Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingat Kisah, Indahnya Perbedaan yang Bersatu, Bikin Penjajah Enyah

2 Juni 2021   10:09 Diperbarui: 2 Juni 2021   10:18 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, Indonesia kini milik siapa? Apa betul milik mereka? Milik nenek moyang mereka? Dan, tanpa ada rasa malu, bagi-bagi warisan kepada koleganya, pendukungnya, relawannya, tanpa ada rasa? Atau memang sudah mati rasa. Mati hati?

Ingat, Indonesia lahir dari perbedaan. Bersatu karena penjajahan, hingga kemerdekaan dapat direbut kembali karena rakyat yang berbeda bersatu.

Apakah rakyat yang masih berbeda, akan kembali bersatu demi melawan penjajah baru? Atau penjajah baru akan menyadari kesalahannya dan melepaskan diri dari tindakannya menjajah?

Tapi, sepertinya penjajah baru mustahil akan sadar atas perbuatannya, sebab malah semakin nampak lupa daratan. Bahkan arogan! Di dalam gerbongnya saja, terus mengancam para petugasnya yang melawan! Dan, kira-kira, rakyat oleh mereka dianggap siapa? Dianggap mesin suara untuk terus mendapatkan tiket menjajahnya?

Sayang, rakyat yang berbeda-beda, karena kemiskinan dan kebodohan, yang memang sengaja dicipta, jadi mudah untuk dijadikan kendaraan mereka mempertahankan penjajahan.

Indonesia milik siapa? Sampai kapan? Apakah perbedaan yang sekarang ada, akan kembali menyatukan? Atau membikin Indonesia tambah rawan?

Bila ingat kisah zaman penjajahan kolonialisme, betapa indahnya perbedaan yang bersatu, hasilkan kekuatan dahsyat, penjajah dilawan, Indonesia merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun