Pembinaan, festival, turnamen, kompetisi sepak bola akar rumput (usia dini dan muda), mendidik siswa menghargai waktu dan ketepatan waktu sebagai bekal untuk kehidupan nyata. (Supartono JW.06122021)
Siapa bilang melalui sepak bola anak-anak tidak terdidik dalam kehidupan nyata? Mau bukti?Â
Dalam kasus terbaru, ada beberapa orang tua di salah satu Sekolah Sepak Bola (SSB) di Jabodetabek yang sangat prihatin dengan ketidakdisiplinan tim sepak bola kelompok umur yang diikuti oleh putranya. Gara-gara ada bagian tim (pemain/ofisial) yang datang terlambat, tidak sesuai waktu yang telah ditentukan, maka secara keseluruhan, tim kelompok umur putranya harus menanggung beberapa kerugian yang langsung dibayar lunas.
Padahal tim kelompok umur tersebut bergelut dalam laga kompetisi ketat dan ada garansi DEGRADASI.
Kerugian tersebut, pertama tim kalah sebabnya, pemain yang diturunkan sejak kick-off tidak sesuai rencana dan strategi sesuai hasil latihan. Terpaksa pemain yang diturunkan hanya sesuai kondisi pemain yang sudah datang.
Para pemain juga tidak memiliki pemanasan Teknik, Intelegensi, Personaliti, dan Speed (TIPS) yang standar. Dampaknya, selain komposisi pemain berantakan, TIPS pemain pun tercecer dari lawan.
Dampak kedua, akibat tak cukupnya pemanasan TIPS pemain, lalu pemain pun diturunkan di posisi yang tidak sesuai komposisi dalam latihan, maka strategi tim tak jalan, pun banyak pemain yang harus menanggung cidera karena kurang pemanasan TIPS.
Mirisnya beberapa orang tua ini menjadi saksi, bahwa dalam satu bulan ini, satu kelompok umur, mengalami dua kali masalah akibat keterlambatan. Sementara satu kelompok umur lagi, mengulang kesalahan yang sama sampai empat kali laga, selalu ada bagian tim yang terlambat hadir di lapangan sesuai waktu yang telah ditentukan.
"Percuma latihan ketat dan serius tiga kali seminggu. Latihan sudah bagus, sesuai program, tetapi saat laga resmi, hasil latihan tak dapat diterapkan, karena ada bagian tim yang tidak disiplin dan tidak bertanggungjawab." Ungkap salah satu orang tua yang sangat kecewa.
Bahkan sampai ada orang tua yang bicara bahwa datang tepat waktu, komposisi dan strategi permainan sudah sesuai hasil latihan, bila TIPS lawannya di atas tim kita, tim kita pun belum tentu dapat menuai kemenangan atau bahkan tetap kalah.
Meski ada garansi degradasi, dan setelah berupaya dan berusaha, tim tetap kalah, maka bila semua individu dalam tim taat dan disiplin terhadap waktu yang ditentukan, kita akan tetap puas dan bahagia. Karena hasil latihan teraplikasi, seluruh bagian tim merasa memiliki, bertanggungjawab, peduli, tahu diri, dan bersatu.
Itulah nilai-nilai kehidupan nyata yang menjadi praktik pembelajaran dan pendidikan anak-anak yang lebih dari sekadar bermain sepak bola.
Perlu diketahui dalam sebuah kompetisi sepak bola resmi, kick off pertandingan tak ubahnya seperti jam lepas landas (take off) pesawat terbang. Pesawat akan terbang sesuai waktu yang ditentukan. Tidak akan peduli dengan penumpang yang terlambat. Begitu pun Kereta Api.Â
Dalam kompetisi sepak bila usia dini dan usia muda, para operator kompetisi pun secara profesional sudah taat regulasi dan tepat waktu.
Karenanya, bagi para pesepak bola akar rumput dan usia dini, kompetisi sepak bola sewajibnya menjadi pembelajaran dan pendidikan bahwa nilai-nilai kedisiplinan dalam kompetisi sepak bola menjadi cikal bakal pendidikan belajar tepat waktu di semua aspek kehidupan. Orang tua wajib menjadi teladan bagi anak-anak.
Dengan demikian, juga akan ada efek terhadap labeling bangsa Indonesia oleh dunia, bahwa Indonesia sangat lekat dengan budaya terlambat, jam karet.
Dampak dan budaya terlambat
Dampak yang ditimbulkan dari keterlambatan sering tak dipikirkan oleh seseorang yang memiliki budaya terlambat. Sudah begitu, akibat keterlambatan yang ditimbulkannya pun, kerugiannya sering dianggap sepele dan angin lalu, meski efeknya berdampak pada keadaan fisik maupun non fisik, materi maupun nonmateri, Â hingga dampak keutuhan kekeluargaan dan kesatuan-persatuan. Dalam kompetisi sepak bola, tim dapat turun kasta jurang degradasi.Â
Bila naik pesawat atau kereta, diri sendiri yang menanggung. Tiket pun hangus. Bila di tempat pekerjaan, ujungnya bisa di PHK, dll.Â
Mengingat dampak yang ditimbulkan akibat datang terlambat ke suatu tempat yang kita tuju dan menyangkut kepentingan banyak pihak yang akan mendera kerugian, maka seseorang wajib cerdas mengatur skala prioritas.
Meski budaya terlambat sudah telanjur mengakar di Indonesia. Bahkan di anggap sebagai hal yang lumrah di  Indonesia, dikenal di dunia internasional dengan 'jam karet' pun tak ada beban, khusus untuk generasi akar rumput yang bergelut di sepak bola, kepada para orang tua, jadilah teladan dan panutan bagi anak-anaknya untuk tidak datang terlambat dalam tim sepak bola.
Sehingga tidak merugikan diri sendiri, teman-temannya, tim, pelatih, hingga SSBnya sampai terkena degradasi. Untuk itu, hal berikut dapat membantu untuk orang tua dan siswa yang terbudaya terlambat datang di latihan mau pun di pertandingan, hingga dapat berguna dalam berbagai kegiatan nyata lainnya.
Berikut beberapa tips agar saya tidak lagi datang terlambat, seperti dilansir dari Huffington Post.
1. Perhitungkan waktu mobilisasi Anda
2. Hilangkan stigma 'saya bisa mempersiapkan diri lebih cepat'. Saya bisa melakukan segala sesuatunya dengan cepat, sehingga tidak akan terlambat. Sadari saya itu manusia biasa.
3. Ubah pola pikir dan kebiasaan
4. Datang sesuai waktu yang telah disepakati dan telah ditentukan. Atau 10/20/30/40 menit dst lebih awal.
5. Berpikir ke depan (Buat jadwal prioritas)
Bila terlambat sudah menjadi kebiasaan, cobalah sesekali datang tepat waktu ke sebuah kegiatan atau latihan/laga sepak bola, rasakan hasilnya.Â
Sebab, sudah terbukti, dua laga tim sepak bola kelompok umur yang anggota timnya terlambat, selain hasilnya kalah, strategi dan komposisi pemain berantakan, pemain pun cidera. Di tim yang lain pun demikian.
Bukti lainnya, saat semua anggota tim datang tepat waktu, semua rencana dapat berjalan, hasilnya pun memuaskan, meski kalah dalam gol, tetapi tak kalah dalam permainan.
Mari, para orang tua dan siswa, belajar tepat waktu di semua aspek kehidupan nyata melalui kompetisi sepak bola akar rumput. Dengan tepat waktu, anak-anak pun akan memiliki karakter dan integritas yang mumpuni untuk terjun dalam kehidupan nyata.
Karakter itu tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti seseorang. Integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan dan kejujuran seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H