"Sepakbola Indonesia butuh kerjasama dan kebersamaan saling bahu membahu memajukan Sepakbola Indonesia."
"Sepakbola Indonesia tidak akan maju oleh satu dua orang, tapi harus semua potensi anak bangsa harus bergerak bersama memajukan Sepakbola Indonesia." Terang Indra.
Setelah Indra Sjafri, Yusuf Kurniawan pun turut memberikan penyegaran dan mengatakan melalui pesan WA juga,
"Intinya, meski saat ini sepakbola di atas sedang mati suri namun pembinaan usia muda di level hulu tidak boleh berhenti. Liga TopSkor akan terus berupaya konsisten untuk melakukan pembinaan secara berkesinambungan (meski dalam situasi sulit dan tak ideal) untuk menciptakan generasi muda yang memiliki karakter dan kualitas kehidupan yang lebih baik saat mereka dewasa kelak.
Sepakbola banyak mengajari kita bagaimana memaknai hidup yang bermanfaat, tidak harus selalu menjadi pemain bola pro endingnya, tapi seberapa bermanfaatnya kita (dan anak-anak kita nanti) untuk kehidupan di sekitar kita. Itulah esensi hakiki yang menurut saya sebagai parameter sukses kita berkecimpung di sepakbola." pungkas Yusuf sangat menyegarkan.
Sejatinya, semua komentar atau pendapat itu saya terima hampir bersamaan. Dan, saat itu kontak dengan Fakhri masih berlanjut.
Sebelum saya lanjutkan apa yang menjadi pemikiran Fakhri Husaini, biar lebih obyektif, berikut juga saya petik komentar dari rekan-rekan pembina sepak bola akar rumput Indonesia, yang lebih ditujukan kepada PSSI. Di antaranya saya kutip dari grup WA maupun secara jaringan pribadi (japri), secara umum menyampaikan komentar yang seragam seperti  seharusnya para  SSB/Akadmi yang diberikan penghargaan, bukan PSSI.
Pasalnya para SSB/Akademi yang berlomba-lomba mengadakan suatu event di usia dini. Sementara, Â PSSI hanya tahu matangnya saja, SSB/Akademi-lah yang berdarah-darah. Tak pernah ada subsidi untuk SSB.
Para penggiat sepak bola akar rumput pun mengulik bahwa, FIFA rajin tiap tahun menggelontor dana "gede" untuk kemajuan  sepak bola indonesia. Sudah begitu, mirisnya lagi berdasarkan kisah penggiat akar rumput di daerah, bila SSB/Akademi mengadakan suatu event usia dini dan muda,  PSSI tidak mau gratis dari segi wasit bahkan menerapkan tarif yang lumayan tinggi.
Di sisi lain  juga ada penggiat sepak bola akar rumput yang kembali menceritakan tentang sejarah lahirnya Kurikulum Filanesia, sebab selama ini saya memang baru mengulas yang ada di permukaan. Bila nanti Kurikulum Filanesia telah diperbaiki dan layak disebut Kurikulum, maka hal-hal yang melingkupi latar belakang dan proses lahirnya Kurikulum Filanesia, akan saya kisahkan lebih lengkap.
Pemikiran Fakhri Husaini