Dalam siaran persnya, Eko malah secara tak terduga meminta maaf kepada masyarakat Indonesia karena hanya mampu persembahkan medali perak padahal meraih perunggu saja tak mudah.
Kembali ke masalah pemimpin dan pemerintah dan para pendukungnya, mengapa tidak bersikap seperti Eko. Eko jelas sudah berprestasi, tetapi tetap meminta maaf, lho.
Bila sekarang rakyat langsung mengarahkan kritik kepada pemimpin negara, wajib dipahami konten dan fakta-fakta mengapa lahir kritik itu.
Tak meminta maaf, tak berbelasungkawa
Sebelum pandemi datang, sengkarut dan kisruh di negeri ini terus diproduksi oleh mereka, dan korbannya jelas rakyat. Kini, begitu pandemi corona datang, rakyat juga terus jadi korban sampai ratusan ribu nyawa melayang. Tidak berhenti di situ, Â rakyat juga masih harus memikul beban akibat aturan dan kebijakan yang mereka buat, padahal yang tak tegas dan plin-plan menangani corona siapa?
Yang sangat miris, di luar rakyat terus dihujani kebijakan dan aturan yang mereka buat berjilid-jilid dan mereka juga tak sepandan mengganti kerugian rakyat khususnya untuk makan dan hidup, ternyata, pemimpin dan pemerintah benar-benar tak punya hati, karena tak pernah meminta maaf kepada rakyat, khususnya berbelasungkawa karena ratusan ribu nyawa rakyat melayang. Banyak anak-anak yatim dan yatim piatu baru di Indonesia.
Sangat berbeda dengan pemimpin negara lain, yang di media massa sudah tersiar bahwa mereka meminta maaf kepada rakyat atas penanganan corona yang belum sesuai harapan dan mengucapkan belasungkawa sedalamnya karena rakyatnya banyak yang meninggal.
Bagaimana dengan Indonesia? Saya mencatat, Presiden sekali mengucapkab belasungkawa saat 100 Nakes meregang nyawa akibat corona. Namun, setelah itu, hingga kini, permintaan maaf dan belasungkawa untuk rakyat, sekali pun belum pernah diucapkan oleh Presiden.
Ada harapan saat momentum Sidang Tahunan MPR, Senin (16/8/2021), di situlah Presiden berkesempatan menyampaikan pidato kenegaraan. Lalu, akan dijadikan momentum oleh Presiden untuk meminta maaf kepada rakyat khususnya di bidang corona, karena pemerintah masih gagal menangani corona dan membuat rakyat menderita.
Sayang, ucapan maaf itu tak pernah terucap. Ucapan belasungkawa pun seperti tak pernah merasuk dalam pikiran dan hati, meski sekitar seratus duapuluh ribu nyawa rakyat melayang akibat corona. Akibat dari ketidaktegasan Presiden dan pemerintah yang lebih membela ekonomi daripada nyawa, karena sesuatu.
Alih-alih meminta maaf dan mengucap belasungkawa, Presiden malah meminta masyarakat meningkatkan kesadaran dan gotong royong soal protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan agar pandemi bisa terkendali. Itu saja yang diulang-ulang.
Rakyat juga bingung, saat berbagai pihak dan masyarakat menggugat harga alat tes corona karena di India sangat murah. Presiden malah sudah tampil di layar televisi dengan membikin kesimpulan meminta harga alat tes corona turun  tapi sudah membikin ketentuan batasan antara 450 ribu sampai 550 ribu. Sontak masyarakat pun menanggapi bahwa itu juga masih kemahalan.