Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbedaan Berdebat dengan Orang Bodoh dan Orang Intelek

9 Juni 2021   08:15 Diperbarui: 9 Juni 2021   08:44 9128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari itu, mereka juga sadar, masih banyak rakyat di negeri ini yang bodoh, jadi sangat mudah bagi mereka untuk mengambil hati rakyat yang bodoh ini dengan berbagai cara. Terlebih, rakyat yang bodoh juga miskin hati dan miskin harta. Sehingga sangat mudah disentuh dan masuk ke dalam perangkap mereka.

Pertanyaannya, sampai kapan rakyat, khususnya kaum intelektual tak akan di dengar suaranya oleh para pemimpin di negeri ini? Apa sampai tahun 2024? Bila suara rakyat tak akan didengar sampai 2024, berarti rakyat harus terus merasakan penderitaan lebih dari tiga tahun ke depan.

Tapi lihat juga, mereka pun sudah merancang untuk terus menguasai dan menjajah negeri ini kembali di periode selanjutnya, 2024-2028. Apa yang akan rakyat dapatkan bila terus ada di bawah ketiak penjajah baru?

Sampai kapan kondisi Indonesia akan begini? Masalah dan polemik yang jadi bahan perdebatan pun, selalu mentok tak berujung, sebab yang punya kuasa selalu punya alasan demi memenangi perdebatan meski tetap terbaca skenario dan penyutradaraannya.

Inilah Indonesia, yang kini menjadi negeri dengan 1001 polemik dan perdebatan di mana polemik dan perdebatan itu justru sengaja dicipta oleh rezim tapi tidak boleh ada rakyat yang dapat mengalahkan perdebatan. Yang menang harus rezim. Miris, kan?

Jangan berdebat dengan orang bodoh

Karenanya, sebagai pengingat, dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam keluarga, lingkungan masyarakat, tempat perkumpulan, sekolah, kampus, tempat kerja, dan lain sebagainya, berkaca dari sikap rezim yang seperti sekarang, maka diri kita wajib cerdas.

Jangan pernah diri kita ikut terjebak dan terlibat dalam suatu perdebatan yang di dalamnya ada orang-orang yang belum pintar, alias bodoh. Sebab, hasilnya jelas, perdebatan itu akan tanpa ujung. Akan terus ada gagal paham, tidak nyambung, buang-buang energi, dan hanya memancing emosi. Sebab, orang bodoh itu, tidak lekas mengerti, tidak mudah tahu, tidak memiliki pengetahuan.

Jadi, sampai kapan pun, setiap Anda berdebat dengan orang bodoh, tak akan pernah menang. 

Makanya, bila Anda yakin akan menyiapkan tenaga dan pikiran untuk berdebat, yakinkan dulu bahwa diri Anda sudah tergolong orang yang intelektual, yaitu cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Bukan hanya ahli nyerocos tanpa isi dan tanpa dasar ilmu dan pengalaman pendidikan, serta pengalaman kehidupan.

Perdebatan antara sesama orang yang intelektual, pasti ada pemenangnya. Yang kalah tentu akan berbesar hati dan mengakui kekalahan dan kelemahannya. Itu karena sesama intelektual dan usai berdebat, masalah selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun