Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Aksi Tebar Pesona

13 Agustus 2021   10:21 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:24 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak kalah seru, kini juga menjamur baliho-baliho di seantero negeri yang berisi gambar/foto politisi yang motif dan  skenario  manipulasinya pun sangat mudah terbaca. Tapi, mereka (partai politik dan politisinya) lupa di mana menaruh telinga, mata, dan hatinya, hingga membutakan diri dari situasi dan kondisi rakyat yang sedang menderita. Penderitaannya juga dibikin oleh partai politik dan politisi mereka.

Sifat dasar dan pengaruh

Sungguh melihat fenomena aksi tebar pesona yang semakin menjamur di negeri ini, yang motif tujuannya juga dapat ditebak, cara manipulasinya juga mudah dibaca, ternyata para aktor dan aktris tebar pesona ini seperti merasa bahwa hidup dan kehidupan hanya milik mereka. Seperti hidup di dunia untuk selamanya.

Mereka dibutakan mata dan hatinya karena mungkin sepanjang hidup yang dilaluinya tak pernah berpikir bahwa saat nanti mati menghadapNya, tak ada satu pun hasil yang dibawa dari tebar pesona.

Sejatinya, memang ada orang-orang yang terlahir sudah memiliki sifat dasar sebagai penebar pesona. Orang-orang yang terlahir sudah memiliki sifat dasar sebagai pemilik tebar pesona, bila gagal dalam proses pendidikan di kehidupannya, maka semakin berumur, dia akan semakin ahli dalam membikin motif dan teknik manipulasi dalam tebar pesonanya.

Namun, banyak pula orang yang tak terlahir dengan sifat tebar pesona, namun  akan berbalik tumbuh menjadi si tebar pesona, karena pengaruh di kehidupan keluarga, masyarakat, pendidikan, tempat kerja, kelompoknya, golongannya dll.

Semoga, saya akan selalu terhindar menjadi ahli tebar pesona. Semoga para pelaku tebar pesona yang bawaan dari lahir maupun akibat pengaruh dari kehidupan, mawas diri dan malu diri. Sebab tebar pesona, berkonotasi negatif, jelas perbuatan yang mudarat.

Untuk itu, wahai orang-orang yang cerdas otak dan emosi, jangan gunakan media massa atau online, serta medsos untuk tebar pesona.

Semoga, pemimpin negeri juga setop jangan mengulang-ulang bikin tebar pesona di tengah pandemi. Coba, yang melakukan tebar pesona orang lain dan bikin kerumunan, apa tidak ditangkap?

Untuk partai politik dan politisinya, malu lah pada diri sendiri. Setop tebar pesona pakai baliho! Rakyat tak akan simpati, terlebih sudah terukur kualitas mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun