Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sudahkah Kompetisi Elite Pro Academy (EPA) Sesuai Namanya?

22 Juni 2022   16:42 Diperbarui: 22 Juni 2022   16:47 4931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski EPA disebut telah memiliki andil melahirkan pemain Timnas kelompok umur, faktanya tetap saja, para pemain yang disebut sebagai milik Klub Liga 1, tetap diakui oleh wadah aslinya yang telah melahirkan pemain tersebut. Klub hanya merekrut secara instan dan gratisan.

Sebab, publik sepak bola nasional juga tahu, mana Klub-Klub Liga 1 yang sudah menyentuh dan melakukan pendidikan, pelatihan, dan pembinaan di sektor akar rumput di Indonesia, dan dapat dihitung dengan jari. 

Klub-Klub yang tidak memiliki pemain sepak bola akar rumput karena tidak melakukan pendidikan, pelatihan, dan pembinaan pemain akar rumput, terus berkutat harus melakukan cara potong kompas dan instan, demi Klubnya dapat memenuhi regulasi, ada pemain untuk kompetisi EPA yang dihelat oleh PSSI.

Lucunya, PSSI mewajibkan Klub Liga 1 memiliki tim U-16, U-18, dan U-20 untuk berkompetisi di EPA, tetapi PSSI menutup mata, dari mana asal para pemain yang Klubnya tak tak menjadi wadah sepak bola akar rumput. Membiarkan Klub-Klub Liga 1 mencomot pemain, terus melakukan cara instan, melakukan SELEKSI PEMAIN TEBUKA demi merekrut pemain yang tidak pernah dididik, dilatih, dan dibinanya dari akar rumput. Malah, para pemain dibebani biaya registrasi ratusan ribu rupiah.

Sejatinya, ada Klub-Klub yang sudah manusiawi, karena melakukan kerjasama dengan wadah sepak bola akar rumput yang sudah ada secara PAKETAN dengan penyalur pemain atau agen pemain. Namun, penyalur pemain ini juga melakukan cara instan dalam merekrut pemain dari wadah yang sudah ada. 

Pada akhirnya, meski menjelang tahun ke-5 Kompetisi EPA digulirkan, banyak Klub dan Agen pemain Paketan yang terus menelikung Sekolah Sepak Bola (SSB) atau Akademi Sepak Bola (ASB) atau Diklat Sepak Bola (DSB) yang sudah terlebih dahulu menjadi pembina secara resmi anak-anak yang direkrut paketan atau comotan.

Mimpi dan ego orangtua, bukan anak

Hal ini diperparah oleh sikap para orangtua yang bermimpi anak mereka dapat menjadi pemain Timnas atau pemain Klub, karena berharap sepak bola menjadi profesi anaknya. Hingga seleksi terbuka yang diselenggarakan oleh Klub Liga 1, dikejar dengan mengabaikan jarak tempuh antar kota, antar pulau di Indonesia. Rela merogoh kocek pribadi, dan mengabaikan etika terhadap SSB atau ASB atau DSB yang telah membina anaknya.

Di sinilah letak perbedaan orangtua di Indonesia dan orangtua di manca negara terutama di Benua Eropa dan Amerika. Orangtua di sana, karena tingkat pendidikan dan kecerdasannya, maka akan tahu bakat dan arah masa depan anaknya. Profesi apa yang akan cocok untuk anak mereka. 

Bila anak-anak mereka sudah diketahui tidak akan berkembang sebagai pesepak bola karena kondisi TIPS-nya, mereka akan sangat legowo dan akan meninggalkan sepak bola sebagai profesi untuk menjamin kehidupan dan masa depannya.

Di Indonesia, hingga kini masih dipenuhi para orangtua yang bermimpi anaknya menjadi pesepak bola. Menjadi pemain Timnas atau pemain Klub. Tidak peduli pada kemampuan dan kompetensi TIPS anaknya yang tidak mendukung. Bahkan demi impian orangtuanya, bukan impian anaknya, orangtua rela merogoh kocek yang dalam, bahkan sampai utang demi ego orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun