Masalah iuran BPJS Kesehatan yang masih terus diobok-obok oleh pemerintah mau dibikin iuran standar saja sudah membikin rakyat  resah dan gelisah.Â
Kini tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba ada yang bilang masa berlaku Surat Izin Mengemudi (SIM) di Indonesia idealnya setiap tahun sekali. Bukan lima tahun sekali.
Pantas warganet langsung menghujat dan mencemooh. Terlebih kini masyarakat dalam kondisi terpuruk dan menderita bahkan jauh sebelum pandemi corona datang.Â
Apakah pihak atau orang yang mengeluarkan pernyataan ini dipesan oleh pihak tertentu? Namun, hebatnya pernyataannya bahkan diliput oleh media sekelas Kompas.com. Ada apa di balik ini?
Selama ini, bila terlambat memparpanjang SIM, hukumannya adalah membikin SIM baru, dengan syarat tes tulis dan praktik lagi. Rakyat juga tahu bagaimana biaya membikin SIM baru dan memperpanjang SIM, lho.
Saya kutip dari Kompas.com Rabu (6/10/2021), Founder & Training Director Jakarta Defensive Consulting Jusri Pulubuhu, menyebut sebetulnya perpanjangan SIM lima tahun tidak ideal.
Bahkan Jusri membuat analogi bahwa sebenarnya kalau diselaraskan, berkendara merupakan kegiatan yang paling berpeluang terhadap kecelakaan dibanding aktivitas fisik yang lain, seharusnya bukan lima tahun tapi tiap tahun. Alasannya, pilot pesawat terbang harus uji kompetensi tiap enam bulan. Faktanya jika dibandingkan jumlah kecelakaan udara dengan jalan darat jauh lebih banyak jalan darat.
Jusri menambahkan, pengujian ini tak semata menguji orangnya berubah atau tidak, tapi menguji kompetensi, juga menguji kognitif atau pengetahuan. Selain itu, Jusri juga memperkuat argumen dengan hal lain.
Atas pendapat, argumen, dan analogi Jusri, sejak artikel menyoal pendapat Jusri ditayangkan oleh Kompas.com, hingga pukul 19.30 WIB, kolom komentarnya sudah ada 38 warganet yang mencemooh. Apalagi pakai analogi dengan pilot pesawat segala.
Negara lain lima tahun, seumur hidup
Lucunya, dalam artikel juga terungkap bahwa Jusri juga tahu hampir seluruh dunia menerapkan pola perpanjangan SIM yang sama, yaitu lima tahun. Bahkan ada beberapa negara yang SIM-nya berlaku seumur hidup.
Ini lho ungkapan Jusri:
"Di dunia memang lima tahun sekali, bahkan ada negara tertentu seumur hidup. Padahal itu kurang ideal," kata Jusri.
Meski Jusri tahu negara lain di dunia ini menerapkan pergantian atau perpanjangan SIM setiap lima tahun sekali dan ada yang malah berlaku seumur hidup, Jusri ngeyel dengan pendapatnya, bahwa itu kurang ideal.
Wahai Bapak Jusri, alangkah bijak dan baiknya, coba Bapak usulkan pendapat Bapak yang merasa paling ideal menyoal SIM ke negara lain dulu, agar SIM diperpanjang setiap tahun sekali, pun dengan membandingan pilot yang uji kompetensi setiap enam bulan sekali.
Pemerintah.dan warga negara lain saja tak heboh dan tak harus mengobok-obok soal SIM, mengapa Bapak harus meributkan soal SIM di Indonesia dan bilang perpanjangan lima tahun sekali tak Ideal.
Tolong baca kolom komentar artikel yang memuat opini Bapak. Dan catat, itu dari warganet yang kebetulan membaca artikel tersebut. Coba, opini Bapak sampaikan kepada rakyat Indonesia. Kira-kira apa yang akan rakyat komentari dari pemikiran Bapak?
Ayolah, Â bikin suasana Indonesia yang kondusif di tengah berbagai masalah yang terus mendera rakyat. Jangan bikin rakyat sedih, gelisah, gundah, dan jangan sampai bikin rakyat marah!
Buatlah ide-ide pemikiran yang kreatif dan inovatif, demi membangun bangsa ini, tapi yang membikin rakyat sehat, tak menderita fisik dan batin. Tak terus dibodohi dan ditelikung, diperas oleh pihak yang hanya mengambil keuntungan pribadi, kelompok, dan golongan.
Masa, SIM diperpanjang lima tahun sekali tak ideal? Ada apa sih, dibaliknya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H