Indonesia dan Maroko memang telah lama menjalin tali persahabatan. Bahkan sejak abad ke-14, seorang penjelajah ternama asal Maroko, yakni Ibn Batuta, sudah pernah mengunjungi Kesultanan Samudra Pasai (kini wilayah Aceh) pada tahun 1345. Boleh jadi Ibn Batuta adalah 'wisatawan' Maroko yang pertama kali ke wilayah Indonesia.Â
Selanjutnya di era modern, Indonesia-Maroko baru membuka hubungan diplomatik pada tahun 1960. Tidak hanya itu, Jakarta dan Casablanca pun ikut merajut relasi dalam sebuah perjanjian kota kembar pada tanggal 21 September 1990. Sebuah jalan di kawasan Kuningan Jakarta Selatan pun diberi nama Jalan Casablanca.
Kota Casablanca sendiri memang sangat terkenal. Kota yang dihiasi banyak bangunan era kolonialisme Prancis itu adalah kota terbesar dan pusat ekonomi di Maroko. Kota ini juga merupakan pintu gerbang utama ke Maroko melalui udara, yakni via Mohammed V International Airport yang merupakan bandara terbesar di negeri itu.
Sebagai kota terbesar di Maroko, kota Casablanca sendiri menyimpan cukup banyak objek wisata menarik. Di antaranya, Old Medina, Quartier Habous, Royal Palace of Casablanca, Hassan II Mosque dan sebagainya. Tentu saja yang paling terkenal adalah Masjid Hassan II yang dibangun pada tahun 1993 itu.Â
Pembangunan masjid ini bahkan diawasi langsung Raja Hassan II. Selain menghabiskan biaya antara 400-700 juta dolar, sang raja juga mengerahkan sekitar 12,000 pekerja dari seluruh negeri untuk membangun masjid monumental ini.
Meskipun Casablanca sangat populer, tetapi kota ini bukanlah destinasi wisata nomor satu di Maroko. Begitu pula, kota Rabat yang berjarak sekitar 86 km di utara Casablanca.
Ibu kota negara itu bahkan masih tertinggal dibandingkan kota-kota bersejarah lainnya. Akan tetapi, jangan buru-buru melewatinya. Sebagai ibu kota negara, Rabat masih memiliki daya tarik tersendiri.