlakukan tempat duduk penoton sambil berdiri di atas bangku atau duduk di sandaran bangku yang sudah singel seat, saya susun makalah sederhana ini.
Mengingat belum adanya panduan menonton sepakbola yang dapat dijadikan acuan untuk penonton sepakbola Indonesia, maka hadirnya kembali SUGBK setelah direnovasi, menjadi momentum yang tepat untuk mencerdaskan penonton Indonesia agar dapat menjadi penonton yang benar di dalam stadion dengan diawali dari praktik menonton di SUGBK.
Makalah ini, penulis susun secara komprehensip, mulai dari persiapan menonton, perjalanan menuju stadion, sikap di dalam stadion, hingga kepulangan menuju rumah dengan sehat dan selamat.
Dengan adanya makalah yang berisi panduan penonton ini, diharapkan seluruh suporter sepakbola nasional khususnya dan dunia pada umumnya, dapat memahami dengan benar tata cara menjadi penonton sepakbola yang baik saat hadir di stadion.
Dengan pemahaman atas tata cara menjadi penonton yang baik, maka pertandingan sepakbola dari berbagai aspek akan digaransi aman. Jauh dari sikap anarkis suporter, lingkungan di seputar dan di dalam stadion nyaman. Sarana dan prasarana stadion terutama tempat duduk akan diperlakukan dengan benar oleh suporter, dan dengan sendirinya suporterpun terlibat sebagai tim kemaanan untuk dirinya sendiri, suporter tim, suporter lawan, keamanan stadion dan prasarana, serta keamanan lingkungan sekitar stadion.
Depok, 5 Februari 2018
Drs. Supartono, M.Pd.
Pengamat pendidikan nasional, pengamat sepak bola nasional.
PESSI, masih saya simpan, bila PSSI membutuhkan, silakan
Dari rintisan makalah yang saya tulis berisi panduan untuk kebutuhan PPKGBK dalam mengatasi dan menyelematakan SUGBK  dari suporter kampungan, ujungnya saya tawarkan PROGRAM  EDUKASI SUPORTER SEPAK BOLA INDONESIA (PESSI) kepada Direktur Utama PPKGBK, namun  Direktur Utama PPKGBK saat itu, menjawab bahwa tugasnya hanya menyelematkan SUGBK dan fasilitas lain di lingkungan PPKGBK dari tindakan suporter  yang salah dan merusak. PESSI adalah program mencerdaskan suporter Indonesia yang seharusnya memang dijalankan untuk mengedukasi suporter sepak bola nasional, suporter klub dari hulu ke hilir, dan penanggungjawabnya adalah PSSI, bukan PPKGBK.Â
Atas jawaban itu, mengingat saya hanya diundang dalam kapasitas sebagai nara sumber untuk kepentingan penyelamatan SUGBK, saya pun hanya bisa bersyukur, telah menyumbangkan pikiran dalam menyelamatkan SUGBK, Stadion terbesar, megah bersejarah, di Indonesia dan dunia dari tindakan suporter kampungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H