Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Antara Larangan Mudik, Kekhawatiran Presiden, dan Tak Belajar dari Kasus India

1 Mei 2021   14:51 Diperbarui: 1 Mei 2021   14:58 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kondisi serba simalakama ini, ditambah lagi oleh tingkat pendidikan masyarakat yang sangat berpengaruh pada kondisi pemikiran dan mental atau emosi. Maka, rakyat sudah tak peduli lagi untuk berpikir logis tentang kesehatan dan ancaman corona. Hidup sudah susah, makan juga susah. Ini dan itu dilarang. Yang ada di hati rakyat ujungnya hanya perasaan kecewa dan marah.

Di sisi lain, bukannya kekecewaan rakyat coba diobati, pemerintah justru malah membuat sejumlah aturan untuk mencegah masyarakat pulang ke kampung halaman. Di antaranya yang sangat memberatkan adalah menyoal test corona yang diubah masa berlakuknya menjadi hanya 1 x 24 jam bagi siapa pun yang akan melakukan perjalanan.

Di tengah masyarakat kesulitan, malah ada pihak yang menjadikan larangan mudik ini momentum untuk mengeruk keuntungan melalui area test corona. Malah sudah ada yang mendaur ulang alat test corona, juga demi meraup untung lebih banyak. Memang sudah ditangkap polisi, tapi peristiwa ini jelas sangat miris dan sangat tak punya hati.

Belajar dari India

Namun, terlepas dari semua persoalan tersebut, ada pro dan kontra, ada kekecewaan, ada keprihatinan, ada.yang mengambil keuntungan di atas penderitaan, hingga pemerintah yang dianggap hanya mengatur dan melarang tapi tak kasih solusi ekonomi rakyat yang teribas larangan mudik, ada hal yang memang wajib kita kedepankan bersama.

Sebab, masih banyaknya masyarakat yang tak terdidik dan terpuruknya pendidikan di Indonesia selama ini, maka terjadilah pemaksaan mudik dari rakyat karena tak lagi dapat berpikir jernih atas kondisi yang memang sedang genting terjadi. Masyarakat sulit mengendalikan kecerdasan berpikir dan kecerdasan emosinya yang pada akhirnya memang membuat kita semua khawatir, bukan hanya Presiden Jokowi, akan terjadinya gelombang corona lagi.

Sebelum kekhawatiran sekarang, Jokowi pernah kecewa karena kebijakan pengendalian dan pencegahan corona tak efektif karena di lapangan para petugasnya tak disiplin.

Karena itu, untik kondisi sekarang, Jokowi mewanti-wanti para kepala daerah untuk berhati-hati. Apalagi, pada Lebaran tahun lalu kasus Covid-19 naik 93 persen meski mudik sudah dilarang.

Jokowi meminta gubernur, bupati, dan wali kota di seluruh Indonesia terus menyampaikan larangan mudik ke masyarakat. Memerintahkan agar disiplin protokol kesehatan terus ditekankan. Protokol 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak harus terus diterapkan.

"Jadi sekali lagi hati-hati dengan mudik Lebaran, hati-hati, cek, kendalikan, dan pengaturan yang mudik itu sangat penting sekali," kata Jokowi.

"Saya menyakini apabila pemerintah daerah dibantu oleh Forkompinda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) semuanya segera mengatur, mengendalikan mengenai disiplin protokol kesehatan saya yakin kenaikannya tidak seperti tahun lalu 93 persen," tutur Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun