Bila para pemimpin kita, terus saja mempertontonkan sikap dan perbuatan sesuka hati mereka, demi kentingan mereka, bukan untuk rakyat, maka jangan salahkan rakyat yang akhirnya meneladani karakter buruk model balas budi yang timbulkan polemik.
Jangan salahkan rakyat yang pada akhirnya meneladani dan mewarisi sikap tak pandai bersyukur dan berterima kasih, karena para pemimpin di negeri ini, juga dipertanyakan tingkat dan rapor Iseakinya.
Atas kondisi ini, sebagai bagian dari rakyat di negeri ini, di saat para pemimpin negeri tak memberikan contoh karakter berbudi luhur, pandai bersyukur dan pandai berterima kasih hingga pengertian membalas budi dengan cara dan perbuatan yang benar.Â
Maka, mari terus kita pompa dan tularkan sikap pandai bersyukur dan pandai berterima kasih, pandai membalas budi kepada diri kita, keluarga kita, orang-orang terdekat kita, lingkungan terdekat kita.
Terus asah secara simultan Iseaki dalam diri kita. Dan jauhkan diri kita dari golongan orang-orang yang tak pandai berterima kasih, tak pandai bersyukur, tak tahu balas budi, tak tahu diri, apalagi berperilaku licik.
Jangan pula jadi parasit, seperti organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain dengan sskadar menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat.
Jadi, balas budi dari orang yang pandai bersyukur dan berterima kasih itu, minimal membantu dan bermanfaat bagi orang yang telah menolong dan membantunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H