Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jangan Lupakan Palermo!

5 April 2022   10:56 Diperbarui: 6 April 2022   03:02 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politeama Theatre di Piazza Ruggiero Settimo, Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi

Calogera menatapku seakan tak percaya. Gadis Sisilia nan cantik itu takjub mendengar rute perjalanan kami. Bentangan jarak antara Sisilia dan Indonesia begitu jauh. Tetapi, kami akhirnya sampai juga di kotanya. Palermo yang cantik! Palermo yang pernah menjadi rebutan banyak penjajah di masa lalu.

Kota Palermo sangat menarik dijelajahi. Meskipun terletak jauh di selatan Italia, kota ini tetap saja sanggup menggaet lebih dari satu juta turis setiap tahun. Penyuka sejarah, pecinta arsitektur dan penikmat kuliner kerap menempatkannya sebagai salah satu destinasi wisata impian di Italia.

Sebagai kota terbesar di Sisilia, Palermo pernah menyandang posisi penting sebagai ibu kota di masa dua penguasa Sisilia, yakni di era Emirate of Sicily (831- 1072) dan Kingdom of Sicily (1130-1816). Dan sejak tahun 1946, Palermo kembali menjadi ibu kota wilayah otonomi Sisilia.

Di era terkini, kota berpenduduk sekitar 850 ribu jiwa tetap mempertahankan posisinya sebagai kota terpenting di Sisilia. Baik sebagai pusat ekonomi, budaya maupun pariwisata. Akses dari kota-kota lain di Italia dan Eropa pun relatif mudah. Bandara Falcone Borsellino, misalnya, dilayani banyak maskapai ternama, antara lain Ryanair dan Wizz Air.

Baca juga: "Pulau Sisilia Bukan Hanya tentang Mafioso"

Palermo juga bisa dicapai melalui jalur laut. Banyak perusahaan feri melayari rute ke Palermo, misalnya dari Cagliari, Genoa, Livorno dan Napoli. Dan tentu saja rute darat melalui Selat Messina. Baik dengan bus maupun kereta api. Selain itu, kota inipun kerap disinggahi banyak kapal pesiar yang mengarungi Laut Mediteranian.

La Cala, pelabuhan tua di Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
La Cala, pelabuhan tua di Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Sejarah kota Palermo, yang didirikan bangsa Phoenicians pada tahun 734 SM, sejatinya tidak berbeda jauh dengan sejarah pulau Sisilia itu sendiri. Penuh gejolak sepanjang penaklukkan berbagai bangsa asing. Dari era Romawi hingga zaman pendudukan bangsa Arab.

Begitu seringnya kota ini dikuasai bangsa asing, Palermo pun mendapat julukan unik sebagai "The Most Conquered City in the World". (Kota yang Paling Banyak Ditaklukkan di Dunia). Sebuah julukan yang mengingatkan nasib Palermo yang pahit. Namun, dari peninggalan sejarah itu pula, kota di baratlaut Sisilia ini pernah meraih predikat keren. Pada tahun 2018, Palermo dinobatkan sebagai "Italian Capital of Culture".

Di negara seperti Italia, penghargaan tersebut jelas sangat bergengsi. Pasalnya, lebih sulit mengalahkan sesama kota di Italia dibandingkan kota lainnya di Eropa. Dan Palermo memang layak. Kota ini sangat kaya akan warisan sejarah, budaya, seni, dan kuliner. Di bidang arsitektur, misalnya, kota Palermo bertabur banyak bangunan dengan gaya arsitektur berbeda. Dari romanesque, gothic, renaissance, baroque, hingga art noveau.

Via Ruggero Settimo di pusat kota tua Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Via Ruggero Settimo di pusat kota tua Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi

Gaya arsitektur nan indah itu bisa disaksikan di lebih dari 100 gereja yang tersebar di berbagai pelosok kota Palermo. Begitupun dari keberadaan banyak gedung bersejarah lainnya, seperti gedung teater, istana dan sebagainya. 

Quattro Canti, yang juga disebut Piazza Vigliena, dikenal sebagai alun-alun barok di Palermo. Kawasan paling bersejarah di kota ini masih menyimpan banyak bangunan bergaya barok yang sungguh memikat hati. Quattro Canti juga merupakan persimpangan dua jalan terkenal di Palermo, yakni Via Maqueda dan Via Vittorio Emanuele.

Quattro Canti, kawasan bersejarah dengan bangunan bergaya barok di Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Quattro Canti, kawasan bersejarah dengan bangunan bergaya barok di Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Dari Quattro Canti inilah Anda bisa menjelajahi kawasan paling bersejarah di Palermo. Mulai dari Piazza Pretoria yang berada di Via Maqueda. Hanya beberapa puluh meter dari persimpangan jalan ini. Maupun ke arah Cattedrale di Palermo (Katedral Palermo) yang berdiri di Via Vittorio Emanuele. Sekitar 500 meter dari Quattro Canti.

Piazza Pretoria boleh jadi layak menyabet posisi sebagai alun-alun tercantik di Palermo. Bagaimana tidak, alun-alun di pusat kota tua ini dihiasi sebuah air mancur menawan dan 16 patung, yang terdiri dari patung-patung bidadari, manusia, puteri duyung dan makhluk lainnya. Fantastisco!

Fontana Pretoria di Piazza Pretoria, Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Fontana Pretoria di Piazza Pretoria, Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Dari Piazza Pretoria ini, saya lalu menyusuri Via Maqueda ke arah Via Ruggiero Settimo. Salah satu jalan terkenal di Palermo. Dan di sepanjang jalan ini, Anda bisa menemukan deretan toko, butik dan kafe yang sebagian meja kursinya menyeruak hingga ke atas trotoar. Di sepanjang jalan ini pula berderet beberapa piazza terkenal di kota ini.

Saya selalu menyukai atmosfer di sebuah piazza atau alun-alun di sebuah kota. Apalagi sebuah piazza di Italia. Tidak sulit mencari alasannya. Piazza bak memiliki daya magis yang selalu sukses menyedot wisatawan ke sana. Bagi para penjelajah dunia, piazza ibarat etalase sebuah kota, tempat segala pajangan terindah ditampilkan.

Di Piazza Verdi, contohnya, yang terletak di Via Maqueda, sekitar 750 meter dari Quattro Canti, mari mengagumi keindahan Teatro Massimo yang didaulat sebagai gedung opera terbesar di Italia. Dan juga ketiga terbesar di Eropa, setelah gedung opera di Paris dan Wina. Dua patung singa besar bak menjaga di depan gedung teater ini.

Salah satu patung singa karya Mario Rutelli di depan Teatro Massimo. Sumber: dokumentasi pribadi
Salah satu patung singa karya Mario Rutelli di depan Teatro Massimo. Sumber: dokumentasi pribadi

Tidak kalah menawannya adalah Piazza Ruggiero Settimo yang persis bersebelahan dengan Piazza Castelnuovo di ujung Via Ruggiero Settimo. Di sinilah berdiri Politeama Theatre (Teatro Politeama Garibaldi) yang merupakan sebuah gedung teater terpenting kedua di Palermo. Tempat tampilnya Orchestra Sinfonica Siciliana yang telah dibentuk sejak tahun 1951.

Politeama Theatre di Piazza Ruggiero Settimo, Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Politeama Theatre di Piazza Ruggiero Settimo, Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Kembali ke titik awal di Quattro Canti, saya kembali terpukau di tengah Via Vittorio Emmanuele. Jalan yang membentang dari Porta Felice sampai Porta Nuova ini tidak kalah kondang di kota Palermo. Banyak wisatawan menjulukinya sebagai koridor wisata. Tempat bertengger banyak objek wisata ternama di Palermo.

Di Porta Felice, sulit untuk tidak terpesona dengan La Cala, sebuah pelabuhan tua yang dipadati ratusan kapal layar nan cantik. Sedangkan dari perempatan Quattro Canti ke arah Porta Nuova, berderet beberapa objek wisata terkenal, khususnya Cattedrale di Palermo dan Palazzo dei Normanni. 

Pelabuhan tua di Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Pelabuhan tua di Palermo. Sumber: dokumentasi pribadi
Cattedrale di Palermo (Katedral Palermo) memiliki gaya arsitektur campuran setelah mengalami berbagai restorasi dan perubahan dari waktu ke waktu. Jejak arsitektur dari era Norman, Moorish, Gotik, Barok dan Neo-Klasik bisa ditemukan di kompleks katedral yang dipersembahkan bagi Bunda Maria ini.

Katedral Palermo dibangun pada tahun 1185 oleh Walter Ophamil, Uskup Palermo di era Monarki Sisilia (1071-1130). Persis di atas bekas gereja tua lainnya yang dibangun jauh sebelumnya. Di lokasi ini pernah berdiri sebuah basilika byzantium yang dibangun Paus Gregory I. Dan basilika itu konon sempat dikonversi menjadi masjid kala Palermo dikuasai bangsa Saracen (Arab) pada abad ke-9.

Interior Katedral Palermo yang menawan. Sumber: dokumentasi pribadi
Interior Katedral Palermo yang menawan. Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun banyak gereja di Palermo didominasi arsitektur bergaya barok, tetapi Palermo sebetulnya masih memiliki banyak gereja dengan arsitektur berbeda. Sebut misalnya, San Giorgio dei Genovesi yang bergaya Renaisans dan San Giovanni degli Eremiti yang kental dipengaruhi arsitektur campuran yang kerap disebut Norman-Arab-Byzantine Architecture.

Arsitektur barok sendiri berkembang pesat di Sisilia, termasuk di Palermo, setelah terjadi gempa bumi besar pada tahun 1693. Banyak bangunan yang hancur akibat gempa bumi itu harus dibangun kembali. Dan gaya arsitektur barok yang digunakan selanjutnya populer dengan sebutan Barok Sisilia.

Gereja San Giorgio dei Genovesi yang berasitektur Renaisans. Sumber: dokumentasi pribadi
Gereja San Giorgio dei Genovesi yang berasitektur Renaisans. Sumber: dokumentasi pribadi
Salah satu primadona barok di kota ini adalah gereja San Domenico yang berlokasi di Piazza San Domenico di Via Roma. Di dalam gereja yang dibangun antara tahun 1640-1770 itu juga sekaligus merupakan makam banyak warga terkemuka dari Sisilia.

Kuburan di dalam sebuah gereja tentu saja suatu pemandangan biasa di Eropa. Namun, agak berbeda jika suatu kompleks pemakaman bawah tanah yang terdiri dari mayat yang telah dimumifikasi. Pemandangan unik inilah yang ditampilkan di The Capuchin Catacombs of Palermo (atau Catacombe dei Cappuccini).

Objek wisata tidak biasa ini cukup populer di Palermo. Di sini mayat-mayat yang sudah dibalsem dipajang dalam berbagai posisi. Ada dalam posisi berdiri, ada pula yang duduk. Beberapa mayat juga disimpan di dalam lemari kaca tertutup. Ah, sayang sekali ada larangan momotret di dalam katakombe.

Hari terakhir di Palermo berujung di Port of Palermo, pelabuhan feri yang akan membawa kami ke Napoli. Dan ketika feri besar itu sudah melaju menyeberangi Laut Tirenia, saya kembali teringat ucapan Calogera, resepsionis hotel nan ayu itu, "Jangan lupakan Palermo!"

Of course, Calogera! Mana mungkin bisa melupakan Calogera, eh Palermo! 

***

Kelapa Gading, 5 April 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:

1) Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi.

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/ menjiplak isi artikel ini untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun