Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Karangan Bunga dan Komunikasi Politik

30 April 2021   23:36 Diperbarui: 30 April 2021   23:43 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahai pengirim karangan bunga, alangkah bijak, uangnya disalurkan untuk masyarakat yang membutuhkan. Dan, tetap bisa mendonasikan uang kepada para penjual bunga. Bukan mengeksploitasi karangan bunga yang selama ini punya kedudukan positi, terhormat untuk kebaikan dan kebajikan, justru membikin nilai karangan bunga jadi negatif demi kepentingan-kepentingan tertentu, terutama menggiring opini publik dan menimbulkan sikap-sikap permusuhan dan disharmonisasi di masyarakat.

Sayang, karangan bunga ikut-ikutan dijadikan alat intrik, taktik, dan politik. Nampak jelas, trend karangan bunga tersirat maksud di dalamnya ada komunikasi politik yang tujuannya menggiring opini publik, tetapi terskenario dan bukan mustahil hanya sandiwara kebohongan saja.

Rakyat tak mau ada teroris

Selama ini, rakyat sudah sangat paham segala bentuk akal-akalan, intrik, dan politik yang menguntungkan pihak yang berkepentingan. Jadi, komunikasi politik via karangan bunga sudah bisa dibilang basi.

Tak perlu karangan bunga. Semua hal yang dilakukan oleh pemimpin, parlemen, Polri dan sebagainya di atas kepentingan rakyat, amanah, dan menjunjung tinggi keadilan, pasti akan didukung sepenuh hati dan jiwa raga rakyat.

Bila, kepentingan-kepentingan masih terus dipertunjukkan, hukum masih tajam ke bawah, semua tindakan, kebijakan tak amanah, maka rakyat tak bisa lagi dibohongi, termasuk oleh adegan yang sekadar karangan bunga.

Tidak ada rakyat yang mendukung teroris dan membahayakan negara. Juga tidak ada rakyat yang ikhlas, tindakan hukum di dalamnya karena ada kepentingan, hingga ada kebohongan dan kepalsuan yang rakyat juga paham tradisinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun