Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nanggala 402 dan Refleksi Indonesia

25 April 2021   09:33 Diperbarui: 25 April 2021   10:01 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Seluruh masyarakat Indonesia khususnya, terus mendoakan agar hilang atau tenggelamnya kapal selam TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala 402, pada Rabu (21/4/2021) pukul 03.00 WIB, segera ditemukan dan masih ada awak kapal yang selamat. Aamiin.

Namun, terlepas dari musibah dan semoga para awak kapal masih bisa diselamatkan, meski secara teori sudah mustahil masih ada awak kapal yang hidup, hilang atau tenggelamnya KRI Nanggala 402 ini benar-benar harus menjadi refleksi dan instrospeksi pemerintah dan parlemen agar tak ada lagi korban prajurit TNI yang sia-sia gara-gara alat utama sistem senjata (alutsista) yang  merupakan salah satu pembentuk kekuatan militer darat, udara, maupun laut Indonesia aman dari gangguan dan ancaman asing atau musih, sebaliknya malah justru menjadi senjata makan tuan.

Atas tenggelamnya KRI Nanggala 402, meski dikatakan masih laik beroperasi dan perawatannya selama ini baik dan benar, namun dari sisi usia kapal, tak bisa dibohongi apalagi dimanipulasi.

Nanggala 402, armada Indonesia lemah, ada celah

Selain masyarakat Indonesia jadi tahu bahwa masih ada kapal selam tua yang dioperasikan sebagai armada keamanan dan armada perang, negara lain juga jadi tahu bahwa kekuatan armada militer Indonesia lemah. Terlebih jadi terpublikasi, Indonesia yang pertahanan wilayahnya dikelilingi laut, ternyata hanya memiliki 5 kapal selam. Dari 5 kapal selam itu, 2 sudah lanjut usia dan salah satunya yang sekarang tenggelam.

Herannya, setelah kejadian KRI Nanggala 402 tenggelam, kok baru ada anggota DPR yang bicara di media bahwa KRI Nanggala 402 sudah tak layak dioperasikan, karena batas aman operasional kapal selam diketahui sekitar 20-30 tahun. Sementara Nanggala 402 telah berusia 42 tahun sebab dibuat tahun 1979. Selama ini ke mana saja? Baru bicara setelah musibah datang.

Selain itu, sebab terpublikasi dan menjadi berita internasional, hilangnya satu dari lima kapal selam Indonesia, KRI Nanggala 402 (21/04), tentu akan berdampak pada sistem pengamanan laut Indonesia yang kini bertambah memiliki celah rawan.

Dari informasi yang terpublikasi di media, idealnya Indonesia memiliki 12 kapal selam, mengingat luasnya laut Indonesia. Tetapi, kini setelah hilang satu, malah tersisa 4 kapal selam dan tentu dari segi usia juga dipertanyakan.

Anggaran untuk kesejahteraan?

Mengapa alutsista Indonesia terus tercecer dan jauh dari modernisasi, ternyata niat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto  melalukan investasi lebih besar dalam bidang alutsista yang disebutnya mahal atau sangat mahal., oleh pemerintah justru lebih diprioritaskan untuk usaha pembangunan kesejahteraan.

Ironisnya, hingga sekarang, terlebih dalam pandemi corona, rakyat justru terus didera penderitaan akibat dari berbagai kebijakan yang tak memihak rakyat. Yang tak amanah.

Ada pengamat dan peneliti yang ternyata mengungkap di media massa bahwa anggaran Kementrian Pertahanan ternyata jauh lebih banyak digelontorkan untuk program-program di luar pengadaan alutsista. Jadi, mana yang benar?

Akibatnya, dalam tiga tahun terakhir, ini adalah kecelakaan ketiga yang melibatkan kapal TNI yang sudah tua. Khusus menyoal KRI Nanggala 402, meski Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan KRI Nanggala, yang selesai dibangun 44 tahun silam di Jerman, masih dalam keadaan baik dan telah menerima surat kelaikan sebelum digunakan berlatih dan kapal itu sudah beberapa kali digunakan untuk menembakkan torpedo. Sebelumnya, di tahun 2020, kapal juga sudah dirawat (di docking) di PT PAL, sehingga dibilang masih sangat layak, faktanya kapal tenggelam bukan karena serangan lawan, tapi karena daya kemampuan kapal selam itu sendiri yang sudah uzur usia.

Sibuk kepentingan

Musibah tenggelamnya KRI Nanggala 402, sewajibnya juga membuka mata para elite partai dan partai politik yang justru terus sibuk dengan kepentingan dan kepentingan baik di parlemen maupun pemerintahan.

Lihat, prajurit TNI jadi korban dari senjata yang memakan tuannya sendiri, sebab selama ini terus dibiarkan tak ada modernisasi maupun penambahan armada sesuai kebutuhan yang seharusnya.

Sebelum musibah ini, masyarakat juga sudah tahu bahwa pertahanan Indonesia cukup mengkawatirkan karena selain kurang armada pertahanan dibanding luas wilayah Idonesia, armada yang tersisa juga kebanyakan sudah dimakan usia.

Musibah Nanggala 402, harus menjadi perhatian pemerintah dan parlemen yang selama ini malah sibuk sendiri dengan cukong, korupsi, oligarki, dinasti, dan kepentingan-kepentingan. Dan, yang pasti, musuh yang ingin menguasai Indonesia pun jadi tahu kondisi alutsista yang sebenarnya.

Semoga Nanggala 402 segera ditemukan, para parjurit TNI di dalamnya dapat dievakuasi. Semoga tak ada lagi musibah yang terulang dari alutsista TNI yang usianya sudah tua. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun