Status di medsos bisa bikin kita dan orang lain lega dan bahagia, tapi bisa jadi petaka tanpa kita duga. (Supartono JW.05062021)
Masalah izin dengan alasan bohong, sepertinya jarang yang mengangkat kisahnya. Tapi, perilaku izin dengan alasan bohong justru mendarah daging di negeri ini di seluruh lapisan masyarakat, sebagai kader sikap-sikap korup yang justru terus subur di berbagai sendi kehidupan.Untuk itu, dalam kesempatan ini, coba saya angkat kisah dari pengalaman nyata  dalam perjalanan hidup yang saya lalui.
Mengelola kegiatan sosial nonformal, nonprofit dalam bentuk apa pun, seperti kegiatan kesenian, olah raga dan lainnya, yang melibatkan anggota di dalamnya, terdiri ada orang tua dan anak-anaknya, bukanlah pekerjaan mudah, meski pun kita sudah berusaha ikhlas meluangkan waktu, tenaga, pikiran, hingga uang.
Izin dengan alasan bohong, lazim
Selama puluhan tahun saya menggeluti bidang kegiatan sosial ini, meski wadah yang saya buka dan sediakan demi menampung anak-anak dari berbagai tingkatan kelompok sosial dengan berbagai kemudahan, hal yang paling membuat saya mengelus dada adalah saat dibohongi oleh orang tua, anak-anak dan orang dekat yang sudah saya percaya.
Kebohongan yang sangat sering terjadi adalah, tidak dapat hadir dalam kegiatan sesuai jadwal. Padahal kegiatan tersebut sudah terprogram, ada kesepakatan, bahkan hingga tertulis Surat Pernyataan di atas matere.
Namun, dengan berbagai dalih, kolaborasi bohong antara orang tua, anak-anak dan pihak yang sudah saya percaya, dengan alasan izin yang dikiranya meyakinkan, ternyata tetap saja akan terbongkar kebohongannya dengan sendirinya.
Kebohongan-kebohogan izin dengan berbagai dalih yang dikiranya sangat meyakinkan, namun belakangan akan tetap terbongkar, juga terjadi di berbagai lini kehidupan lain. Di dunia pendidikan formal. Siswa, mahasiswa, guru, dosen, izin tidak masuk sekolah atau kuliah, bikin alasan bohong sakit atau ada acara ini atau itu dll.
Di dunia kerja, para karyawan dari pekerja bawahan, pekerja menengah, hingga atasan, juga sangat fasih melakukan drama kebohongan izin tidak masuk kerja atau kantor dll.
Sehingga saya merasakan kebohongan izin tidak hadir ke kegiatan, ke acara, ke sekolah, ke kuliah, ke kantor, ke pekerjaan dll, menjadi tradisi dan budaya negatif di tengah masyarakat kita, mulai dari rakyat jelata hingga para elite dan pemimpin bangsa.
 Sebelum dan sesudah era digital
Dulu, puluhan tahun yang lalu, saat media komunikasi belum secanggih sekarang, siapa pun yang melakukan izin bohong, belakangan akan terkuak kebohongannya. Sudah takdir dari Sang Pencipta, bahwa sepandai-pandai menutup bangkai, pasti akan tercium dengan sendirinya.
Sehingga, saat melalukan kebohongan izin, sehebat apa pun skenario bohongnya, tetap saja akan terbongkar. Akan ada saja pihak yang tidak telibat dalam aksi bohong, sehingga pihak yang tidak dilibatkan atau memang tidak terlibat aksi bohong ini, tanpa sadar akan menguak tabir kebohongan yang terkadang tanpa sengaja, tanpa disadari, mengalir begitu saja dan mustahil dicegah.
Contoh faktanya, saya ambil kisah ada seorang karyawan, sebut saja si A, izin tidak masuk kerja dengan alasan yang paling lazim sakit. Sebab, alasan sakit, sangat mudah untuk mendapatkan bukti datanya untuk dilampirkan dalam surat izin ke pimpinan, yaitu surat keterangan sakit dari dokter yang sangat mudah didapatkan. Padahal si A tidak sakit, dan mau pergi untuk acara keluarga.
Mengapa si A tidak jujur saja? Mungkin kalau jujur tidak diizinkan pimpinan? Atau si A memang sudah sering izin dan bohong? Atau alasan-alasan yang lain?
Untuk beberapa lama, pimpinan di kantor percaya, izin karyawan ini karena sakit. Tapi, tanpa sengaja, si pimpinan suatu ketika menghadiri suatu acara. Dalam acara tersebut bertemu dengan berbagai kolega. Nah, saat ngobrol ngalor-ngidul, sahabat di acara tersebut cerita tentang acara keluarga yang saat itu juga dihadiri oleh si A. Si A ternyata masih kerabat sahabat pimpinan itu. Pimpinan pun mencocokkab hari dan tanggal saat si A izin tidak masuk kantor dengan alasan sakit, dan cocok dengan hari dan tanggal yang disebut oleh sahabatnya. Terlebih sahabatnya juga menyebut, si A dan keluarganya saat itu hadir lengkap.
Dari kisah bohong si A ini, pasti banyak kejadian bohong serupa dan terkuak kebohongannya juga dengan cara yang mirip. Tapi, model kebohongan lain dan cara terungkapnya juga banyak sekali versi-versinya dan itu semua adalah fakta kebohongan yang terkuak.
Kebohongan izin karena ini dan itu, selama saya menggeluti dunia kegiatan sosial olah raga di tengah masyarakat selama puluhan tahun, juga sangat fasih saya rasakan. Ironisnya, terkuaknya kebohongan juga secara tak terduga, dari orang lain yang ternyata saat itu orang yang dimaksud ternyata melakukan izin dengan alasan bohong.
Status seseorang, jadi mata-mata terbaik
Kini, dalam perkembangan zaman, kemajuan teknologi, sangat memudahkan untuk setiap orang dalam beraktivitas, terutama dalam hal komunikasi.
Adanya teknologi dan berbagai media komunikasi, telah membawa kita semua kepada peradaban baru, era digital yang memberikan dampak positif dan negatif pada umat manusia.
Di antara dampak positif dari media komunikasi di era digital sekarang semisal, seluruh orang dari berbagai belajan negara dan dunia sangat mudah berkomunikasi secara langsung (live).
Era digital juga menjadikan penyebaran informasi sangat cepat, bahkan dalam hitungan detik dari gawai yang kita miliki dapat menjadi mata dan petunjuk kita dalam berbagai informasi dan berita.
Terlebih, dengan muncul dan mengalirnya media sosial (medsos) dalam berbagai bentuk seperti Facebook (fb), Instagram (ig), Twitter, WhatsApp (wa)dll. Dampak yang lain, sangat memudahkan semua orang untuk berbagi file dengan perantara internet via dunia maya.
Selain dampak positif, juga menganga dampak negatifnya. Di antaranya ada cyberbullying, penyebaran berita hoax, ujaran kebencian dan konten negatif yang cukup meresahkan.
Dampaknya menimbulkan perkara yang tidak sepele. Bikin kisruh, permusuhan, memecah belah persatuan dan sangat rentan merusak mental dan psikologis khususnya generasi muda, generasi produktif.
Nah, dengan hadirnya kemudahan komunikasi di era digital dan dunia maya, terkait dengan budaya izin tak hadir dalam acara, kegiatan, sekolah, kuliah, kerja, dan lainnya dengan alasan bohong, maka semua orang harusnya sadar atas kondisi itu.
Bila sebelum era digital hadir, orang izin dengan alasan bohong, terkuaknya ada yang dalam tempo cepat, ada yang dalam waktu lama.
Tetapi di era digital sekarang, izin dengan alasan bohong bisa langsung terkuak dalam waktu yang bersamaan. Yang izin dengan alasan bohong, semisal izin tidak hadir latihan atau tanding uji coba atau tanding kompetisi sepak bola kepada pimpinan klub atau pelatih, dengan alasan ini dan itu, padahal ikut tim atau klub lain bertanding. Saat di tim itulah ada acara foto tim sebelum tanding. Dan, foto ini langsung dijadikan status dalam wa para orang tua di tim atau klub tersebut. Padahal orang tua ini terkoneksi dengan orang-orang di klub asalnya.
Yang izin bohong, bisa jadi tidak sadar, bahwa kebohongannya sudah terkuak dan sudah diketahui oleh klubnya. Fatal, bukan?
Kira-kira, ada berapa ribu macam kebohongan semacam itu, dan yang bohong tidak sadar kebohonganya terbongkar karena dunia maya, dunia medsos?
Bagi saya, dalam kegiatan yang saya geluti dalam kegiatan sosial nonfornal di masyarakat, biasanya orang-orang yang bohong dan membuat izin dengan alasan bohong, tindakan mendidiknya adalah dengan memberikan peringatan langsung. Bila suatu saat ketahuan izin bohong lagi, maka pendidikan terbaiknya adalah setop mereka ikut dalam kegiatan kita.
Dalam lingkup formal, sekolah, kuliah, tempat kerja, maka sanksinya sudah ada ketentuan yang mengatur.
Untuk itu, kepada siapa pun, hati-hati izin dengan alasan bohong. Dunia maya dan status orang lain dalam bentuk foto, gambar, video, tulisan dll di medsos, adalah mata-mata terbaik bagi siapa yang dibohongi, oleh yang izin bohong, lho. Sebab, membongkar kebohongan seseorang yang mustahil dapat dicegah oleh si pelaku bohong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H