Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Antre di Garis Tunggu

5 Oktober 2022   10:47 Diperbarui: 7 Oktober 2022   12:45 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
David Beckham pun ikut antrean. Sumber: Avalon/ www.metro.co.uk

Gaya antrean ala Spanyol itulah yang disebut "La Vez" yang secara harafiah berarti "waktu". Namun, di Spanyol, kata itu bermakna lebih jauh dari itu, yakni "a way of queuing" atau suatu cara mengantre yang lebih fleksibel. Dan tidak harus dalam satu baris antrean yang kaku. Selain itu, juga memungkinkan seseorang untuk ke luar antrean lalu kembali lagi.

Bukan hanya di Spanyol, di negeri pizza Italia pun demikian. Ketika hendak memesan secangkir espresso di depan konter Antigua Tazzadoro, sebuah kedai kopi ternama di dekat Pantheon, Rome, seorang Senorita dengan dandanan aduhai tiba-tiba sudah berdiri di sampingku dan memesan duluan.

Eh, bukankah seharusnya saya yang berhak memesan terlebih dahulu. Namun, bagaimana bisa mengeluh, ketika Nona cantik itu menoleh sambil menyapa dengan manis, "Buongiorno!". 

Seketika saya pun melupakan makna definisi sebuah antrean. Lagipula, saya masih bisa memesan espresso. Hanya selisih beberapa menit kemudian. No problema! 

Antrean pengunjung di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Sumber: dokumentasi pribadi
Antrean pengunjung di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Sumber: dokumentasi pribadi
Pelompat antrean bisa terjadi di mana-mana. Tidak terkecuali ketika sedang mengantre masuk ke Basilika Santo Petrus di Vatikan. 

Beberapa pengunjung yang sepertinya dari Eropa Timur yang awalnya berada di belakang kami, beberapa saat kemudian sudah tampak sekian meter di depan. Wow, sungguh sakti mandraguna!

Boleh jadi grup kami yang memang terlalu asyik sendiri. Sibuk swafoto tiada henti dan rajin bersenda gurau. Lalu sejenak melupakan barisan sendiri. Alhasil, kami pun disalib kelompok lain. Tapi tidak ada yang mempersoalkan hal-hal seperti itu. Lagipula semuanya mau masuk ke gereja, jadi lupakan saja. :)  

Ihwal antre-mengantre ini terkadang bukan soal rebutan posisi di barisan terdepan. Namun, di sebagian negara, mereka hanya tidak mau terlalu memusingkannya. Apalagi di negara yang penduduknya sedikit. Dan kurang lebih seperti itulah pengalaman berbeda yang saya temui kala berkunjung ke Swiss.

Swiss adalah sebuah negara kecil nan indah di Eropa Barat. Dengan jumlah penduduk yang hanya 8.6 juta, maka sejatinya kita tidak akan melihat banyak antrean di negara itu. Tentu saja, kecuali di kota-kota besar seperti Zurich dan Jenewa. Dan itupun lebih terlihat di objek-objek wisata yang dipadati wisatawan di puncak musim liburan.

Rumah-rumah penduduk di Zermatt-Swiss. Sumber: dokumentasi pribadi
Rumah-rumah penduduk di Zermatt-Swiss. Sumber: dokumentasi pribadi
Di negara yang sangat kondang dengan jam tangan buatannya yang sangat presisi itu, kita tidak perlu pusingkan jika tidak tampak adanya sistem antrean yang jelas. Mau antre silakan, tidak pun no problem. Dan di banyak kesempatan, memang tidak perlu antre. Toh, setiap orang pasti mendapatkan gilirannya dengan cepat.

Rasanya memang sedikit lebih bebas. Boleh berdiri sesuka hati. Misalnya, di perhentian bus, di platform kereta dan seterusnya. Dan ketika waktunya tiba, semuanya tetap bisa naik tanpa perlu berebutan. Lalu apakah bangsa Swiss tidak menghargai budaya antre? Tidak demikian juga. Kata seorang pejalan lain, "It's just their way of life!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun