Tetapi yang jelas, duduk di kursi komentator, apalagi tampil di hadapan publik sepak bola nasional juga bukan perkara sederhana.
Menjadi komentator juga bukan seperti bagi-bagi kursi gratis jabatan di BUMN atau ikut-ikutan tren milenialisasi, digitalisasi, regenerasi dan lain sebagainya.
Masih ada duapulahan hari ke depan Piala Eropa bergulir, minimal catatan tentang komentator kali ini dapat menjadi masukan pihak televisi yang menayangkan. Juga masukan bagi para komentatornya.
Sebab, bagi saya pribadi, memang hanya ada satu dua orang dari 13 komentator, yang memang layak dan berkompeten sebagai komentator, apalagi sekelas Piala Eropa.
Catatan lainnya, bila beberapa komentator selama ini tampilnya seperti demikian, itu tak ubahnya seperti sedang mrmbaca berita atau liputan di media. Harus ada sisi lain yang memberi greget dan menjual. Harus ada kejelian lain sebagai komentator dll.
Jadi, jangan siakan dimulainya UEFA Euro 2020 yang ditandai dengan adanya Opening Ceremony yang diselenggarakan dan ditayangkan di televisi sebagai broadcaster resmi Indonesia yang menayangkan pertandingan ini, tapi saat praktik langsung, para komentator tampil dan bicara datar-datar saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H