Belum lagi dampak terhadap para pedagang yang ada disepanjang jalan yang kini tidak terlewati lagi oleh banyak kendaraan yang akhirnya tidak beroperasi lagi karena mobil-mobil lebih memilih menggunakan jalan tol.Â
Hanya orang-orang pemilik modal besar yang mampu berdagang di rest area, hanya mereka yang menikmati hasilnya. Ternyata jalan tol pun tak signifikan terhadap ekonomi rakyat kecil.Â
Inikah yang dinamakan tata kelola negara? Pemimpin hanya mengejar prestasi pribadi, kelompok, dan partainya, tetapi dengan cara menumpuk utang ribuan triliun, rakyat yang jadi kambing hitam.
Sejatinya, bersyukur, kini Indonesia di pandang hebat oleh pendukung rezim dan negara lain. Tapi, harus diingat, ini dilakukan dengan tata kelola yang serampangan. Ambisius.Â
Mengapa Presiden-Presiden sebelumnya malah lebih memikirkan jalan nasional, ketimbang jalan tol? Sebab, mereka memang tetap memikirkan nasib rakyat.
Apalagi yang dibanggakan rezim ini, dari hasil utang? Rakyat pun tahu. Tetapi saat utang semakin menumpuk, rakyat pun semakin ditekan.Â
Semoga fase kedua Ramadhan yang penuh ampunan ini, tetap dapat dilalui oleh rakyat Indonesia dengan ibadah yang aman, nyaman, dan khusyuk, meski banyak rakyat juga ikutan terjerat utang. Ada yang utang untuk kebutuhan primer, tapi banyak yang utang untuk kebutuhan sekunder dan demi gaya hidup hedon.
Mari, mengampuni diri sendiri dari utang, agar tak terjerat utang, gara-gara tak mampu memanaj diri, tak mampu menata kelola kehidupan sendiri, lalu mengorbankan diri, keluarga, hingga masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H