Dari banyak negara-negara di Asia, saya selalu terkagum-kagum dengan budaya antre di Jepang. Bukan hanya taat antre, tetapi hebatnya, warga Negeri Sakura itu selalu membentuk barisan antrean dengan sangat baik dan rapi. Pantas saja banyak yang menyebut bentuk antrean di Jepang sudah seperti sebuah seni saja.
"Queuing in Japan is an art form", begitu kata orang. Dan lebih dari itu, orang Jepang sangat mengagungkan budaya antre. Ketika mereka berdiri di garis antrean itu, mereka seakan begitu menikmati kesendiriannya. Sambil membaca buku atau membuka gadget masing-masing. Tidak ada suara apapun. Semuanya dilakukan dalam diam yang panjang. Hingga bus atau kereta yang ditunggu tiba.
Masyarakat Jepang memang dikenal sangat disiplin. Selalu antre dengan sabar dan teratur di mana-mana. Di stasiun kereta yang sibuk, misalnya, penumpang yang hendak naik akan selalu berdiri di sisi kiri dan kanan di depan pintu kereta yang terbuka. Lalu menunggu hingga penumpang terakhir turun baru mereka masuk.Â
Hampir tidak pernah terlihat ada yang nekat menyerobot naik ketika masih ada penumpang yang hendak ke luar dari kereta. Bagi mereka, perilaku seperti itu, yakni menyerobot masuk, bisa jadi dianggap memalukan. Haik, wakarimashita!
Warga negara Singapore pun sudah lama dikenal dengan budaya antrenya. Sangat khas Inggris! Mungkin inilah salah satu budaya yang diwariskan Inggris, selain bahasanya itu. Mereka tentunya percaya bahwa hanya dengan mengantre secara teratur, semua orang akan mendapatkan gilirannya dengan lebih cepat.
Sikap disiplin dalam soal antre ini bisa dilihat di berbagai tempat. Di halte bus, stand taxi, dan sebagainya. Seakan sudah menjadi bagian keseharian hidup mereka. Bahkan wisatawan Indonesia yang ke Singapore pun akhirnya segan dan ikut antre. Padahal ketika di negeri sendiri.... ah, sudahlah. Dan jika ada yang melanggar antrean, siap-siap saja diperingati, "Queue up!".
Berbeda sekali dengan banyak negara lain di Asia dan Mediteranean. Sebut misalnya, di China, India, Mesir, Turkiye dan sebagainya.Â
Di China, misalnya, masih banyak penduduknya belum disiplin dalam hal mengantre untuk suatu layanan. Perilaku seperti itu pun kerap terbawa-bawa ketika wisatawan dari negeri Tirai Bambu berwisata ke mancanegara
Dan itu pula yang ikut dikhawatirkan Pemerintah China. Bagaimana pun juga, perilaku tidak terpuji yang dibawa wisatawan negeri itu akan berdampak pada citra China di mata dunia. Sebuah negara yang sudah makin maju, tetapi masyarakatnya sama sekali tidak menghargai budaya antre di negeri lain.
Alhasil, pada tahun 2013 silam, China's National Tourism Administration pun menerbitkan sebuah buku panduan bagi wisatawan China berjudul "Guidebook to Civilised Tourism". Buku setebal 64 halaman itu berisi semacam "Dos and Don'ts" (apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan) yang harus diperhatikan selama berwisata ke luar negeri.