Malah banyak yang tetap bangga dengan peserta didiknya yang tetap berhasil menembus masuk sekolah pilihannya atau universitas idamannya, meski para peserta didik itu berhasil karena bimbingan belajar (bimbel).
Satu hal yang juga pernah saya tahu persis, ada pengawas sekolah yang menegur kepala sekolah, karena memberikan nilai kinerja guru-guru apa adanya. Lho, ini sekolah saja, pusat pendidikan, kok ada mafianya?
Jadi, Mas Nadiem, sungguh rumit belukar pendidikan di negeri ini. Sebelum pandemi sudah bermasalah di berbagai lini, hasilnya output peserta didik gagal dan terus terpuruk.
Selama pandemi, lebih parah lagi! Bukan hanya learning lost, ya? Tapi penyakit plango-plongo dan kedunguan sudah mendekati, menjamah, dan merasuk pada anak-anak usia dini dan muda, peserta didik di Indonesia. Benang kusut ini, Â mau mana dulu yang diurai, coba?
Wahai para orang tua, tentu banyak yang tetap dan terus awas pada pendidikan anak-anaknya di rumah dan pendidikan dari sekolah. Tapi bagaimana orang tua yang masih tak awas dan tak peduli hingga anak-anaknya teridentifikasi terjangkit penyakit plango-plongo dan kian dekat dengan wabah kedunguan?