Ajang KTT G20 Bali memang diyakini sebagai pendorong kuat bagi pulihnya sektor pariwisata di Pulau Dewata. Dan mungkin saja berimbas ke destinasi wisata unggulan lainnya di tanah air. Namun, tentu saja bukan hanya selama perhelatan KTT G20 saja. Jauh lebih penting adalah dampak jangka panjang bagi pariwisata Indonesia.
Seperti diketahui, negara-negara anggota G20 atau Group of Twenty telah lama mendominasi daftar jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terbanyak ke Indonesia dari tahun ke tahun. Sebut misalnya, dari China, Australia, India, Jepang, AS, Inggris, dan Korea Selatan.
Pada tahun 2019, contohnya, China memuncaki daftar wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sedikitnya 2 juta wisatawan asal Negeri Tirai Bambu itu melancong ke Bali, Manado dan destinasi wisata lain di tanah air. Namun, hingga September 2022 ini, wisatawan China tercatat baru mencapai 76,254.
Wisatawan asal China sejatinya tidak hanya penting bagi Indonesia. Tetapi, juga bagi banyak negara lain di dunia. Sebelum era pandemi, sekitar 155 juta wisatawan asal China melakukan perjalanan internasional. Bisa dibilang mereka ada di hampir semua destinasi wisata terkenal di dunia.
Pembatasan perjalanan di China memang membuat wisatawan China tidak lagi leluasa bepergian seperti dulu. Namun, setelah pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di Apurva Kempinski Hotel, Nusa Dua, apakah Pemerintah Beijing akan memberikan kelonggaran perjalanan bagi wisatawannya?Â
Paling tidak ada semacam Travel Bubble antara Bali atau Manado dengan kota-kota tertentu di China. Well, masih harus ditunggu. Setidaknya, selama berada di Bali, Presiden China itu terlihat sangat menikmati suasana khas Bali. Bahkan Xi Jinping terlihat mengenakan batik kala mengikuti Welcoming Dinner di KTT G20.
Berbeda dengan China, wisatawan asal Negeri Kangguru Australia, yang biasanya berada di bawah China kini justru melejit ke posisi pertama.Â
Sejak Indonesia membuka pintu perbatasan untuk wisatawan internasional, jumlah wisatawan asal Australia terus meningkat tajam.
Hingga September 2022 ini, jumlah wisatawan asal Australia telah mencapai 379,382. Pencapaian tertinggi dibandingkan semua negara sumber wisatawan lainnya. Jelas sekali, banyak warga Australia sudah sangat merindukan Bali. Pulau ini memang sudah seperti "The Second Home" bagi kebanyakan turis Aussie. Sebagian malah menyebutnya sebagai "Our Favorite Playground".
Selain mudah dicapai dengan durasi penerbangan yang tidak terlalu lama, Bali juga memiliki banyak keunggulan lain yang disukai wisatawan Australia. Mulai dari alamnya yang permai hingga kekayaan budaya lokal yang penuh warna. Begitu pun biaya berwisata ke Bali relatif sangat bersahabat.
Negara-negara anggota G20 lain pun ikut berada di deretan atas sebagai penyumbang wisatawan ke Indonesia. Seperti bisa dilihat di tabel di atas. Potensi wisatawan asal India, contoh lainnya, sangat besar. Negara-negara pesaing di Asia Tenggara pun ikut membidik wisatawan dari negeri yang terkenal dengan industri film Bollywood itu.Â
Pada tahun 2019, India berada di posisi ke-3 dengan jumlah wisatawan 657,300. Di tahun 2022 ini, wisatawan India telah menyodok ke posisi ke-2 di antara negara-negara G20. Dengan total wisatawan mencapai 144,534, India hanya kalah dari Australia. Dan melihat tren terkini di mana warga negara India kian sering melancong, maka angka ini diprediksi akan terus meningkat.
Akan tetapi, jika arus wisatawan Australia dan India sudah mulai mengalir ke Indonesia, maka tidak demikian dengan wisatawan asal negeri Sakura Jepang. Salah satu pasar wisatawan Indonesia ini baru menyumbang sekitar 40,423 hingga September ini. Masih sangat jauh dari pencapaiannya di era sebelum pandemi.
Negara-negara dari Asia Timur, seperti China, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan, memang masih belum banyak bepergian. Tetapi, sekali lagi, menyaksikan situasi Bali yang sangat kondusif, bahkan didatangi banyak pemimpin dunia, semoga bisa menggerakkan wisatawan asal negara-negara itu untuk segera kembali ke Bali.
Selain itu, jangan lupakan kontribusi negara-negara Eropa yang sudah kembali melanglang buana. Negara-negara besar seperti Inggris, Prancis dan Jerman pun selalu rutin berada di urutan atas daftar kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Begitu pun wisatawan asal Timur Tengah yang tidak kalah potensial.
Kontribusi negara-negara anggota G20 tentu saja diharapkan menjadi motor untuk mempercepat pemulihan pariwisata Indonesia. Dan kehadiran begitu banyak pemimpin dunia di Bali sejatinya bisa menjadi semacam endorsement hebat bagi Indonesia. Suatu sinyal dukungan kuat bahwa Indonesia sudah kembali siap menyambut wisatawan dunia.
Apalagi Indonesia tidak hanya Bali. Seperti yang rajin dipromosikan Menparekraf Sandiaga Uno ke mana-mana. Indonesia masih memiliki "New Bali" lainnya. Ada Likupang, Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur, dan Danau Toba. Destinasi-destinasi top yang dilabeli sebagai Destinasi Super Prioritas itu.
Dan bukan hanya super prioritas, tetapi super memesona!
***
Kelapa Gading, 16 November 2022
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H