Fakta di depan mata, apakah Indonesia akan mampu menentukan nasib diri sendiri lolos ke semi final dengan menyingkirkan Filipina dan Myanmar? Harapannya ya. Aamiin.
Tapi perjalanan menuju partai final dan berharap meraih emas, masih berat. Optimis saja, semoga dengan dukungan moril dan doa, mimpi emas itu dapat terwujud. Kalau kembali gagal raih emas. Sederhana, ayo mawas diri.
Wawas diri, introspeksi, atau refleksi diri adalah proses pengamatan terhadap diri sendiri dan pengungkapan pemikiran dalam yang disadari, keinginan, dan sensasi. Proses tersebut berupa proses mental yang disadari berlandaskan pada pikiran dan perasaannya (intelegensi dan personality) yang cerdas.
Dari sudut otak versi Johan Cruijff
Meski menang, tetap banyak sekali, publik sepak bola nasional yang mengeluhkan permainan dan sepak terjang para pemain dalam laga tersebut.
Sepanjang laga berlangsung, wa saya terus berisik, sebab terus masuk pesan dari berbagai pihak yang isinya pertanyaan menyoal penampilan pemain Timnas U-23 yang sedang terjadi di lapangan tapi tetap tak sesuai bayangan, harapan, ekspetasi.
Simpulnya, bila dibuat statistik, tentu hasilnya memilukan bagi tim yang bercita-cita meraih medali emas ini.
Hasil laga memang menang 4-1, tapi catatan utamanya adalah tetap ada fakta kualitas passing-control masih ada beberapa pemain yang di bawah standar kelas Timnas. Banyak kesempatan emas terbuang. Jarak antar lini. Masih ada yang egois. Masih ada yang kampungan. Panik saat diserang. Kalang kabut hadapi serangan balik sampai kasih hadiah gol lawan, padahal kualitas lawan jauh segalanya di bawah pemain Indonesia.
Apa pondasi dari semua drama yang dipertunjukkan oleh para pemain kita? Jawabnya intelegensi dan personality. Otak dan mental yang memang nampak tak cerdas!
Persoalan ini, rasanya entah akan sampai kapan menjadi problem para pemain yang direkrut ke Timnas Indonesia. Karena persoalan ini, bahkan sebelum laga pasukan Garuda versus Timor Leste U-23, Fakhri Husaini, mengunggah status di Instagramnya, @coachfakhri, quote yang dicipta legenda sepak bola dunia dari Belanda, Johan Cruijff (JC)
Dalam permainan sepak bola yang bekerja terlebih dahulu adalah otak, baru kaki. Jika otak tidak mampu bekerja dengan baik, maka lupakan saja kaki. (Johan Cruijff)