Di berbagai media massa, ada pihak yang mengungkapkan bahwa langkah Rektorat UI memanggil BEM UIÂ adalah sebagai upaya intervensi. Karena meminta penjelasan kepada mahasiswa. Sehingga dimaknai sebagai upaya intervensi terhadap kebebasan berpikir dan berekspresi mahasiswa.
Mengapa Rektorat UI sampai seperti kebakaran jenggot? Bisa jadi, pihak Rektorat takut ditegur oleh Istana. Atau malah Istana memang sudah menegur Rektorat UI. Padahal, BEM UI yang sangat berani dan mengakui rilisnya itu resmi, tentu sudah sangat berpikir dan memperhitungkan dengan matang akan apa yang akan terjadi, di zaman buzzer dan meningkatnya budaya hoaks.
Netizen juga ada yang sangat yakin, BEM UI telah menggunakan pendekatan keilmuan yang berbasis data yang akurat. Terlebih banyak yang menyebut, Â terlalu banyak data untuk membuktikan bahwa Jokowi terlalu banyak kata-katanya sekadar pemanis bibir.
Karena sikapnya, juga ada netizen yang berpendapat bahwa Rektorat UI seharusnya jangan bersikap seperti orde baru. Sekalipun diangkat oleh pemerintah, para pimpinan universitas mestinya lebih berperan sebagai pendidik dan civitas akademika, bukan sebagai alat kekuasaan di zaman demokrasi.
Haruskah kritik BEM UI direspon secara represif apalagi buntutnya ada sanksi? Di berbagai media massa, pihak Istana juga menanggapi.
Tanggapan Istana
Saya kutip dari Kompas TV Minggu (27/6/2021), Juru Bicara Presiden RI, Fadjroel Rachman, enggan menanggapi kritikan BEM UI yang disampaikan melalui media sosial Twitter tersebut.
Ia hanya mengatakan bahwa aktivitas BEM UI tersebut merupakan tanggungjawab institusi Universitas Indonesia.
Sementara, Tenaga Ahli Utama Kedeputian Kantor Staf Presiden (KSP), Donny Gahral Adian, mengatakan kritikan yang dilontarkan BEM UI tersebut merupakan ekspresi mahasiswa.
Donny menegaskan, ekspresi tersebut harus disertai dengan data dan fakta. Ia juga menyampaikan bahwa Pemerintah tidak anti kritik.
Semoga, apa yang diungkapkan oleh BEM UI dengan kritiknya terhadap Presiden, memang bukan sekadar bualan seperti isi kritiknya yang mengganggap Presiden pembual.
Ada data dan faktanya yang akurat, sehingga benar-benar dapat membantu dan menyadarkan Presiden kita dengan gerbong pemerintahannya, kembali kepada amanah dan janjinya kepada rakyat. Mari kita lihat dan mengawal soal kritik ini dengan hati bersih dan pemikiran yang obyektif dan positif. Bukan malah memperkeruh suasana atau membikin masalah baru.