Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghargai Greysia-Apriyani, Sambil Kampanye dan Promosi?

3 Agustus 2021   22:37 Diperbarui: 3 Agustus 2021   22:45 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Menghargai dengan tulus atau pamrih, dapat dirasa dan mudah dibaca. (Supartono JW. 03082021)

Sudah saya apresiasi bahwa keberhasilan  Greysia Polli dan Apriyani Rahayu meraih medali emas dari cabang olahraga bulu tangkis karena kecerdikan, hasil dari kecerdasan intelegensi (otak) dan kecerdasan personaliti (emosi/mental) serta kompetensi pedagogi: kognitif, afektif, dan psikomotor yang mumpuni.

Dipergunakan sepenuhnya demi meraih prestasi dan mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia di mata dunia dengan dasar hati ikhlas dan demi kemaslahatan serta demi membalas perjuangan para pahlawan jelang HUT RI ke-76.  

Namun, ternyata apa yang ditorehkan itu, justru nampak ada pihak yang mengambil momentum untuk memanfaatkan situasi. Meski banyak yang benar-benar tulus memberikan penghargaan dan apresiasi.

Bila media massa, televisi, para pengamat, dan praktisi mengangkat berita, menulis opini, artikel, dan lainnya tentang Greysia-Apriyani, wajar. Sebab, memang itu menjadi tugas dan tanggungjawab dan bidang mereka.

Lalu, bila berbagai pihak, dalam hal ini masyarakat pada umumnya, warganet juga memberikan apresiasi dan ucapan selamat dan ditayangkan di berbagai media sosial, itu pun masih wajar.

Meski boleh juga dibilang ada yang mengambil kesempatan untuk promosi grupnya, kelompoknya, instansi atau institusinya hingga usaha-usahanya karena bukan hanya menampilkan foto Greysia dan Apriyani, tapi juga logo dari grup atau kelompok dan lainnya.

Pasalnya, media sosial (medsos) pun kini sudah menjadi media bebas, meski tetap saja di antara yang memberi penghargaan dan apresiasi serta ucapan selamat juga ada kesan tendensi, cari nama atau numpang promosi. Itu sangat nampak dari berbagai bentuknya yang tersebar di berbagai media sosial.

Kampanye dan promosi

Seiring dengan itu, hanya dalam hitungan jam, setelah Greysia-Apriyani menyabet emas, ternyata berbagai bentuk foto mereka menjadi bahan iklan gratis untuk materi kampanye partai politik dan promosi jabatan maupun perusahaan dan dunia usaha.

Yakin, Greysia-Apriyani tentu tak akan terpikir kejadiannya akan seperti ini, dan foto/gambar mereka dijadikan bahan iklan kampanye politik dan promosi produk usaha gratis. Bila Greysia-Apriyani mau, bisa menuntut ke jalur hukum atas tindakan memanfaatkan momentum gratisan ini.

Sayang, kecerdikan dan kompetensi padagogi Greysia-Apriyani, justru disambut dengan kecerdikan-licik yang memanfaatkan dan mencari keuntungan pribadi, kelompok, golongan, partai, hingga promosi usaha. Untuk kepentingan yang jauh dari mengharumkan nama bangsa dan negara, malah membikin kemudaratan bagi masyarakat.

Tentu atas kejadian ini, arwah para pahlawan sedih, melihat manusia-manusia licik yang tak tulus, tapi malah memanfaatkan momentum dari hasil jerih payah peras tenaga dan pikiran Greysia-Apriyani.

Pasalnya, kesuksesan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meraih medali emas rupanya dimanfaatkan oleh sejumlah pejabat untuk berkampanye. Malah mereka sangat nampak bersaing ketat memberi ucapan selamat kepada Greysia dan Apriyani, dengan mengunggah foto wajah dan partai mereka dengan berbagai desain poster ucapan selamat dari tokoh politik.

Puluhan poster yang bahkan sudah diidentifikasi hingga ditayangkan menjadi berita di media massa menampilkan wajah pejabat atau elite partai mulai dari Ketua Umum Partai, Rektor, Pengusaha, hingga Pengurus Partai dengan tampilan wajah mereka lebih besar, lebih mendominasi dari pada foto Greysia dan Apriyani.

Bahkan ada media massa nasional yang sampai menampilkan poster-poster itu, yang dengan mudah dapat diakses, dan menghitung bila sampai Selasa petang (3/8/2021) sudah ada hampir 40 pejabat dan elite partai khusus di Jabodetabek yang sudah membuat poster wajah mereka dengan ucapan selamat ke Greysia dan Apriyani dan menonjolkan desain warna dari partai politik, instansi, institusi, dan lainnya.

Atas kejadian ini, apakah masyarakat kaget atau heran? Ternyata dari berbagai komentar warganet, ada yang pasrah, memang kalau sudah karakter, mau apa lagi? Momen mengharukan dan berarti bagi Indonesia dan para pahlawan, malah muncul para politisi dan pejabat yang tak tahu malu, tak tahu diri, karena justru norak, narsis nampangin mukanya di poster ucapan, sekaligus berkampanye politik terselubung demi kekuasaan, dinasti, oligarki dll.

Sangat terbaca akal-akalannya dan demi kepentingan-kepentingannya, menjadikan Greysia dan Apriyani bintang iklan gratisan mereka.

Bonus juga bahan promosi

Tak berbeda dengan akal-akalan pejabat dan elite partai yang numpang kampanye politik dan kampanye jabatan di atas Greysia dan Apriyani, khusus para pengusaha pun ikut-ikutan promosi dengan mengumbar informasi bahwa mereka juga menjadi bagian dari deretan pemberi bonus hadiah untuk peraih medali emas ini.

Hingga Selasa malam, di berbagai grup media sosial dan grup whatsapp juga sudah beredar identifikasi siapa yang numpang promosi usahanya dengan menjadi pemberi hadiah di luar stakeholder terkait yang selama ini yang memang layak dan wajib memberi apresiasi bonus untuk atlet yang mengharumkan nama bangsa.

Bukan mustahil, masih akan ada muncul poster-poster apresiasi yang lebih untuk kepentingan kampanye politik dan jabatan. Sangat mungkin akan terus muncul pemberi bonus dan hadiah yang sambil numpang promosi usaha dan lainnya.

Indonesia... Indonesia... .Apresiasi kok pamrih, punya maksud tersembunyi untuk memperoleh keuntungan pribadi, golongan, kelompok, grup, instansi, institusi dll. Padahal Greysia dan Apriyani berjuang tanpa pamrih, lho. Harusnya, ... malu. "Malu tidak, sih?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun