Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengampuni Diri dari Kebiasaan Utang

16 April 2022   23:11 Diperbarui: 16 April 2022   23:13 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selama 40 tahun, Indonesia hanya mampu membangun 780 km jalan tol. Maka, mulai tahun 2014 itu, pemerintah mendorong percepatan pembangunan jalan tol di Trans-Jawa, Trans-Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Berapa Panjang jalan tol yang kita bangun 7 tahun terakhir? 1.900km."

Dari hasil cuitan Bapak Presiden, lantas ada pihak yang membandingkan pencapain Jokowi dengan Presiden Indonesia sebelumnya, yang justru tak membangun jalan tol, tetapi membangun jalan nasional yang jumlah km-nya berlipat-lipat, tetapi rakyat Indonesia dapat menikmati jalan itu secara gratis.

Cuitan Jokowi tentang pencapaiannya dalam 7 tahun memerintah dan membangun jalan tol, pun dipertanyakan berbagai pihak secara obyektif, dengan melampirkan bukti dan data.

Pertanyaannya, karena Jokowi mencuit bangga, apakah membangun 1.900 km tol itu sebuah prestasi?

Lihat kemaslahatannya

Jalan tol akan dapat dikatakan sebuah prestasi jika rezim mampu mendatangkan pendapatan negara yang tinggi dan membiayai itu semua, bukan dari utang, dan memberikan dampak kepada kesejahteraan rakyat banyak, maka pembangunan jalan tol tersebut patut diacungi jempol. Itu prestasi!

Sayangnya, jalan tol yang dibangun di rezim ini tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyat. Sementara pembiayaannya, jor-joran menggunakan dana utang yang besarnya sampai ribuan triliun? 

Ingat, siapa pun presidennya, membangun apa pun dengan dana utang, itu pasti bisa. Tetapi ujungnya apa? Menjadi beban yang harus ditanggung oleh rakyat untuk waktu yang sangat panjang. 

Lalu, dari keberadaan 1.900 km jalan tol yang dibangun itu, apakah ada kemaslahatan yang siginifikan bagi rakyat Indonesia? Jawabnya pasti ada. Tapi berapa persen?

Memang, kemudian rantai distribusi bahan sembako sebagai contoh,  menjadi lebih mudah dan cepat, tapi faktanya kini apa, BBM dan harga kebutuhan pokok malah naik. Aneh?

Sudah begitu, tarif tol semakin tinggi. Bagaimana? Artinya, jalan tol ini hanya untuk kepentingan bisnis semata. Apalagi pengguna jalan tol hanya para pemilik mobil. Rakyat kecil tidak merasakan kemanfaatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun