Hanya berselang dua bulan berikutnya, sebuah serangan bom lain terjadi di Beyoglu pada 19 Maret 2016. Persis di persimpangan Balo Street dan Istiklal Avenue. Hampir sama dengan kejadian pada hari Minggu lalu. Ledakan kala itu membuat 5 orang kehilangan nyawa dan puluhan lainnya terluka. Beberapa di antaranya adalah wisatawan asing.
Meskipun Pemerintah Turkiye terus berusaha mengatasi berbagai kelompok yang mengancam keamanan Istanbul, namun serangan bom kembali terjadi. Kali ini malahan dilakukan di bandara internasional Ataturk yang semestinya memiliki tingkat pengamanan lebih ketat.
Serangan di Terminal 2-Ataturk Airport pada tanggal 28 Juni 2016 tercatat sebagai salah satu serangan paling berdarah di Istanbul. Akibat bom bunuh diri dan tembakan senjata otomatis, 45 orang dan 3 penyerang ikut tertembak mati. Dan lebih dari 230 orang mengalami luka parah.Â
Bandara Ataturk sendiri pernah menjadi bandara internasional utama di Istanbul. Melayani semua penerbangan komersial antar benua. Namun, sejak April 2019, semua penerbangan komersial telah dipindahkan ke Istanbul Airport. Bandara baru ini kini menyandang status sebagai bandara terbesar di Turkiye dan tersibuk di Eropa.
Masih di tahun 2016, dua ledakan berurutan terjadi di kawasan Besiktas, Istanbul. Ledakan pertama terjadi di depan Vodafone Arena, stadion sepak bola yang menjadi kandang Besiktas JK. Sedangkan yang kedua meledak di Macka Park yang berada tidak jauh dari stadion tersebut.
Tragedi pada 10 Desember 2016 itu sekali lagi membuat Istanbul menangis. Tercatat 48 orang kehilangan nyawa (termasuk 39 polisi) dan 166 lainnya terluka. Untung saja, bom itu meledak sekitar 1.5 jam setelah berakhirnya pertandingan sepak bola di Super Lig antara Besiktas JKÂ dan Bursaspor. Tidak terbayangkan jika bom itu meledak ketika penonton sedang berdesakkan ke luar stadion.
Penyerangan ke berbagai titik di Istanbul tidak hanya dengan bom. Kelompok teroris itu juga melakukan pembantaian lewat berondongan senjata otomatis. Seperti yang terjadi di sebuah kelab malam pada Minggu dini hari, 1 Januari 2017. Serangan brutal yang juga dikenal sebagai "Reina Massacre"Â itu terjadi kala pengunjung kelab malam itu sedang merayakan acara tahun baru.
Awal tahun yang sungguh kelabu bagi Istanbul. Sedikitnya 39 orang tewas dan 79 pengunjung cedera. Reina Nightclub, yang menghadap Selat Bosphorus itu, berada tidak jauh dari Masjid Ortakoy. Lokasi ini juga menyajikan pemandangan memesona ke arah Jembatan Bosphorus atau resminya disebut 15 July Martyrs Bridge.
Sebagai kota terbesar di Turkiye, Istanbul memang tidak terhindarkan menjadi target serangan kelompok teroris. Seperti diketahui, banyak serangan teroris di kawasan ramai pengunjung adalah demi menarik perhatian media dunia. Setidaknya, deretan lokasi serangan teroris di Istanbul dalam dua dekade terakhir, membuktikan pandangan seperti itu.
Dari semua serangan bom di Istanbul, polisi Turkiye telah mengidenfikasikan beberapa kelompok yang terlibat. Paling sering adalah kelompok radikal yang terkait Kurdistan Freedom Hawks atau Teyrbazn Azadiya Kurdistan (TAK). TAK dikenal sebagai kelompok militan nasionalis Kurdi di Turki. Selain itu, Istanbul juga beberapa kali diserang kelompak ekstrim lain yang berafiliasi ke ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).