Apakah sifat pelit atau kikir ini hanya masalah pribadi seseorang? Jawabnya, ya. Tapi apakah sifat pelit atau kikir ini berdampak bagi masyarakat sekitarnya? Jawabnya, ya. Berdampak.
Sifat pelit atau kikir, sejatinya dampaknya dirasakan langsung oleh yang bersangkutan. Sebab, yang bersangkutan tentu akan mengalami hal yang tak diinginkan dengan hartanya. Sebab harta yang kita miliki sebagian ada hak orang lain, kalau seseorang pelit atau kikir dengan hartanya, maka Allah yang akan membuat harta dan rezeki seseorang hilang dengan berbagai cara.
Dampak sifat dan sikap pelit atau kikir
Sifat pelit atau kikir, selain membawa bahaya besar pada kehidupan pribadi, mudah stres. Juga berdampak pada lingkungan masyarakat atau kantor, atau perkumpulan dan lainnya, juga dapat terkena dampak sifat kikir seseorang.
Dari berbagai pengalaman nyata dan berbagai literasi menyoal pelit dan kikir ini, ada dampak luas dari sifat pelit dan kikir seseorang di antaranya:
1) Dapat menjerumuskan orang untuk melakukan segala cara demi mendapatkan harta dengan cara tidak bermoral.
2) Dapat membuat seseorang berbuat zalim, bengis; tidak menaruh belas kasihan; tidak adil; kejam, dan menghancurkan umat.
3) Mendorong seseorang memutuskan silaturrahim, pertemanan, persahabatan, persaudaraan.
4) Mendorong orang untuk berbuat bohong.
5) Menjadikan orang lain berbuat jahat karena tak memberikan hak kepada orang lain.
5) Mendorong orang korupsi.
6) Mengakibatkan orang lain dapat melalukan berbagai perbuatan buruk dan lainnya.
Dari dampak-dampak tersebut, bahaya yang sangat mengancam dari sifat pelit dan kikir ini adalah melahirkan kezaliman. Orang cenderung merasa bebas melanggar hak orang lain dalam mencari harta sehingga mereka mencuri, menipu, korupsi dan lainnya dengan seenaknya. Siapa orang-orang yang zalim semacam itu di Indonesia? Masyarakat tentu dapat menjawab dan menyebutnya.
Orang pelit atau kikir, cenderung tidak merasa berdosa telah melakukan kezaliman. Yang penting, keinginan mereka terpenuhi.
Selain timbulkan kezaliman, pelit atau kikir juga sangat rentan memutuskan silaturahim. Sebab, tidak peduli dengan kehidupan orang lain dan lebih mementingkan diri sendiri. Tidak akan mau berbagi harta dengan orang lain. Putuslah tali silaturahim karena ada sifat curiga dan kebencian. Orang-orang semacam ini ada di lingkungan warga, kantor, perkumpulan dan lainnya.
Sifat pelit atau kikir, juga cenderung membuat seseorang tidak mau patuh pada perintah agama dan negara untuk berbagi dengan sesama. Tidak percaya janji rezeki yang diberikan Allah. Yang dia percayai hanyalah melimpahnya harta dan tak mau membaginya dengan orang lain, padahal dalam harta yang dimiliki ada hak orang lain. Orang semacam ini menyebar hampir di semua lingkungan.
Untuk itu, fenomena sifat pelit dan kikir yang nampak di masyarakat kita, khususnya sejak pandemi corona hadir di dunia dan Indonesia, di bulan penuh hikmah, berkah, dan ampunan ini, pun jelang Idul Fitri, adalah waktu yang tepat bagi orang yang pelit dan kikir untuk merefleksi diri dan lebih mendekatkan diri kepadaNya, agar dapat hidayah.