Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Aksi Tebar Pesona

13 Agustus 2021   10:21 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:24 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di saat virus corona masih bertebaran (tebar), terus berpandemi di seluruh wilayah Indonesia, virus tebar pesona (daya tarik, daya pikat) pun kini semakin masif ikut bertebaran untuk memikat dan menarik daya agar yang terkena virus tebar pesona menjadi tertarik dan terpikat kepada siapa yang tebar pesona.

Virus tebar pesona di Indonesia ini pun terjadi di semua ranah kehidupan dan menyasar kepada siapa saja yang dituju dengan berbagai motif (alasan) meyakinkan orang lain demi mendapatkan apa yang mereka inginkan meski pun dengan cara manipulatif, yaitu sebuah proses rekayasa yang secara disengaja dengan melakukan penambahan, pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah sumber informasi.

Alat dan sebaran tebar pesona

Cara-cara manipulatif tebar pesona pun sangat bervariasi. Selain menggunakan dirinya sendiri sebagai model dan alat untuk tebar pesona seperti foto dirinya sendiri yang ditebar di berbagai media massa maupun media sosial, si virus tebar pesona juga memanipulatif situasi dan kondisi yang dijadikan pendukung untuk tebar pesona seperti sepak terjang pekerjaan, kegiatan, hingga hobi dan lain sebagainya.

Tidak berhenti di situ saja, si tebar pesona juga akan menghalalkan segala  cara demi mendapatkan keinginannya dengan mencantumkan identitas-identitas kelompok, golongan dan lain sebagainya untuk memperkuat daya tarik dan daya pikatnya.

Kini, dengan dirinya sendiri sebagai alat, atau menggunakan alat lain demi memperoleh apa yang diinginkannya, ditambah motif dan cara manipulatifnya, maka di saat pandemi corona ini, Indonesia juga diserang virus tebar pesona.

Di media massa banyak kita temui artikel-artikel yang ilustrasi gambar atau fotonya mengarah pada identifikasi yang tergolong tebar pesona. Di media sosial (medsos) juga banyak konten-konten dalam berbagai bentuk (tulisan, gambar, foto, video, film dll) yang jelas-jelas hanya untuk tebar pesona.

Terlebih, akibat medsos, kini juga muncul selebgram baru yang tahu-tahu disebut artis selebgram, yang dalam pencapaiannya juga menggunakan motif dan manipulatif yang tak jauh berbeda melalui konten maupun sikap dan tingkahnya.

Ini melengkapi deretan si tebar pesona dari artis-artis yang sudah ngetop lebih dahulu dan menjaga kredibiltas keakuannya di dunia artis juga dengan melakukan tebar pesona dengan berbagai motif dan sikap manipulasi. Sampai-sampai seperti turun dari langit saja, ada artis yang tak malu menjuluki dirinya sebagai sultan. Luar biasa.

Dari dunia ini pun lahir berbagai macam gaya tebar pesona. Pamer kecantikan, pamer body, pamer mobil, pamer kemewahan, hingga gaya hidup hedonis dan sejenisnya.

Lalu, di lingkungan sosial (jalan, gang, terminal, rumah penduduk dll), juga ada pejabat dan pemimpin negeri yang sampai turun gunung menabrak segala macam, membagikan bantuan sosial (bansos) sendiri. Seperti dirinya tak punya bawahan, hingga menimbulkan kerumunan yang melanggar protokol kesehatan.

Tak kalah seru, kini juga menjamur baliho-baliho di seantero negeri yang berisi gambar/foto politisi yang motif dan  skenario  manipulasinya pun sangat mudah terbaca. Tapi, mereka (partai politik dan politisinya) lupa di mana menaruh telinga, mata, dan hatinya, hingga membutakan diri dari situasi dan kondisi rakyat yang sedang menderita. Penderitaannya juga dibikin oleh partai politik dan politisi mereka.

Sifat dasar dan pengaruh

Sungguh melihat fenomena aksi tebar pesona yang semakin menjamur di negeri ini, yang motif tujuannya juga dapat ditebak, cara manipulasinya juga mudah dibaca, ternyata para aktor dan aktris tebar pesona ini seperti merasa bahwa hidup dan kehidupan hanya milik mereka. Seperti hidup di dunia untuk selamanya.

Mereka dibutakan mata dan hatinya karena mungkin sepanjang hidup yang dilaluinya tak pernah berpikir bahwa saat nanti mati menghadapNya, tak ada satu pun hasil yang dibawa dari tebar pesona.

Sejatinya, memang ada orang-orang yang terlahir sudah memiliki sifat dasar sebagai penebar pesona. Orang-orang yang terlahir sudah memiliki sifat dasar sebagai pemilik tebar pesona, bila gagal dalam proses pendidikan di kehidupannya, maka semakin berumur, dia akan semakin ahli dalam membikin motif dan teknik manipulasi dalam tebar pesonanya.

Namun, banyak pula orang yang tak terlahir dengan sifat tebar pesona, namun  akan berbalik tumbuh menjadi si tebar pesona, karena pengaruh di kehidupan keluarga, masyarakat, pendidikan, tempat kerja, kelompoknya, golongannya dll.

Semoga, saya akan selalu terhindar menjadi ahli tebar pesona. Semoga para pelaku tebar pesona yang bawaan dari lahir maupun akibat pengaruh dari kehidupan, mawas diri dan malu diri. Sebab tebar pesona, berkonotasi negatif, jelas perbuatan yang mudarat.

Untuk itu, wahai orang-orang yang cerdas otak dan emosi, jangan gunakan media massa atau online, serta medsos untuk tebar pesona.

Semoga, pemimpin negeri juga setop jangan mengulang-ulang bikin tebar pesona di tengah pandemi. Coba, yang melakukan tebar pesona orang lain dan bikin kerumunan, apa tidak ditangkap?

Untuk partai politik dan politisinya, malu lah pada diri sendiri. Setop tebar pesona pakai baliho! Rakyat tak akan simpati, terlebih sudah terukur kualitas mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun