Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pulau Padar di Pusaran Konflik Komodo

4 Agustus 2022   11:51 Diperbarui: 13 Agustus 2022   02:44 2153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lanskap Pulau Padar yang memesona. Sumber: dokumentasi pribadi

Polemik kenaikan tiket masuk ke Taman Nasional Komodo, khususnya ke Pulau Komodo dan Pulau Padar, akhirnya mereda. Meskipun demikian, masih banyak tanya yang menggantung. Misalnya saja, mengapa Pulau Padar yang konon hanya dihuni beberapa komodo termasuk yang dikenakan tiket terusan sebesar Rp 3,75 juta itu. Sedangkan Pulau Rinca yang memiliki ribuan komodo justru tidak. 

Nama Pulau Padar sejatinya ikut menjulang tinggi seiring meningkatnya pamor Taman Nasional Komodo di kancah pariwisata nasional. Pulau ketiga terbesar di kawasan ini, setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca, bahkan telah menjadi salah satu ikon paling populer di destinasi wisata nomor satu di provinsi NTT ini.

Jika Pulau Komodo dan Pulau Rinca begitu terkenal karena merupakan habitat asli komodo, maka lain lagi dengan Pulau Padar. Pulau terfavorit di kawasan Taman Nasional Komodo itu justru meraih reputasinya dari keindahan lanskapnya yang sungguh memukau.

Rute trekking di Pulau Padar. Difoto dari atas bukit Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Rute trekking di Pulau Padar. Difoto dari atas bukit Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, trekking ke puncak Padar telah menjadi impian banyak wisatawan. Aktivitas yang sangat menarik itu sudah dimulai sejak sebelum sunrise hingga menjelang sunset. Dan di salah satu spot di puncak bukit di Padar inilah yang kemudian dilabeli sebagai "The Most Instagrammable Spot" di Taman Nasional Komodo.

Wisatawan menikmati matahari terbit dari atas bukit Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Wisatawan menikmati matahari terbit dari atas bukit Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Mau bukti lebih sahih? Lihat saja ribuan foto yang bertebaran di jagat medsos. Sebuah spot di puncak bukit Padar terlihat begitu ikonik. Sangat elok dipandang mata. Apalagi dengan latar belakang hamparan perbukitan serta teluk indah yang ada di sekitarnya. Spektakuler!

Dengan reputasinya itu, Pulau Padar kadang disebut lebih menarik daripada sang komodo itu sendiri. Apalagi seperti kata Presiden Jokowi kala meresmikan penataan Pulau Rinca TN Komodo sebagai bagian dari Destinasi Pariwisata Super Prioritas pada Kamis, 21 Juli 2022 lalu.

Salah satu spot di puncak bukit Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Salah satu spot di puncak bukit Padar. Sumber: dokumentasi pribadi

"Komodo di Pulau Rinca dan di Pulau Komodo itu sama wajahnya. Jadi kalau mau lihat komodo, silakan ke Pulau Rinca. Di sini ada komodo. Dan itu bayarannya tetap," kata Jokowi seperti dikutip dari Kompas.com.

Betul sekali. Jika hanya mau melihat komodo, tidak ada masalah. Tidak perlu protes soal kenaikan tiket masuk ke Pulau Komodo. Toh masih bisa melihat sang komodo sepuasnya di Pulau Rinca. Namun, Pakde Jokowi lupa. Yang jadi persoalan sebetulnya bukan hanya melihat komodo, tetapi juga Pulau Padar.

Wisatawan di puncak Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Wisatawan di puncak Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Pulau Padar itu tidak tergantikan! Sejak berlakunya tiket terusan yang meliputi Pulau Komodo dan Pulau Padar, impian banyak wisatawan dunia yang hendak berpose di puncak bukit Padar pun sepertinya harus disimpan rapat-rapat dulu.

Bagaimana tidak, meskipun sudah lama tidak terdengar adanya komodo di pulau itu, Anda tetap harus merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa mendaki ke puncak Pulau Padar. Pasalnya, Pulau Padar termasuk dalam kawasan konservasi yang harus ditebus dengan tarif baru yang telah ditetapkan sejak 1 Agustus 2022.

Kapal-kapal yang membawa wisatawan ke Pulau Padar. Akankah tetap ramai seperti dulu? Sumber: dokumentasi pribadi
Kapal-kapal yang membawa wisatawan ke Pulau Padar. Akankah tetap ramai seperti dulu? Sumber: dokumentasi pribadi
Harga tiket terusan yang berlaku di Pulau Komodo dan Pulau Padar memang mahal. Bayangkan saja, dari sebelumnya hanya Rp 150 ribu per orang, kini meroket hingga Rp 3,75 juta per orang. Alhasil, kenaikan itu pun menuai protes dari banyak pelaku pariwisata di Labuan Bajo- NTT.

Tiket selangit ini bahkan masih jauh lebih mahal dibandingkan tiket masuk ke banyak taman nasional terkenal lain di berbagai negara di dunia. Sebut misalnya, Taman Nasional Kakadu di Australia, Serengeti di Tanzania, Corcovado di Costa Rico, Yosemite di AS dan lain-lain.

Taman Nasional Kakadu di Northern Territory, Australia, misalnya, memasang harga tiket 40 dolar Australia (sekitar Rp 413 ribu) per orang. Sementara itu, Taman Nasional Serengeti di Tanzania mematok harga masuk 60 dolar AS (Rp 893 ribu). Lain lagi dengan Taman Nasional Yosemite di AS yang menjual tiket masuk sebesar 15 dolar AS saja (Rp 223 ribu).

Komodo yang sedang berpose di Pulau Komodo. Sumber: dokumentasi pribadi
Komodo yang sedang berpose di Pulau Komodo. Sumber: dokumentasi pribadi
Perbandingan ini tentunya sekadar ilustrasi saja. Bagaimanapun juga setiap taman nasional memiliki keunikan tersendiri. Komodo, misalnya, hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Komodo. Sedangkan singa, macan tutul, cheetah, dan berbagai binatang liar lain yang ada di Serengeti, masih bisa ditemukan di taman nasional lain di benua Afrika.

Namun, sudut pandang wisatawan bisa saja berbeda. Komodo memang memiliki daya tarik luar biasa sebagai spesies langka, tetapi belum tentu lebih memikat dibandingkan destinasi wisata lain bagi wisatawan umumnya. Apalagi pilihan destinasi wisata lain tersedia melimpah di luar sana.

Pesona Padar yang ikut membuat TN Komodo kian memikat. Sumber: dokumentasi pribadi
Pesona Padar yang ikut membuat TN Komodo kian memikat. Sumber: dokumentasi pribadi
Jangan lupa juga, persaingan di industri pariwisata kian sengit pasca melandainya pandemi. Tidak hanya antar sesama destinasi wisata di dalam negeri. Tetapi, juga dengan destinasi wisata lain di mancanegara. Sesuatu yang tidak terhindarkan di era globalisasi seperti sekarang.

Dengan kenaikan tiket masuk ke Komodo yang fantastis itu, maka jika ditambahkan dengan berbagai komponen biaya lainnya, seperti tiket pesawat, akomodasi, dan lain-lain, harga paket wisata ke Komodo pun melonjak tajam. Tidak berbeda jauh dengan paket wisata populer ke negara-negara lain, antara lain Korea, Turki, dan sebagainya.

Trekking di puncak Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
Trekking di puncak Padar. Sumber: dokumentasi pribadi
O ya, tiket terusan ke Pulau Komodo dan Pulau Padar itu memang berlaku setahun. Artinya Anda masih bisa memanfaatkan tiket itu untuk berkunjung kembali ke sana selama masa berlakunya. Tetapi, kenyataannya, tidak banyak wisatawan yang berlibur ke destinasi yang sama dalam setahun.

Wisatawan domestik saja cenderung memilih opsi wisata ke destinasi berbeda. Itupun jika punya waktu dan bujet untuk berwisata beberapa kali dalam setahun. Bagaimana dengan wisatawan mancanegara? Lebih tidak mungkin lagi. Jadi manfaat tiket masuk yang berlaku setahun itu praktis tidak terlalu menarik bagi banyak wisatawan.

Entah kapan kembali lagi ke sini. Sumber: dokumentasi pribadi
Entah kapan kembali lagi ke sini. Sumber: dokumentasi pribadi
Lain ceritanya jika kenaikan tarif masuk itu hanya berlaku untuk kawasan konservasi di Pulau Komodo. Lalu bebaskan saja Pulau Padar seperti pulau-pulau lainnya di kawasan Taman Nasional itu. Atau paling tidak, cukup batasi jumlah pengunjung ke Padar.

Dengan demikian posisi tawar Taman Nasional Komodo akan tetap tinggi. Dan yang pasti juga adil bagi semua wisatawan. Bagi yang tajir maupun dengan bujet terbatas. Wisatawan yang hendak menginjakkan kaki di Pulau Komodo, silakan bayar tarif premium itu.

Pesona Padar seharusnya bisa dinikmati semua wisatawan. Sumber: dokumentasi pribadi
Pesona Padar seharusnya bisa dinikmati semua wisatawan. Sumber: dokumentasi pribadi

Sedangkan, wisatawan yang hanya bersedia membayar dengan tarif lama masih bisa memandang sang komodo sepuasnya di Pulau Rinca. Bagaimana dengan Pulau Padar? Terbuka untuk semuanya. Baik yang beli tiket terusan maupun yang hanya membayar dengan tarif lama.

Pulau Padar dengan lanskapnya yang luar biasa itu seharusnya dibuka untuk semua kalangan. Jika tidak, pulau indah ini akan menjadi pulau yang kian eksklusif bagi wisatawan berkantong tebal saja. Dan impian untuk berpose dengan gaya ikonik di puncak Padar mungkin harus dilupakan banyak wisatawan lainnya.

***

Jakarta, 4 Agustus 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:

Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun