Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mawas Dirilah Timnas, Semoga Hasil Final Leg Kedua Tetap Membanggakan Publik Sepak Bola Indonesia

31 Desember 2021   14:34 Diperbarui: 31 Desember 2021   15:02 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Jadikan mawas diri sebagai pondasi, minimal agar tak mempermalukan diri sendiri. 

(Supartono JW.31122021)

79 kali sudah timnas Indonesia bersua dengan timnas Thailand di semua ajang dan 13 kali beradu di Piala Tiger/Piala AFF. Pertemuan ke-79 pada partai final leg pertama Piala AFF 2020. Hasilnya, Indonesia dicukur habis dengan kekalahan telak 4-0. 

Catatan head to head-nya pun bagi Thailand menjadi mampu menyingkirkan Indonesia sebanyak 40 kali di semua ajang, di Piala AFF menjadi 10 kali kemenangan. Sementara Indonesia tetap di catatan menang 25 kali, imbang 14 kali di semua ajang. Di Piala AFF menjadi kalah 10 kali dari 13 perjumpaan.

Apakah pertemuan ke-80 dalam leg kedua Piala AFF, Sabtu (1/1/2022) di Stadion Nasional, Singapura, Indonesia akan mencipta catatan baru? Imbang atau menang atas Thailand? Sebelum bicara leg kedua, saya akan ulas sedikit catatan mengapa Indonesia sampai dicukur 4-0. Menyimak jalannya laga, beberapa catatan bisa saya ungkap. Di antaranya:

Pertama, strategi pelatih Shin Tae-yong (STy) yang kurang tepat atau para pemain yang tak mampu menjalankan strategi dengan benar? Dalam laga,  Indonesia nampak bermain terbuka sejak menit pertama. Seolah yang dihadapi adalah tim sekelas Kamboja atau Laos, atau Malaysia. Lini pertahanan tak terkoordinasi dengan baik, apalagi pertahanan sisi sebelah kiri begitu lemah.

Namun, secara umum, pemain di lini pertahanan memang tak cerdas intelegensi dan personaliti hingga melakukan kecerobohan yang saya sebut bermain kampungan.

Kedua, setali tiga uang, komposisi pemain di bagian depan juga ada yang kurang tepat diturunkan oleh STy terutama di ujung tombak. Bahkan, di posisi ini, publik sepak bola nasional dibikin bingung oleh STy, karena masih banyak pemain di posisi ini yang lebih layak masuk tim dibanding yang sekarang ada di Singapura.

Artinya, di laga leg pertama, strategi STy salah atau tak bisa dijalankan. Pemasangan pemain belakang dan depan juga tak tepat, sudah begitu nampak sok-sok an bermain terbuka, padahal yang dihadapi Thailand. Tim level Asia. Tim tercerdas. Tim terbaik dalam Piala AFF 2020. Tim kotaan.

Ketiga, sebab sok-sok an bermain terbuka, maka ada kesan meremehkan, hingga lini pertahanan pun menjadi sangat terbuka, dan menjadi celah bagi Thailand menggelontor 4 gol.

Keempat, punya kemampuan serangan balik. Tetapi lagi-lagi karena para pemain bermain tak cerdas intelegensi dan personaliti, sehingga egois, individualis, dan bermain kampungan, peluang emas  yang tercipta lebih dari 4 kali, tak ada satu pun yang menjadi gol.

Bandingkan dengan 4 gol Thailand. Proses terciptanya sangat terorganisir, rapi, efektif, dan simpel. Karena cara bermain yang cerdas dan kotaan.

Secara matematis, berat

Laga leg kedua babak final Piala AFF 2020 akan menjadi laga rileks bagi pasukan Gajah Perang, sebaliknya menjadi laga penuh beban bagi pasukan Indonesia.

Bila STy menerapkan strategi yang benar, memasang pemain yang tepat meski tak ada Pratama Arhan, dan pemain juga mampu bermain cerdas dan kotaan, lalu konsentrasi di barisan belakang seperti saat menahan imbang Vietnam di fase grup, bermain tertutup, serta tetap cerdas dengan strategi serangan balik, minimal Indonesia akan mampu menahan imbang Thailand, sekaligus mencuri gol dari serangan balik yang cerdas dan efektif. Tak ada individualis dan egois. 

Meski secara matematis, level Thailand yang benar-benar sudah di atas rata-rata level Indonesia, dalam sepak bola, segala kemungkinan dapat terjadi. Dan dapat membalikkan catatan matematis. Sebab, ada kata, tidak ada yang tidak mungkin, sepanjang diperjuangkan dengan benar, cerdas, dan dengan cara kotaan, bukan kampungan.

Terpenting, semua pemain Indonesia yang dipercaya turun dan juga pelatih STy, mawas diri yaitu melihat (memeriksa, mengoreksi) diri sendiri secara jujur.

Saya katakan, bila strateginya tepat, komposisi pemain tak coba-coba, tak bermain terbuka, dan semua bermain cerdas kotaan, leg pertama seharusnya bisa disetting berakhir imbang.

Apa bedanya Thailand dan Vietnam yang kini selevel lagi? Dalam laga leg pertama, Thailand memang tampil mendominasi dan berhasil melakukan penguasaan bola mencapai 67 persen tak jauh berbeda dengan penguasaan bola Vietnam saat ditahan imbang Indonesia.

Namun, akibat pertahanan Indonesia yang memang tak ketat, dan menjadi keropos, Thailand mampu menciptakan 19 tendangan, dengan sembilan di antaranya tepat sasaran.Jauh dari catatan statisik Vietnam yang hanya melakukan 1 tendangan tepat sasaran ke gawang Nadeo.

Lebih dari itu, kecerobohan STy yang membikin pertahanan Indonesia rapuh, diantisipasi dengan cerdas oleh Thailand. dengan melakukan strategi pressing ketat. Timnas Thailand besutan Alexandre Polking pun membuat timnas Indonesia hujan 4 gol.

Mawas diri, pondasi

Jadi bila STy dan para pemain benar-benar mawas diri. Sadar siapa Thailand, sadar siapa para pemain Indonesia, maka minimal timnas Indonesia tidak akan mempermalukan diri sendiri dan mempermalukan Indonesia di kancah sepak bola Asia Tenggara, Asia, dan Dunia.

Tak usah ada dalih, pasukan STy sekarang masih muda, mungkin baru bisa bicara.dan berprestasi beberapa tahun ke depan. Tidak usah itu jadi wacana.

Pasukan sekarang, bila di leg pertama mawas diri, kalau pun kalah seharusnya cukup.1-0 atau 2-0. Apalagi kalau sangat mawas diri dan cerdas, mungkin bisa bermain imbang.

Ayo mawas diri berlipat cerdas, bermain kotaan. Sadari, Thailand buka Laos, Kamboja, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, ya? Dengan mawas diri, cukup berpikir bagaimana bermain imbang dan berusaha mencuri gol dengan serangan balik efektif.

Ingat, laga leg kedua, bila hasilnya imbang= sudah bagus. Bila mampu sampai menang, 1-0, 2-0 dan seterusnya= luar biasa. Apalagi bisa menyamakan kedudukan dulu, dengan menang 4-0 hingga agreget imbang=sangat luar biasa.

Kalian punya kelebihan kecepatan. Jadikan itu senjata, dan gunakan dengan cerdas dengan pondasi mawas diri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun