Digulirkan sejak 2018, Â Kompetisi bernama Elite Pro Academy (EPA) Liga 1 PSSI, apakah isi dan segala hal yang terkait di dalamnya sudah sesuai nama EPA dan maksud penggagasnya? Adakah menjelang 5 tahun Usia EPA, instrospeksi, refleksi, evaluasi dari PSSI dan Klub Liga 1 yang masih bikin malu dan terus menjadi perbincangan publik karena hanya asal comot pemain untuk kepentingan EPA? Adakah perbaikan yang signifikan terutama regulasi tentang pemain yang merugikan penggiat sepak bola akar rumput dari PSSI? Sementara WADAH sepak bola akar rumput pun, terus dibiarkan SALAH KAPRAH. Keberadaan EPA juga menambah SALAH KAPRAH. (Supartono JW.22062022)
Kiprah STy, teguran untuk EPA dan PSSI
Miris, di tengah euforia Timnas Indonesia berhasil lolos ke putaran Final Piala Asia 2023 dan peringkat FIFA Indonesia melonjak hingga 20 digit sejak Shin Tae-yong (STy) menangani Garuda mulai Januari 2020. Ditambah Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, ternyata sebagian besar Klub-Klub Liga 1 PSSI yang berlaga di kompetisi sepak bola nasional, masih terus menyisakan permasalahan kronis.
Padahal, selama dua tahun STy mengampu Timnas berbagai level, rapor pemain Timnas dalam hal intelegensi, personality, teknik, dan speed (IPTS) atau sering saya tulis sebagai akronom TIPS, banyak yang belum lulus. Sehingga, selama dua tahun ini, STy pun saya sebut sangat berprestasi dalam membenahi TIPS pemain, yang seharusnya sudah lulus di Klub karena terdidik, terlatih, dan dibina dengan benar di sektor akar rumput.
Tetapi harus diulang dari dasar oleh STy. Jadilah STy lebih sibuk mengurusi TIPS pemain yang belum lulus, padahal kontrak STy membawa Timnas berprestasi dalam hal tropi.
Untungnya, STy tidak seperti pelatih-pelatih Timnas Indonesia terdahulu, yang kebanyakan adem ayem dengan kondisi TIPS para pemain Timnas yang belum lulus, plus adem ayem dengan pemain Timnas TITIPAN.
Kejelian, kesungguhan, kejujuran, keberanian, ketegasan, dan keterbukaan STy tentang AIB rapor TIPS pemain Timnas yang belum lulus TIPS, bagi saya adalah PRESTASI yang tak dapat dibandingkan dengan sekadar tropi juara. PRESTASI nyata STy yang terukur adalah naiknya peringkat FIFA Indonesia yang sangat signifikan.
Karenanya, kiprah STy yang lebih banyak bergelut dan harus mengobok-obok ulang TIPS pemain Timnas, sewajibnya menjadi TEGURAN untuk penyelenggaraan EPA oleh PSSI, yang terkesan asal jalan dan terus mengulang kesalahan, khususnya keberadaan Klub Liga 1 yang belum juga melakukan kewajibannya dalam menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pembinaan pemain sesuai standar akademi sepak bola yang benar.
Ujungnya, EPA juga hanya untuk gaya-gaya-an tak ubahnya wadah sepak bola akar rumput sejenis yang sudah menjamur di Indonesia dan terus dibiarkan salah kaprah. Sebagian Klub Liga 1 pun hanya memanfaatkan jasa wadah sepak bola akar rumput yang sudah ada. Ada yang memakai prosedur perekrutan pemain yang benar. Tapi tetap ada yang dengan cara seenaknya sendiri. Dalihnya seleksi terbuka, mengabaikan etika dan tata krama manusiawi dan organisasi.
Apakah EPA sudah sesuai namanya?
Atas kondisi sepak terjang bersama Timnas, sewajibnya PSSI dan Klub Liga 1 memetik pelajaran dari STy, khususnya dalam program Kompetisi Elite Pro Academy (EPA) Liga 1.