Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Tiada Pagi Tanpa Kopitiam di Penang

22 Agustus 2022   07:56 Diperbarui: 23 Agustus 2022   02:41 2336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kopitiam di Penang dan sajian khasnya. Sumber: dokumentasi pribadi

Jika di kalangan Kompasianer ada slogan, "Tiada Hari Tanpa Kompasiana", maka di Penang, boleh jadi ada motto yang mirip, yakni "Tiada Pagi Tanpa Kopitiam! 

Kedai kopi tradisional ini memang telah menjadi tempat sarapan pagi favorit sebagian besar penduduk lokal di kota George Town, Penang. Dan juga destinasi kuliner kesukaan banyak wisatawan yang sedang bertandang ke ibu kota Penang ini.

Popularitas kopitiam di Penang memang tidak diragukan lagi. Kedai-kedai kopi bergaya tradisional ini bertebaran di seantero kota George Town. Ada di mana-mana. Dari kawasan sekitar Jalan Penang, Lebuh Carnarvon, hingga Jalan Burma di Pulau Tikus.

Uniknya, banyak di antaranya kerap berdiri persis di pojok jalan alias di hoek. Konon lokasi favorit di sudut jalan ini sudah ada sejak sajian ala kopitiam ini pertama kali dibawa pendatang asal Pulau Hainan, Tiongkok, sejak tahun 1920-an.

Istilah kopitiam sendiri berasal dari paduan kata kopi (dari bahasa Melayu) dan kata tiam yang berarti kedai dalam bahasa Hokkien. Di samping kopi, teh dan milo, makanan wajib yang biasanya disediakan di sini, antara lain telur setengah matang dan roti bakar dengan selai serikaya.

Sajian khas di kopitiam tradisional. Kopi dan roti bakar dengan selai serikaya. Sumber: dokumentasi pribadi
Sajian khas di kopitiam tradisional. Kopi dan roti bakar dengan selai serikaya. Sumber: dokumentasi pribadi
Tentu saja, selain itu sajian standard di atas, di berbagai kopitiam juga tersedia aneka makanan khas Malaysia lainnya, seperti Hokkien Mee, Curry Mee, Wanton Mee, Char Koay Teow, Hainan Chicken Rice dan sebagainya.

Kedai-kedai kopi yang sangat populer di Penang ini bahkan sudah mulai beroperasi sejak jam 7 pagi. Ketika kota George Town sendiri seolah masih terlelap. Namun, tutupnya juga lebih cepat. Contohnya, Kheng Ping Cafe, Kedai Kopi Seng Thor, Restoran Old Green Cafe dan Kedai Kopi New Cathay yang rata-rata sudah tutup antara jam 1 - 2 siang.

Mie Hokkien di kopitiam Kheng Ping, George Town. Sumber: dokumentasi pribadi
Mie Hokkien di kopitiam Kheng Ping, George Town. Sumber: dokumentasi pribadi
Atmosfer di sebuah kopitiam memang tidak tertandingi. Belum lengkap rasanya jika Anda ke Penang tanpa pernah singgah di sebuah kopitiam. Aroma kopi yang sedap serta harum roti bakar yang baru dipanggang sungguh sulit dilewatkan.

Dan bukan soal itu saja yang membuat kunjungan ke kopitiam sudah semacam ritual saja bagi kebanyakan warga lokal di Penang. Setiap pagi kopitiam seolah menyediakan sebuah forum terbuka bagi siapa saja yang hendak berbagi cerita.

Dari sekedar bertukar gosip yang tidak jelas, info bisnis yang fantastis, hingga semuanya mendadak menjadi politisi yang fasih berbicara apa saja. Makin seru karena topik yang dibahas pun terbentang luas. Nyaris tanpa batas. Sungguh khas sebuah kopitiam!

Alhasil, semua kombinasi itu membuat kopitiam pun menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseharian warga lokal di sini. Bahkan di Penang, kopitiam disebut sebagai miniatur negara Malaysia yang multietnis itu. Dibalut semangat "Muhibbah" yang kuat di antara sesama pengunjung kopitiam. Muhibbah dalam bahasa Melayu bisa diartikan sebagai suatu rasa persahabatan, toleransi dan pengertian. Jadi klop sudah!

Dan barangkali itu rahasianya. Meskipun terus digempur jaringan kedai kopi dengan konsep modern, termasuk kedai kopi waralaba terkenal, kopitiam tetap bertahan hingga kini. Tidak hanya di pulau Penang ini. Tetapi juga di berbagai kota lain di Malaysia.

Pun sama dengan di Singapura dan beberapa kota di Indonesia. Di Jakarta, misalnya, suasana khas ala kopitiam bisa ditemukan di beberapa kedai kopi di dekat Pasar Muara Karang, Jakarta Utara. Suasana khas kedai kopi tradisional yang tentu berbeda dengan kedai kopi dengan merek Kopitiam yang sudah masuk ke shopping mall.

Sebagian besar kopitiam di Penang sejatinya telah berdiri selama puluhan tahun. Kedai Kopi Seng Thor, yang beralamat di Lebuh Carnarvon, contohnya, telah dibuka sejak tahun 1950-an. Sekitar 70 tahun lalu. Kedai kopi yang berdiri persis di sudut Lebuh Carnarvon dan Lebuh Kimberley itu selalu ramai pengunjung.

Kedai Kopi Seng Thor, salah satu kopitiam populer di George Town-Penang. Sumber: dokumentasi pribadi
Kedai Kopi Seng Thor, salah satu kopitiam populer di George Town-Penang. Sumber: dokumentasi pribadi
Selain menyajikan kopi, roti panggang berlapis serikaya, telur setengah matang, kedai kopi ini sangat terkenal dengan Loh Mee-nya yang kerap ludes sebelum jam 10 pagi. Penang Loh Mee adalah sejenis mie Hokkien yang ditandai dengan kuah gelap, daging rebus dan telur.

Tidak berbeda jauh dengan Kedai Kopi Seng Thor, sebuah kopitiam lain yang berjarak hanya sekitar 220 meter di jalan yang sama, yakni OO White Coffee Cafe pun tidak kalah kondang. Dengan posisi kedai yang juga di hoek, kedai kopi ini sangat terkenal dengan Ipoh white coffee-nya.

Lain lagi dengan Kheng Ping Cafe yang berada di Jalan Penang No. 80, George Town. Atau tepatnya di pojok Jalan Penang dan Jalan Sri Bahari. Kopitiam ini pun memiliki makanan andalan tersendiri, yaitu Lor Bak, Char Koay Teow dan Hokkian Mee. 

Kala mengunjunginya di Minggu pagi kemarin, semua meja telah terisi penuh. Gerimis pagi pun tidak mampu menahan banyak warga Penang yang mampir ke kopitiam ini.

Kafe Kheng Pin, kopitiam lainnya di Jalan Penang, George Town- Penang. Sumber: dokumentasi pribadi
Kafe Kheng Pin, kopitiam lainnya di Jalan Penang, George Town- Penang. Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun kopitiam dianggap identik dengan warga keturunan Tionghoa. Begitupun makanan yang disajikan umumnya tidak halal. Tetapi, tidak berarti tidak ada kopitiam yang aman bagi wisatawan Muslim. Setidaknya, ada satu kopitiam berlabel halal yang sempat saya kunjungi.

Itulah Kedai Kopi Bwee Hwa yang bisa ditemukan di Jalan Dickens No. 10, George Town. Tidak terlalu jauh dari Pasar Chowrasta yang terkenal itu. Sajian yang ditawarkan kopitiam ini awalnya sama dengan kopitiam lainnya ketika dibuka pada tahun 1967. Akan tetapi, sejak tahun 1992, pemiliknya memutuskan untuk merubah konsep dan fokus menyajikan makanan halal. 

Hasilnya, Bwee Hwa pun makin populer di hampir semua kalangan. Kopitiam yang sangat 'Muslim-friendly' ini tentu saja juga memiliki menu favorit. Setelah melirik kiri-kanan, ternyata yang paling banyak dipesan adalah Curry Mee, salah satu masakan yang menjadi signature-nya.

Kedai Kopi Bee Hwa, salah satu kopitiam yang hanya menyajikan makanan halal. Sumber: dokumentasi pribadi
Kedai Kopi Bee Hwa, salah satu kopitiam yang hanya menyajikan makanan halal. Sumber: dokumentasi pribadi

Kopitiam mungkin akan terus menerus menghadapi tantangan zaman. Akan tetapi, seperti kota tuanya sendiri yang bisa bertahan selama ratusan tahun, kopitiam-kopitiam ini pun niscaya akan sanggup bertahan di kota ini. Toh, tidak semua yang serba modern menarik bagi banyak wisatawan. 

Jadi jika Anda penggemar kopi, roti bakar, mie hokkien dan berbagai makanan khas lokal lainnya, pilihan ke Kopitiam di pagi hari layak menjadi pertimbangan. See you there!

***

George Town, 22 Agustus 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: Semua foto adalah dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun