Kendati dalam pandemi corona dan tidak diperhatikan oleh federasi yang menaungi, dengan salah satu alasan untuk tetap menjaga kebugaran, imun, perhelatan sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) di seantero nusantara terus membara demi melawan jahatnya virus corona dan demi menunjukkan eksistensi dan kemandirian.Â
Sebab, sepak bola akar rumput ternyata tetap mampu berdiri tegak terutama karena suport dari para orangtua yang anak-anaknya menjadi bagian dari sepak bola akar rumput.Anak-anak akar rumput yang ditampung oleh ribuan Sekolah Sepak Bola (SSB) dan sejenisnya di Indonesia, terus giat merumput di masing-masing SSBnya.Â
Para SSB juga dapat menggerakkan aktivitas kegiatannya dalam pelatihan reguler yang tetap mengikuti protokol kesehatan, hingga mampu menyelenggarakan sekadar trofeo, hingga mengikuti festival sepak bola terbatas dan kompetisi akar rumput yang diselenggarakan oleh para operator handal yang telah teruji oleh ruang dan waktu dan tetap ketat mengikuti protokol kesehatan.
Karenanya, meski corona sudah betah lebih dari setahun di +62, alhamdulillah tidak terdengar pemberitaan tentang klaster corona dari sepak bola, khususnya sektor akar rumput ini.
Orangtua pahlawan sepak bola akar rumput
Tatkala sektor sepak bola yunior hingga senior bertekuk lutut, federasi pun tak bertaji memutar kegiatan hingga kompetisi, para orangtua di SSB dan sejenisnya, ternyata mampu menjadi pahlawan di sektor akar rumput. Anak-anak tetap bergairah, sehat, dan bugar, para pelatih yang menggantungkan hidup dari sepak bola dapat terbantu mengepulkan dapurnya,
Selain itu, kegiatan SSB juga turut membantu mengepulkan dapar para pekerja yang terlibat dalam setiap kegiatan sepak bola akar rumput ini.
Yang pasti, situasi sepak bola akar rumput berbanding terbalik dengan situasi segala kegiatan yang diurus oleh federasi kita yang bernama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Seharusnya banyak sekali persoalan yang dapat diurus dan diperbaiki oleh PSSI di saat mereka juga tak mampu memperoleh izin menggelar kompetisi. Sayang, di tengah pandemi, saya melihat hanya satu divisi saja yang terus terlihat menggeliat, selebihnya bak tidur dan mandul.
Jujur, lelah rasanya melihat federasi yang diandalkan hanya diisi oleh para penggiat sepak bola yang bermain dengan para voter hingga dapat duduk menjadi pengurus yang latar belakangnya hanya demi sekadar kepentingan, namun tak cakap dan tak kompeten mengurus organisasi, hingga publik sepak bola nasional terus bertanya tentang mutu dan kualitas para pengurus ini.
Sepak bola akar rumput tak bertuan