Rak majalah di toko buku ternama itu kian longgar saja. Tidak lagi berjejal seperti dulu. Hanya beberapa majalah dan tabloid Indonesia yang masih dipajang. Pun tak terlihat lagi pengunjung yang dulu ramai mengerubutinya. Baik yang hendak membeli, maupun yang sekedar numpang baca gratis. :)Â
Pemandangan seperti itu kian sering tampak di mana-mana. Tidak hanya di toko buku, tapi di semua kios majalah yang masih bertahan. Di salah satu toko buku besar, misalnya, kini jauh lebih lengang. Tidak pernah seperti dulu lagi. Tak banyak lagi pengunjung yang dulu kerap memadati toko buku ini. Dan itulah yang saya temui pada akhir pekan lalu.
Situasinya memang telah jauh berubah. Banyak majalah, tabloid, dan surat kabar tak lagi terbit. Satu demi satu bertumbangan. Dan kalaupun ada yang masih terbit, jelas tidak mudah. Butuh strategi jitu demi sekedar bertahan. Tidak cukup dengan hanya mengurangi jumlah halaman, sembari mengerek harga jual eceran.
Akan tetapi, dari sedikit majalah yang mencoba terus bertahan. Ada satu nama yang niscaya membawa sejuta kenangan ke ribuan pembaca setianya. Pembaca dari berbagai generasi. Maklum saja, majalah ini telah mengarungi dunia penerbitan selama hampir enam dekade!
Itulah Majalah INTISARI! Majalah bulanan legendaris yang pernah sangat terkenal. Intisari bahkan pernah disandingkan dengan Reader's Digest, majalah ternama asal AS yang pernah pula menerbitkan edisi bahasa Indonesia itu. Dan Intisari memang mengadopsi format yang mirip dengan Reader's Digest.
Tidak itu saja, Intisari juga diakui sebagai tonggak sejarah bagi kelompok bisnis Kompas Gramedia. Bahkan disebut-sebut sebagai cikal bakal berdirinya kelompok perusahaan media terbesar di Indonesia itu. Pasalnya, inilah publikasi pertama dari Kompas. Pionir dari puluhan publikasi lain yang baru terbit di era berikutnya.Â
Baca juga: Naik Kelas ke Level "Fanatik"Majalah Intisari didirikan P.K. Ojong dan Jacob Oetama, dua Founder dari Kompas, pada tanggal 17 Agustus 1963. Hampir dua tahun lebih awal dari harian Kompas. Surat kabar terbesar di Indonesia, yang pernah menjadi pilar Kompas Gramedia itu, baru pertama kali diterbitkan pada tanggal 28 Juni 1965.
Dengan sejarahnya yang begitu panjang, Intisari pun berada di deretan majalah tertua di Indonesia. Dan mungkin saja, kini menjadi majalah tertua yang masih terus terbit. Bandingkan dengan beberapa majalah tua lainnya yang sudah tidak beredar lagi. Majalah Horison, contohnya, kini hanya muncul dalam versi online.
Menariknya, sebagai majalah bulanan legendaris, Intisari menyimpan sepotong sejarah yang sulit dilupakan. Saat pertama kali terbit, Intisari yang sejak awal dikelola J. Adi Subrata dan Irawati, ternyata tidak memiliki sampul. Hanya tampil apa adanya. Hitam putih dengan ukuran selebarannya 14 x 17,5 cm.