Dari sembilan ciri kecerdasan seseorang di luar tes IQ, sejatinya kesembilan ciri itu sama dengan kompetensi pedagogi seseorang yang ranahnya terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bila diklasifikasi, maka ciri kecerdasan tersebut yang masuk ranah kognitif adalah (3) ingin selalu mencari tahu, (4) suka observasi dan ingat setiap detail, (5) memiliki memori tubuh yang bagus, (6) mampu beradaptasi di segala situasi, (7) bisa menjadi penengah, (8) mengkhawatirkan banyak hal.
Ranah afektifnya adalah  (1) punya empati, (2) senang menyendiri, (6) mampu beradaptasi di segala situasi, (7) bisa menjadi penengah, (8) mengkhawatirkan banyak hal, dan (9) pandai mengatur emosi.
Sementara ranah psikomotornya adalah (5) memiliki memori tubuh yang bagus, (6) mampu beradaptasi di segala situasi, dan (7) bisa menjadi penengah.
Secara akumulatif, sejatinya kesembilan ciri tersebut secara kolaboratif adalah kesatuan dari ranah pedagog kecerdasan seseorang. Sehingga, satu sama lain memang saling mendukung dan memperkuat sehingga membentuk diri seseorang menjadi cerdas otak dan cerdas emosi.
Kira-kira, apakah saya termasuk dalam ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan itu? Apakah saya pedagog? Apakah saya cerdas otak dan cerdas emosi?
Terutama diri saya sendirilah yang bisa merasakan, meski secara obyektif, orang lainlah yang mampu menilai sikap dan sifat saya selama ini. Terpenting, bila ternyata, selama ini, sembilan ciri kecerdasan itu masih ada yang belum melekat pada diri saya, maka saya akan berusaha memiliki ciri itu. Bila ada ciri yang saya miliki namun belum sesuai harapan, maka saya akan terus belajar dan memperbaiki dan meningkatkan serta mengembangkan. Aamiin.
Bila nanti saya sudah memiliki dan menguasai  sembilian ciri orang yang memiliki kecerdasan, orang yang pedagog, orang yang cerdas otak dan cerdas emosi, semoga, saya akan selalu terhindar dan dihindarkan dari perbuatan yang mudarat, tidak menguntungkan, membuat kerugian, memperkeruh suasana, mengadu domba, memecah belah bangsa, mencari keuntungan diri, hingga hal-hal yang bukan untuk amanah. Â
Tetapi menggunakan kecerdasan saya untuk kemaslahatan umat, yaitu membawa dampak kegunaan; kebaikan, manfaat, kepentingan yang amanah. Aamiin.
Dalam situasi dan kondisi negeri yang sekarang ini dan di tengah pandemi corona yang terus panjang, demokrasi tak berjalan sesuai harapan, pendidikan terpuruk, kesejahteraan dan ketidakadilan kurang memihak rakyat, para pemimpin di pemerintahan dan parlemen masih belum dapat menjadi suri teladan, saya akan terus belajar, memperbaiki, dan kecerdasan saya, minimal untuk diri saya sendiri dan berimbas ada manfaat untuk orang lain. Bukan ikut andil berebut kue kepentingan dan aji mumpung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H