Labuan Bajo- NTT.
Harga tiket terusan yang berlaku di Pulau Komodo dan Pulau Padar memang mahal. Bayangkan saja, dari sebelumnya hanya Rp 150 ribu per orang, kini meroket hingga Rp 3,75 juta per orang. Alhasil, kenaikan itu pun menuai protes dari banyak pelaku pariwisata diTiket selangit ini bahkan masih jauh lebih mahal dibandingkan tiket masuk ke banyak taman nasional terkenal lain di berbagai negara di dunia. Sebut misalnya, Taman Nasional Kakadu di Australia, Serengeti di Tanzania, Corcovado di Costa Rico, Yosemite di AS dan lain-lain.
Taman Nasional Kakadu di Northern Territory, Australia, misalnya, memasang harga tiket 40 dolar Australia (sekitar Rp 413 ribu) per orang. Sementara itu, Taman Nasional Serengeti di Tanzania mematok harga masuk 60 dolar AS (Rp 893 ribu). Lain lagi dengan Taman Nasional Yosemite di AS yang menjual tiket masuk sebesar 15 dolar AS saja (Rp 223 ribu).
Perbandingan ini tentunya sekadar ilustrasi saja. Bagaimanapun juga setiap taman nasional memiliki keunikan tersendiri. Komodo, misalnya, hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Komodo. Sedangkan singa, macan tutul, cheetah, dan berbagai binatang liar lain yang ada di Serengeti, masih bisa ditemukan di taman nasional lain di benua Afrika.
Namun, sudut pandang wisatawan bisa saja berbeda. Komodo memang memiliki daya tarik luar biasa sebagai spesies langka, tetapi belum tentu lebih memikat dibandingkan destinasi wisata lain bagi wisatawan umumnya. Apalagi pilihan destinasi wisata lain tersedia melimpah di luar sana.
Jangan lupa juga, persaingan di industri pariwisata kian sengit pasca melandainya pandemi. Tidak hanya antar sesama destinasi wisata di dalam negeri. Tetapi, juga dengan destinasi wisata lain di mancanegara. Sesuatu yang tidak terhindarkan di era globalisasi seperti sekarang.
Dengan kenaikan tiket masuk ke Komodo yang fantastis itu, maka jika ditambahkan dengan berbagai komponen biaya lainnya, seperti tiket pesawat, akomodasi, dan lain-lain, harga paket wisata ke Komodo pun melonjak tajam. Tidak berbeda jauh dengan paket wisata populer ke negara-negara lain, antara lain Korea, Turki, dan sebagainya.
O ya, tiket terusan ke Pulau Komodo dan Pulau Padar itu memang berlaku setahun. Artinya Anda masih bisa memanfaatkan tiket itu untuk berkunjung kembali ke sana selama masa berlakunya. Tetapi, kenyataannya, tidak banyak wisatawan yang berlibur ke destinasi yang sama dalam setahun.
Wisatawan domestik saja cenderung memilih opsi wisata ke destinasi berbeda. Itupun jika punya waktu dan bujet untuk berwisata beberapa kali dalam setahun. Bagaimana dengan wisatawan mancanegara? Lebih tidak mungkin lagi. Jadi manfaat tiket masuk yang berlaku setahun itu praktis tidak terlalu menarik bagi banyak wisatawan.
Lain ceritanya jika kenaikan tarif masuk itu hanya berlaku untuk kawasan konservasi di Pulau Komodo. Lalu bebaskan saja Pulau Padar seperti pulau-pulau lainnya di kawasan Taman Nasional itu. Atau paling tidak, cukup batasi jumlah pengunjung ke Padar.
Dengan demikian posisi tawar Taman Nasional Komodo akan tetap tinggi. Dan yang pasti juga adil bagi semua wisatawan. Bagi yang tajir maupun dengan bujet terbatas. Wisatawan yang hendak menginjakkan kaki di Pulau Komodo, silakan bayar tarif premium itu.