Wahai pengirim karangan bunga, alangkah bijak, uangnya disalurkan untuk masyarakat yang membutuhkan. Dan, tetap bisa mendonasikan uang kepada para penjual bunga. Bukan mengeksploitasi karangan bunga yang selama ini punya kedudukan positi, terhormat untuk kebaikan dan kebajikan, justru membikin nilai karangan bunga jadi negatif demi kepentingan-kepentingan tertentu, terutama menggiring opini publik dan menimbulkan sikap-sikap permusuhan dan disharmonisasi di masyarakat.
Sayang, karangan bunga ikut-ikutan dijadikan alat intrik, taktik, dan politik. Nampak jelas, trend karangan bunga tersirat maksud di dalamnya ada komunikasi politik yang tujuannya menggiring opini publik, tetapi terskenario dan bukan mustahil hanya sandiwara kebohongan saja.
Rakyat tak mau ada teroris
Selama ini, rakyat sudah sangat paham segala bentuk akal-akalan, intrik, dan politik yang menguntungkan pihak yang berkepentingan. Jadi, komunikasi politik via karangan bunga sudah bisa dibilang basi.
Tak perlu karangan bunga. Semua hal yang dilakukan oleh pemimpin, parlemen, Polri dan sebagainya di atas kepentingan rakyat, amanah, dan menjunjung tinggi keadilan, pasti akan didukung sepenuh hati dan jiwa raga rakyat.
Bila, kepentingan-kepentingan masih terus dipertunjukkan, hukum masih tajam ke bawah, semua tindakan, kebijakan tak amanah, maka rakyat tak bisa lagi dibohongi, termasuk oleh adegan yang sekadar karangan bunga.
Tidak ada rakyat yang mendukung teroris dan membahayakan negara. Juga tidak ada rakyat yang ikhlas, tindakan hukum di dalamnya karena ada kepentingan, hingga ada kebohongan dan kepalsuan yang rakyat juga paham tradisinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H