Harus diakui, hingga saat ini sudah banyak pelajaran dari STy khususnya bagi Timnas U-19 dan umumnya bagi sepak bola nasional, termasuk keberanian STy menghadapkan Timnas U-19 dengan lawan-lawan yang levelnya jauh di atas. Namun, STy tetap saja masih menutup mata dan hati atas kualitas materi pemain yang di bawa ke Kroasia demi memenuhi ambisinya membentuk Timnas U-19 berpola 4-4-2.Â
Andai saja STy mau menanggalkan ambisi pakem 4-4-2 dan mengubah sementara dengan pakem 4-3-3, STy tak harus menyesal kebobolan di menit akhir dari Qatar. Publik sepak bola nasional tak harus menonton laga Timnas U-19 yang dibarisan depan terus terlihat seperti main-main. Kasihan pemain tengah, belakang, dan kiper, menjaga gempuran lawan, namun saat mencoba menyerang selalu pupus.
Bila bukan pakem 4-4-2, meski kebobolan 1 gol di menit akhir, bisa jadi, sebelum kebobolan, Timnas U-19 sudah mencetak lebih dari 1 gol, dan hasil akhir tetap menang.
Tapi biarlah STy tetap keras kepala dan keras hati dengan cara dan pemikirannya. Toh ini masih proses seperti yang selalu STy ungkap.
Bagaimana laga ke-12 meladeni Bosnia & Herzegovina. yang akan berlangsung pada Jumat (25/9/2020)?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H