Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingat Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa

3 Desember 2020   10:31 Diperbarui: 3 Desember 2020   10:38 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, pemerintah dengan tangan aparatnya, juga terus membiarkan para provokator baik dari kalangan elite partai, kalangan Istana, kalangan seleberiti, hingga kalangan influencer dan buzzer terus bebas berkeliaran, beropini dan mencuit di medsos dan bicara dalam pemberitaan yang bukan meredam suasana, namun justru tambah mendidihkan suasana panas hati rakyat.

Wahai pemerintah dan aparat, mengapa para provokator itu malah diberikan ruang dan justru terus masuk dalam pemberitaan media. Mengapa media penyebar berita provokator itu juga masih dibiarkan bebas terbit?

Apakah semua itu juga menjadi "pasukan" pengalihan isu demi melancarkan aksi kepentingan-kepentingan?

Mungkin inilah bentuk penjajahan masa kini yang masih harus dilanjutkan dan diterima oleh rakyat Indonesia, dan siapa penjajah baru itu, rakyat pun semakin paham.

Di tengah pandemi corona, rakyat bukan hanya dihadapkan oleh virus mematikan, namun rakyat hanya diperas suaranya demi kursi dan kedudukan jabatan. Setelahnya, sudah mentradisi rakyat pun hanya dijadikan korban dan kambing hitam.

Inilah orkestra derita yang tak berujung di tanah nusantara, yang semakin jauh dari amanah pembukaan UUD 1945. Yang kaya tambah kaya. Yang miskin tambah merana. Yang dekat penguasa dan mengabdi pada junjungannya, "aman dan terjamin" hidupnya. Yang menentang dan melawan ketidakadilan, justru penjara tempatnya.

Siapa yang akan membukakan mata dan hati para wakil rakyat yang sewajibnya amanah untuk rakyat? Apakah harus menunggu pintu hidayah?

Apakah tanggal 9 Desember 2020 benar-benar akan menjadi pesta demokrasi rakyat? Atau hanya pesta elite partai, partai politik, dan cukong yang telah mengucurkan dana untuk Pilkada? Atau menjadi pesta virus corona yang telah menunggu momentum menyerangnya demi terus eksis merajalela?

Sungguh, rakyat sangat menanti orkestra derita di tanah nusantara terhenti, berubah menjadi simponi bahagia selamanya. Satu Nusa, Satu Bahasa, Satu Bangsa. Semoga bukan utopia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun