Klaim Tiongkok atas pulau Taiwan sejatinya tidak terlepas dari balutan sejarah yang sudah berlangsung sejak abad ke-17. Pada masa itu Taiwan berada di bawah kendali Dinasti Qing yang pernah berkuasa antara tahun 1644 hingga 1911.
Namun, setelah kalah dalam Perang Tiongkok-Jepang Pertama (First Sino-Japanese War, 1894-1895), Tiongkok (baca: Dinasti Qing) pun terpaksa merelakan pulau ini jatuh ke tangan Kekaisaran Jepang pada tahun 1895. Dan pulau Taiwan baru kembali ke pangkuan Tiongkok, yang sudah berbentuk republik sejak 1912, setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia Kedua pada tahun 1945.
Tetapi, perang saudara kemudian meletus di daratan Cina, yakni antara pasukan pemerintah Nasionalis (Kuomintang) yang dipimpin Chiang Kai-shek dan Partai Komunis Tiongkok (CCP) yang dipimpin Mao Zedong.
Seperti tercatat dalam sejarah, Komunis menang dan mengambil kendali ibu kota Nanjing pada tanggal 23 April 1949. Sedangkan Chiang Kai-shek dan sisa pendukungnya terpaksa melarikan diri ke pulau Taiwan. Di pulau inilah, Chiang meneruskan pemerintahan nasionalisnya, yakni Republic of China (ROC) dan menjadikan Taipei sebagai ibu kotanya.
Atas dasar sejarah inilah, Tiongkok (People's Republic of China) mengklaim bahwa Taiwan pada dasarnya adalah bagian dari Tiongkok. Akan tetapi, berdasarkan sejarah yang sama, Taiwan (ROC) pun menyatakan bahwa mereka tidak pernah menjadi bagian dari negara Tiongkok modern yang baru didirikan Mao pada tahun 1949.
Dengan latar belakang sejarah seperti itu, tidak heran jika Tiongkok (PRC) dan Taiwan (ROC) selalu bermusuhan sejak dulu. Dan wajar saja, dunia pun ikut berdebar penuh ketegangan ketika kunjungan Pelosi ke Taiwan membuat Beijing murka.
Andaikan terjadi perang, Taiwan diprediksi tidak akan bertahan lama. Dukungan AS dan sekutunya pun masih belum bisa dipastikan. Perbandingan kekuatan militer kedua negara memang sangat jomplang. Lihat saja grafis terlampir. Kalah segala-galanya. Dari jumlah tentara, tank, artileri, fregat, kapal selam hingga pesawat tempur.
Lalu apakah semua itu membuat rakyat Taiwan cemas?Â
Tidak juga. Intimidasi Tiongkok terhadap Taiwan telah berlangsung lama. Dan rakyat Taiwan sudah sangat terbiasa dengan situasi ini. Pun kala kunjungan Pelosi yang dikhawatirkan bisa memicu perang pun ditanggapi biasa oleh sebagian besar warga Taiwan.
Seperti dikutip dari harian Washington Post, seorang warga kota Taipei, Ingrid Ho, malah seakan meledek, "The more unhappy the (Chinese Communist Party), the happier I am."Â Warga lainnya menggambarkan menit-menit kedatangan Pelosi tidak lebih dari keseruan menanti menit pergantian tahun. "Like the new year's countdown," ujarnya.