Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Indonesia Sudah Learning Lost, Antisipasi?

23 Januari 2021   09:25 Diperbarui: 23 Januari 2021   13:16 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat belum ada pandemi, pendidikan di Indonesia boleh dibilang belum sesuai arah dan tujuan, sebab hasilnya tetap saja masih jauh dari harapan, belum melahirkan para siswa yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Siswa masih tawuran dan masih banyak melakukan tindakan negatif lainnya. Indikator kegagalan pendidikan ini pun di tambah oleh laporan PISA (Programme for International Student Assessment) yang mengungkap pendidikan Indonesia terus tertinggal.

Saat pandemi corona datang, saya juga berpikir, bagaimana jalannya pendidikan di Indonesia yang harus dengan belajar jarak jauh (PJJ). Belajar normal saja, bicara kreativitas dan inovasi seolah menjadi harga mahal, karena kondisi para guru yang masih terus tertinggal dalam 4 kompetensi standar pun tak lulus UKG.

Rasa kawatir itu pun kini terbukti. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kini telah mencatat, tanda-tanda learning lost sudah mulai terjadi berdasarkan hasil asesmen diagnostik yang dilakukan guru selama masa pandemi Covid-19.  Learning lost adalah kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar pada siswa.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI, Kamis (21/1) mengungkapkan bahwa learning lost tanda-tandanya sudah mulai tampak, meskipun ini baru hasil analisis guru berdasarkan asesmen diagnostiknya.

Namun, hasil analisis ini dapat dijadikan pegangan, sebab ada persentasenya. Terungkap sebanyak 47 persen sekolah/guru mengatakan, hanya 50 persen siswa memenuhi standar kompetensi. Selain itu, sebanyak 20 persen sekolah/guru menilai, sebagian kecil siswa memenuhi standar kompetensi. Artinya, siswa yang memenuhi standar kompetensi hanya di bawah 50 persen.

Sementara itu, sebanyak 31,9 persen sekolah/guru yang menilai siswanya sebagian besar sudah memenuhi standar kompetensi. Jika sebagian besar guru menilai siswanya tidak memenuhi standar kompetensi, artinya sudah ada kecenderungan terjadi learning lost.

Siswa sudah urusan dan tugas sekolah

Seperti sudah saya ungkap, belajar dalam situasi normal, tatap muka saja, pendidikan Indonesia terus tercecer karena faktor kompetensi guru dan uji kompetensi guru. Di tambah kurang berperannya orang tua dalam pendidikan anak.

Sebab, paradigmanya, bagi orang tua saat anaknya sudah disekolahkan, maka pendidikan menjadi tugas sekolah dan guru. Orang tua sudah tak punya beban dan sudah tak ikut memperhatikan pendidikan anak.

Ternyata budaya ini terus berlangsung saat Covid-19 datang. Para orang tua memang ada sebagian membantu dan sibuk mengurus dan mendampingi anaknya belajar PJJ dan menerima tugas dari gurunya. Namun, berapa persen orang tua di Indonesia yang ikut terlibat dalam pendidikan sekolah anaknya selama masa PJJ?

Fakta bahwa hasil analisis diagnostik guru menyebut bahwa kini para siswa sudah mulai learning lost, semakin membuktikan masalah kronis pendidikan kita sulit diurai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun