Presiden Recep Tayyip Erdogan hampir saja membatalkan perjalanannya ke Bali pada Minggu, 13 November 2022 lalu. Pasalnya, menjelang keberangkatan ke KTT G20 Bali itu, Presiden Turkiye itu harus menerima kabar sedih dari Istanbul. Sebuah serangan bom mengguncang Jalan Istiklal-Beyoglu di jantung kota Istanbul.Â
Istanbul memang sebuah metropolis yang menakjubkan. Kota yang pernah dikenal sebagai Bizantium dan Konstantinopel itu selalu bertengger di deretan atas sebagai salah satu destinasi wisata favorit wisatawan global. Tahun 2019, misalnya, bekas pusat kekaisaran Ottoman itu sukses menarik sedikitnya 14.7 juta wisatawan.
serangan teroris. Dalam dua dekade terakhir saja, kota bersejarah yang terletak di antara dua benua itu, telah belasan kali diserang bom bunuh diri dari beberapa kelompok teroris. Â
Akan tetapi, di balik popularitasnya sebagai destinasi wisata, Istanbul juga kerap menjadi sasaran
Serangan teranyar baru saja terjadi pada Minggu, 13 November 2022 lalu. Sebuah bom meledak di Jalan Istiklal, sebuah kawasan perbelanjaan yang selalu ramai dipadati turis maupun warga lokal. Bisa dibayangkan akibatnya. Korban pun berjatuhan. Sedikitnya 6 orang meninggal dan lebih dari 80 lainnya luka-luka.
Kejadian itu jelas membuat Presiden Erdogan murka. Apalagi Turkiye sejatinya sedang menikmati lonjakan kunjungan wisatawan dunia. Dan serangan bom yang terjadi di salah satu kawasan wisata populer di Istanbul itu pun bak mencoreng wajah Turkiye untuk ke sekian kalinya.
Istiklal Avenue, yang di masa lalu pernah disebut sebagai "The Grand Avenue of Pera", adalah sebuah kawasan pejalan kaki di Beyoglu. Sebuah distrik bersejarah yang berada di sisi Eropa. Jalan Istiklal membentang sekitar 1.4 km dari Tunel, stasiun kereta bawah tanah pendek di Istanbul, hingga Taksim Square. Puluhan toko, galeri, teater, restoran dan kafe memadati kedua sisi jalan terkenal itu.
Jauh sebelum serangan di Jalan Istiklal itu, Istanbul sebetulnya sudah cukup sering menjadi sasaran berbagai serangan teroris. Bahkan Istiklal Avenue dan Taksim Square pun sudah pernah diserang di masa lalu. Pada 31 Oktober 2010, misalnya, sebuah serangan bom bunuh diri dilakukan di Taksim Square. Tidak jauh dari lokasi terjadinya bom pada Minggu lalu.
Tidak kalah mengejutkan adalah serangan bom lainnya pada 6 Januari 2015. Lagi-lagi serangan bom ini menyasar kawasan yang dipenuhi banyak wisatawan. Bom yang diledakkan Diana Ramazova dari Dagestan itu, menghantam sebuah kantor polisi di distrik Sultanahmet. Kawasan wisata ternama tempat berdirinya Blue Mosque dan Hagia Sophia.
Setahun berikutnya, yakni pada tanggal 12 Januari 2016, kawasan Sultanahmet sekali lagi menjadi target serangan kelompok yang terkait ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Serangan pada pagi hari di dekat Masjid Biru itu mengakibatkan 13 warga asing tewas dan melukai 14 lainnya.
Hanya berselang dua bulan berikutnya, sebuah serangan bom lain terjadi di Beyoglu pada 19 Maret 2016. Persis di persimpangan Balo Street dan Istiklal Avenue. Hampir sama dengan kejadian pada hari Minggu lalu. Ledakan kala itu membuat 5 orang kehilangan nyawa dan puluhan lainnya terluka. Beberapa di antaranya adalah wisatawan asing.
Meskipun Pemerintah Turkiye terus berusaha mengatasi berbagai kelompok yang mengancam keamanan Istanbul, namun serangan bom kembali terjadi. Kali ini malahan dilakukan di bandara internasional Ataturk yang semestinya memiliki tingkat pengamanan lebih ketat.
Serangan di Terminal 2-Ataturk Airport pada tanggal 28 Juni 2016 tercatat sebagai salah satu serangan paling berdarah di Istanbul. Akibat bom bunuh diri dan tembakan senjata otomatis, 45 orang dan 3 penyerang ikut tertembak mati. Dan lebih dari 230 orang mengalami luka parah.Â
Bandara Ataturk sendiri pernah menjadi bandara internasional utama di Istanbul. Melayani semua penerbangan komersial antar benua. Namun, sejak April 2019, semua penerbangan komersial telah dipindahkan ke Istanbul Airport. Bandara baru ini kini menyandang status sebagai bandara terbesar di Turkiye dan tersibuk di Eropa.
Masih di tahun 2016, dua ledakan berurutan terjadi di kawasan Besiktas, Istanbul. Ledakan pertama terjadi di depan Vodafone Arena, stadion sepak bola yang menjadi kandang Besiktas JK. Sedangkan yang kedua meledak di Macka Park yang berada tidak jauh dari stadion tersebut.
Tragedi pada 10 Desember 2016 itu sekali lagi membuat Istanbul menangis. Tercatat 48 orang kehilangan nyawa (termasuk 39 polisi) dan 166 lainnya terluka. Untung saja, bom itu meledak sekitar 1.5 jam setelah berakhirnya pertandingan sepak bola di Super Lig antara Besiktas JKÂ dan Bursaspor. Tidak terbayangkan jika bom itu meledak ketika penonton sedang berdesakkan ke luar stadion.
Penyerangan ke berbagai titik di Istanbul tidak hanya dengan bom. Kelompok teroris itu juga melakukan pembantaian lewat berondongan senjata otomatis. Seperti yang terjadi di sebuah kelab malam pada Minggu dini hari, 1 Januari 2017. Serangan brutal yang juga dikenal sebagai "Reina Massacre"Â itu terjadi kala pengunjung kelab malam itu sedang merayakan acara tahun baru.
Awal tahun yang sungguh kelabu bagi Istanbul. Sedikitnya 39 orang tewas dan 79 pengunjung cedera. Reina Nightclub, yang menghadap Selat Bosphorus itu, berada tidak jauh dari Masjid Ortakoy. Lokasi ini juga menyajikan pemandangan memesona ke arah Jembatan Bosphorus atau resminya disebut 15 July Martyrs Bridge.
Sebagai kota terbesar di Turkiye, Istanbul memang tidak terhindarkan menjadi target serangan kelompok teroris. Seperti diketahui, banyak serangan teroris di kawasan ramai pengunjung adalah demi menarik perhatian media dunia. Setidaknya, deretan lokasi serangan teroris di Istanbul dalam dua dekade terakhir, membuktikan pandangan seperti itu.
Dari semua serangan bom di Istanbul, polisi Turkiye telah mengidenfikasikan beberapa kelompok yang terlibat. Paling sering adalah kelompok radikal yang terkait Kurdistan Freedom Hawks atau Teyrbazn Azadiya Kurdistan (TAK). TAK dikenal sebagai kelompok militan nasionalis Kurdi di Turki. Selain itu, Istanbul juga beberapa kali diserang kelompak ekstrim lain yang berafiliasi ke ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).
Rentetan serangan bom yang terjadi di Istanbul dari waktu ke waktu tentunya sangat memprihatinkan. Betapa menyedihkan ketika perbedaan politik membuat banyak orang tidak bersalah harus menjadi korban. Dan jika penyerangan itu bertujuan menebar ketakutan dan membuat Istanbul ditinggalkan wisatawan dunia, maka hal itu tidak akan pernah terjadi.
Seperti sejarahnya yang panjang, Istanbul akan selalu bangkit. Tidak akan pernah menyerah. Kota bersejarah yang pernah menjadi saksi kebesaran tiga Imperium itu, akan selalu menjadi destinasi wisata impian jutaan wisatawan dunia. Sejak dulu hingga kini. Dan untuk tahun-tahun mendatang. #prayforistanbul.
***
Jakarta, 17 November 2022
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H