Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Inilah 4 Film tentang Dunia Chef yang Sangat Inspiratif

19 September 2022   13:44 Diperbarui: 19 September 2022   16:10 2324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film "Burnt". Sumber: www.wallpapers.com

Siapa bilang dapur hanya soal tempat memasak. Bagi seorang Chef, dapur sudah seperti sebuah panggung pertunjukan. Suatu pentas di mana sang chef selalu dituntut tampil sempurna. Tidak boleh ada ruang untuk kesalahan sekecil apapun. Dan boleh jadi itu sebabnya, film-film tentang dunia chef pun selalu menarik diikuti.  

Film tentang dunia chef atau koki sejatinya telah muncul sejak lama. Namun, seiring melajunya industri pariwisata serta makin dikenalnya berbagai profesi di balik dapur, film-film yang berkisah tentang kehidupan seorang chef pun makin populer. Apalagi dibumbui perjuangan mengejar status Michelin Star yang bak Piala Oscar dalam dunia kuliner.  

Chef, lengkapnya disebut Chef de Cuisine, yakni kepala koki alias bos di dapur, sebetulnya terdiri dari beberapa tingkatan. Mulai dari posisi Junior Chef yang berada di jenjang bawah, sampai Executive Chef, yakni posisi tertinggi di dapur yang menjadi impian semua chef profesional.

Nah, jika Anda termasuk penyuka dunia kuliner, apalagi sampai menekuni hobi memasak secara lebih serius, deretan film berikut mestinya tidak dilewatkan. Setidaknya, Anda bisa menyaksikan bagaimana para chef berjuang keras di balik dapur demi menyiapkan sebuah mahakarya di atas sebuah piring. Sebuah kombinasi antara "The Art of Cooking" dan "The Art of Food Plating".   

Burnt

Film "Burnt", yang dirilis pada tahun 2015, mendulang banyak respons beragam dari para kritikus film. Tetapi, jika Anda pecinta kuliner, lupakan saja semua itu. Bagaimana pun juga "Burnt" adalah sebuah film yang tetap asyik dinikmati. Ada perselisihan, tekanan kerja, food plating yang menawan, sampai cinta yang bersemi. Semuanya diramu menjadi satu dalam film ini.

Aktor Bradley Cooper dalam film
Aktor Bradley Cooper dalam film "Burnt". Sumber: @BurntMovie / www.twitter.com

Adam Jones, seorang chef kondang yang dibintangi Bradley Cooper, sejatinya bak seorang superstar di sebuah restoran kelas atas di kota Paris, Prancis. Namun, akibat ulahnya sendiri, dia tidak hanya kehilangan pekerjaannya, tetapi sekaligus menghancurkan reputasi restoran tempatnya berkarir tersebut.

Setelah sempat mengasingkan diri ke New Orleans, AS, Adam Jones pun berusaha menata kembali karirnya sebagai chef di London. Dan targetnya tidak tanggung-tanggung. Adam mengejar predikat bintang tiga dari Michelin Star untuk restoran yang bakal digawanginya itu.

Singkatnya, setelah berhasil mengumpulkan kru terbaik di dapurnya, serta sukses meyakinkan Tony Balerdi, Hotel Manager dan sekaligus pewaris The Langham Hotel yang sangat prestisius di kota London, Adam kembali memamerkan kepiawaiannya di dapur sebagai kepala koki.

The Langham Hotel, London, lokasi film
The Langham Hotel, London, lokasi film "Burnt". Sumber: The Langham, London / wikimedia

Dan di sinilah bagian paling menarik dari dunia chef. Sang chef yang beraksi sudah seperti seorang dirijen yang memimpin sebuah orkestra. Tekanan untuk harus sempurna memang kerap membuat sang chef menjadi sangat emosional. Tetapi, lihatlah passion-nya. Setiap makanan yang disiapkan bak Michelangelo melukis. A masterpiece!

Chef Adam Jones memang tidak memberikan toleransi atas makanan yang disiapkan restoran tersebut. Pasalnya, jika para food critic atau Michelin Star Inspector yang datang, maka habislah sudah. Prinsip sang chef, semua makanan yang disajikan harus sempurna. Tidak boleh sekedar baik (good) atau baik sekali (excellent). Everything must be perfect!

Film yang ikut diproduksi Gordon Ramsay, seorang chef selebritas dan pemilik beberapa restoran kelas atas itu, sedikitnya memberikan dua pelajaran berharga. Pertama, soal pekerjaan yang sesuai passion bisa menghasilkan suatu karya yang menakjubkan. Dan kedua, film ini juga soal kekuatan kesempatan kedua.

No Reservation

Nama tenar Catherine Zeta-Jones mungkin saja ikut mendongkrak popularitas film ini. Tetapi, alur cerita film ini pun sejatinya tidak kalah menarik. Bagaimana karir nan cemerlang di kota megapolitan seperti New York bisa membuat seseorang kehilangan kehidupan pribadinya sendiri.

Kate Armstrong adalah seorang Executive Chef di sebuah restoran nan trendy di Bleecker Street. Sebuah jalan terkenal di kawasan West Village, Manhattan, New York City. Posisinya sebagai penguasa dapur membuatnya tidak begitu saja tunduk pada pemilik restoran sendiri. Bahkan dia tidak segan 'menyerang' balik tamunya yang dianggap tidak cukup fair menilai masakannya.

Poster film
Poster film "No Reservation". Sumber: Eden Creative Motion Picture Ads. / www.impawards.com

Kate mengelola kerajaan dapurnya dengan kecepatan tinggi. Maklum saja, di jam-jam sibuk, banyak pelanggan datang pada waktu hampir bersamaan. Meskipun cepat, Kate tetap sangat cermat menyiapkan semua makanan yang dipesan. Seolah reputasinya dipertaruhkan di atas setiap makanan yang disajikan.

Atmosfer di dapur sempat memanas ketika Paula, bossnya, merekrut seorang Sous Chef (wakil kepala chef) untuk memperkuat kru di dapur. Namun, Nick yang bisa saja menjadi kepala chef di restoran top lainnya, justru memilih bekerja bersama Kate yang dikaguminya. Lanjutannya? Nonton saja ya.

Konon demi menjiwai peranannya sebagai chef, Catherine Zeta-Jones sampai pernah bekerja sebagai server di Fiamma Osteria restaurant in New York City. Dan kala ada pelanggan yang mengatakan betapa miripnya dia dengan artis terkenal Catherine Zeta-Jones, dia pun menjawab, "I hear that all the time." (Saya mendengarnya sepanjang waktu).

The Hundred-Foot Journey

Jika ada film tentang chef yang berbau komedi, persaingan bisnis dan cinta, ini dia filmnya. Bagaimana tidak, film ini seperti membenturkan dua kiblat kuliner dunia, yakni masakan Prancis yang bercita rasa tinggi dan kuliner India yang sangat kaya bumbu.

Poster
Poster "The Hundred-Foot Journey". Sumber: www.pro.imdb.com

The Hundred-Foot Journey, yang beredar sejak 2014, berkisah tentang sebuah keluarga imigran asal India yang akibat sebuah insiden di dekat Saint-Antoin, akhirnya memilih untuk menetap dan membuka sebuah restoran India di desa itu.

Masalahnya, restoran Maison Mumbai yang akan dibuka itu, berdiri persis di depan Le Saule Pleureur, sebuah restoran Prancis ternama yang telah meraih bintang satu Michelin Star. Sebuah restoran kelas atas yang didatangi hampir semua orang ternama di desa di barat daya Prancis itu.

Dalam jarak yang hanya terpisah 100 kaki atau 30 meter, "The Battle of French cuisine vs. Indian food" pun tidak terelakkan. Pemilik restoran Prancis itu, Madame Mallory tidak suka dengan kehadiran restoran India itu. Apalagi suara musik dari restoran India itu menyusup hingga ke dalam restorannya. 

Ilustrasi dua restoran yang berhadapan. Sumber: www.fxguide.com
Ilustrasi dua restoran yang berhadapan. Sumber: www.fxguide.com
Akan tetapi, dalam perjalanannya, chef Hassan, yang diperankan aktor India Manish Dayal, yang sangat berbakat dalam meramu berbagai bumbu untuk menghasilkan sebuah masakan lezat, justru tertarik menerima tawaran kerja di Le Saule Pleureur.

Bisa dimengerti. Lewat restoran berstatus Michelin Star itu, chef Hassan bisa mengejar impiannya sebagain chef terkenal di negara Prancis yang telah mendunia lewat kekayaan kulinernya. Singkatnya, chef Hassan tidak hanya membantu bekas restoran saingan itu meraih dua bintang Michelin Star, tetapi juga mengangkat karirnya sebagai chef ternama di kota Paris. 

Ah, mirip kisah dongeng, setelah sukses di Paris, Hassan justru kembali ke desa itu. Menjalin kembali cintanya dengan Marguerite, Sous Chef di Le Saule Pleureur, dan sepakat mengelola restoran Prancis itu. Bukan restoran India milik Ayahnya. Happy ending! 

Chef

Berbeda dengan film-film sebelumnya, film "Chef" bercerita lebih luas tentang industri kuliner. Tentang perjalanan jatuh bangun Carl Casper, seorang chef terkenal. Dari puncak karirnya sebagai Chief Chef di Gauloises, sebuah restoran fine dining di Los Angeles, hingga terpaksa berjualan makanan ala 'food truck' di Miami, Florida.

Poster film
Poster film "Chef". Sumber: imdb / www.gollumpus.blogspot.com

Menariknya, film ini menyadarkan kita semua akan bahayanya jari tangan yang salah berkomentar di sosial media. Dan pada saat yang sama, film ini juga meyakinkan kehebatan promosi via internet jika dimanfaatkan secara tepat. Kejatuhan Carl memang sebagian diakibatkan perseteruannya dengan seorang kritikus makanan yang viral di internet.

Film Chef (2014), yang diproduseri dan dibintangi sendiri oleh Jon Favreau, berkisah tentang perjalanan karir seorang chef profesional. Alkisah, sebagai seorang chef, Carl sejatinya ingin menciptakan beberapa menu baru yang inovatif dibandingkan menu klasik yang telah lama disajikan restoran itu.

Sayang sekali, pemilik restoran memilih zona nyaman. Tidak berani mempertaruhkan nama resto dengan menu baru yang belum terbukti disukai. Celakanya, pada saat yang sama, para kritikus makanan tentu saja bakal melabeli sang chef secara negatif. Karena dianggap sudah kehilangan kreativitasnya.

Akhir semua perseteruan ini sudah diduga. Carl akhirnya meninggalkan posisinya sebagai kepala chef di restoran itu. Namun, ternyata ini bukan akhir segalanya. 

Chef Carl dan Percy dengan truk makanannya. Sumber: Merrick Morton / AP / www.time.com
Chef Carl dan Percy dengan truk makanannya. Sumber: Merrick Morton / AP / www.time.com
Dengan bantuan mantan asistennya di resto sebelumnya dan anak laki-lakinya, chef Carl Casper kembali bangkit. Dia mengawalinya dengan menjual makanan khas Kuba di atas truk makanan. Dan dari atas truk di Miami, penonton pun diajak mengikuti perjalanan panjang kembali ke Los Angeles.  

Selain film-film di atas, masih ada beberapa film bertema chef dan kuliner yang juga layak mengisi waktu senggang Anda. Misalnya, Julie & Julia, Toscana, Boiling Point, dan sebagainya.

Profesi chef memang tidak lagi seperti dulu. Di era terkini, seorang chef tidak hanya dituntut mempunyai kemampuan memasak berbagai makanan populer yang telah dipelajari sebelumnya. Tetapi, juga wajib memiliki kompetensi untuk terus menciptakan masakan top hasil kreasi sendiri.

Persis seperti kata Adam Jones dalam film Burnt, "A Chef should strive to be consistent in experience, but not consistent in taste." Soal cita rasa memang bak lautan luas tanpa batas. Anda bebas mengkreasi cita rasamu sendiri. Lalu bagikanlah kepada dunia!

***

Kelapa Gading, 19 September 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:

Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun