Lebih ironis, ketika PJJ berlangsung dan para guru tidak lagi dibebani belajar dengan target ketuntasan kurikulum, tapi sesuai kemampuan siswa, nyatanya learning lost sudah terjadi.
Kerjasama sekolah dan orang tua bagaimana?
Terjadinya learning lost pada siswa, sejatinya sudah saya prediksi sejak pandemi corona hadir dan belajar harus dengan PJJ.
Tanpa ada corona dan PJJ, pendidikan kita sudah terpuruk. Akar masalah dan benang kusutnya pun sudah teridentifikasi. Namun, saya heran Kemendikbud sepertinya membiarkan persoalan PJJ ini asal jalan. Hingga apa yang dikawatirkan pun terjadi dan terbukti. Siswa sudah learning lost.
Sejak awal, dalam artikel pun sudah berkali-kali saya tulis bahwa dalam PJJ, kerjasama antara sekolah dan orang tua harus jelas. Bahkan harusnya ada hitam di atas putih.
Harus disadari bahwa para orang tua selama ini sudah mempercayakan anak-anaknya ke sekolah dan seolah, orang tua sudah tak punya tanggungjawab lagi mendidik anaknya di rumah.
Budaya lepas tangan orang tua ini, ternyata dilanjutkan saat sekolah dilakukan dengan PJJ. Sekolah pun tak jelas dan tegas memberikan garis sejauh mana keterlibatan orang tua dalam kerjasama pendidikan selama masa PJJ.
Atas kondisi ini, maka persoalan learning lost di Indonesia hanya masalah tinggal menunggu waktu. Seharusnya bisa diantisipasi dan diatasi, namun malah seolah sudah tahu akan ada becana, tapi pihak yang berkepentingan dan sudah tahu akan ada bencana, membiarkan bencana benar-benar terjadi.
Miris. Bagaimana siswa dalam sekolah formal tidak learning lost? Lihatlah contoh kasus yang saya ungkap. Lihatlah apa yang kronis dalam pendidikan kita selama ini? Lihat sekolahnya, lihat kompetensi gurunya, lihat kepedulian dan kerjasama para orang tuanya.
Di mana Kemendikbud? Di mana Pemerintah? Sebab, persoalan learning lost dan sikap-sikap tak membaca, tak merasa memiliki, tak peduli, tak simpati, tak empati, mengabaikan, terbudaya tak tepat waktu, hingga tak berkarakter dan tak berbudi pekerti luhur terus hanya menjadi sebatas mimpi.
Para pemimpin pun malah terus asyik masyuk meneladani berseteru demi kepentingan politiknya, oligarkinya, dinastinya, korupsinya dan lain sejenisnya. Pebdidikan anak-anak Indonesia pun semakin terpuruk. Learning lost di Indonesia akan bersaing dengan pandemi corona